"I've got thick skin and an elastic heart." – Sia
Anyelir, 15 tahun.
Anyelir akhirnya menyadari betapa tinggi dinding pembatas antara dirinya dan seorang Kelana Sastrowilogo saat dia menginjakkan kaki di Cahaya Ilmu International High School.
Katakan saja Anyelir udik, namun dia sungguh-sungguh tak tahu jika sekolah bahkan bisa semewah ini gedung dan fasilitasnya. Belum lagi orang-orang yang Anyelir temui yang hampir semuanya berasal dari keluarga berada dan berpengaruh.
Setara dengan Kelana Sastrowilogo.
Anyelir dan Angkasa saling berpandangan ketika acara penyambutan murid baru di aula besar ini dimulai. Para siswa yang memakai seragam yang sama seperti dirinya duduk dengan teman mereka masing-masing.
Setiap orang sudah memiliki circle-nya sendiri dan saling bergurau serta bercerita satu sama lain. Ketika mereka melihat Anyelir serta Angkasa, tatapan mereka yang penuh selidik dari ujung kepala hingga ujung kaki disudahi dengan putaran bola mata. Seakan-akan mereka telah selesai menilai dan mereka tahu jika mereka tak akan pernah diterima di dalam lingkar pertemanan para keturunan konglomerat ini.
Dan pada hari itu pula Anyelir paham jika Kelana tidak memperlakukan dirinya dan Angkasa seperti serangga pengganggu.
"Eh, itu Kelana ya? Anaknya yang punya Yayasan ini 'kan?"
"Anjir! He's so handsome! Dia itu sepupunya Archer kan? Yang tahun lalu lulus dari sini? Gila gue pernah ketemu sama sepupu-sepupu mereka waktu liburan di Lugano. They are so fine!" Suara seorang cewek seusianya yang duduk di samping Anyelir membuatnya tergelitik.
Anyelir tidak tahu seberapa banyak sepupu Kelana yang sudah pernah dia lihat berkunjung ke rumah kakeknya. Namun dia tahu, kelima anak Kakek Abisena memiliki anak-anak yang sebagian besar lebih tua dari Kelana, hanya beberapa saja yang seumuran atau lebih muda dibanding Kelana. Seperti adiknya Kelana, Sashi yang berjarak cukup jauh dari Kelana. Sekitar lima tahun di bawah mereka.
"Namanya Archer karena nyokapnya orang British kan? Nyokapnya keturunan Lord kalau nggak salah. Archer itu legend banget di sini, sayang dia nggak punya social media buat kita stalk, too bad."
Mereka sibuk menggosipkan tentang Kelana dan keluarga besarnya, hingga akhirnya tak bisa menahan histeria saat Kelana berjalan ke arah meja mereka.
"Hi, Kelana!" Beberapa orang menyapa Kelana, tapi dia diam saja dan hanya mengangguk tanpa melihat siapa yang menyapanya.
Tatapannya lurus ke arah Anyelir dan Angkasa. Beberapa orang yang akhirnya paham ke mana arah mata Kelana langsung mengernyit dan menatap tak percaya ke arah Anyelir.
"Hey! Kalian sudah sampai? Ke sini naik apa?" tanya Kelana sambil tersenyum lebar.
"Angkasa bawa motor," jawab Anyelir pelan.
Dia merasa risih karena menjadi pusat perhatian gara-gara Kelana menyapanya.
"Hei, sorry bisa geser nggak, ya? Gue mau duduk di situ," ujar Kelana kepada perempuan yang duduk di samping Anyelir tadi.
Cewek itu seperti terhipnotis dan tak menjawab permintaan Kelana sampai cowok itu menjentikkan jarinya dan menatap cewek itu dengan sedikit kesal.
"Bisa?" Suara Kelana semakin membuat suasana rikuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sketsa Anyelir
Roman pour AdolescentsA Prequel Sejak kecil, Anyelir Arimbi Dasono hidup dalam belas kasih Abisena Sastrowilogo - Partriarch keluarga konglomerat Sastrowilogo yang merupakan kakek dari Kelana Mahendra Sastrowilogo. Kelana, cowok dengan nada suara lembut dan tenang mengul...