Satellite

112 9 0
                                    

I listened to Satellite by Harry Styles while writing this chapter. This is what Kelana felt every time he was around his Lilia. For him, Anyelir is his world, and he was merely her satellite.

***

Spinnin' out, waitin' for ya to pull me in.

Satellite - Harry Styles.


Satellite (n): a natural object moving around a larger object in space. 

Anyelir, 16 tahun.


*** 

Tangannya dingin, dan dia berusaha menghangatkannya dengan menyelipkan jarinya di dalam saku celana jeansnya.

Dia berhasil keluar dari paviliun dan kini menunggu Kelana menjemputnya di gang utama yang cukup jauh dari letak rumah Kakek Abisena.

"Antara kamu keluar, atau aku yang datang ke rumah Kakek dan menyeretmu pergi."

Itu adalah ultimatum yang diucapkan Kelana kemarin saat dia menyampaikan keinginannya untuk menghabiskan malam minggu bersama Anyelir.

"Nggak usah begitu, dong!" jawab Anyelir disertai kepanikan.

"You choose, Lilia."

Seperti biasa, Kelana dengan pilihan sulitnya yang sulit Anyelir tolak.

Sebuah mobil sedan mewah akhirnya melipir di samping gang tempat Anyelir menunggu Kelana. Mobil yang sudah cukup Anyelir kenali. Karena sebulan sebelumnya Kelana bersikeras mengantarnya ke rumah Chloe dengan mobil Audi R8 hitam ini.

Mesin mobil masih menyala ketika Kelana keluar dari pintu kemudi dan melambaikan tangannya dengan antusias ke arahnya.

"Hey!" ujarnya sambil tersenyum lebar.

Anyelir menggigit bibir bawahnya.

Dia paham kenapa perasaannya tiba-tiba dilanda grogi seperti ini.

Anyelir akhirnya menerima pernyataan Kelana dan membalas perasaannya. Minggu lalu.

Saat itu Kelana memojokkannya setelah dia menjemput dari rumah Chloe dan meminta gadis itu mengantarnya ke Plaza Senayan untuk beli Polo shirt Lacoste untuk kegiatan berkuda si tuan muda itu.

"Ayolah Lilia. Harus seterang apa lagi sih supaya kamu sadar kalau aku sayang sama kamu?" tanya Kelana sedikit frustasi karena Anyelir pura-pura bodoh jika cowok itu sudah menyerempet bicara tentang perasaannya.

"I mean, aku nggak akan berhenti bertanya sampai aku dapat kejelasan dari kamu!" tandasnya kala itu seraya duduk di dekat taman sambil menyeruput fresh juice mereka.

"Aku 'kan bilang aku nggak bisa," balasnya saat itu.

Kelana tapi malah cengengesan dan meralat ucapannya kembali.

"Maksudku, aku nggak akan berhenti sampai kamu menerimaku."

Anyelir memutar bola matanya. Entah sudah berapa ratus kali dia mendengar sentimen serupa yang dilontarkan Kelana.

"Kita nggak perlu ngomong ke siapa-siapa, kalau itu concern kamu, Lilia. Just for the two of us. No one knows, I promise."

Kelana lalu mengubah strateginya dan membujuk agar mereka melakukan backstreet karena paham akan ketakutan Anyelir jika mereka berpacaran dan ketahuan Kakek Abisena–maka semua akan kacau.

Sketsa AnyelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang