4

3.1K 306 22
                                    

Sekarang didalam ruangan bos ini jadi super duper mencekam banget, tiga tiganya duduk di sofa yang berbeda, Harsya sama mas luis duduk barengan di sofa yang cukup buat nampung tiga orang, sedangkan si bos— oh atau kita sebut beliau pak Mikael aja?— duduk di sofa tunggal di samping sofa yang Harsya dudukin.

Harsya masih dengan pandangan garangnya merhatiin si bapak mikael yang dari tadi diam sambil menghela nafas berkali kali, sedangkan mas luis diem aja dia gatau mesti ngapain—bjir lah fak kata gue teh, kata isi hati mas luis.

ekhm— pak mikael yang duduk di ujung itu berdehem, akhirnya ada yang menurunkan ego supaya bersuara lebih dulu, Harsya sengaja gamau ngomong duluan, dia masih kesel.

"baiklah Harsya, setelah beberapa menit saya memikirkan jalan keluar yang baik untuk dua belah pihak, saya akan memberikan ganti rugi dengan syarat pada kamu." ucapan pak mikael ini buat harsya makin gabisa ngatur raut kesal nya, ujung bibirnya berkedut dengan alis menukik kesal.

"Ga perlu!" seru Harsya dengan kesal, buat mas luis dan pak mikael natap harsya heran, heran banget malah.

"terus mau kamu apa Harsya? saya sudah mengajukan sebuah jalan keluar yang menurut saya cukup memuaskan untuk kedua belah pihak?" ucap Mikael sambil menahan kesal, buset kalo engga lagi di jam kerja ini orang kepala bulet udah mikael gulung gulung jadiin bola basket dah beneran.

"dikira saya gabisa nyari uang sendiri apa sampe harus di tanggung biaya nya sama bapak ini?! saya disini saya ngajuin lamaran kerja, jadi saran bapak barusan saya tolak, karena saya gamau bergantung hidup sama bapak! enak aja dikira saya udah lumpuh?" Seru Harsya dengan nada kesal, mulutnya monyong monyong pas ngomong gini buat mikael yang duduk sendirian di ujung memijit pelipisnya yang mulai pening karena tingkah Harsya ini.

"begini Harsya, dari pemaparan kamu di CV kamu aja, kamu bukan kriteria yang saya cari untuk dijadikan bodyguard, lagipula pengalaman di kejar preman tidak bisa di sebut sebagai ahli bela diri—"

"saya dulu dari SD sampe SMA selalu ikut kejuaran taekwondo dan itu selalu menang walau ga selalu megang medali emas tapi kalo masuk 3 besar itu pasti, pas kuliah saya juga ikut kegiatan sekalian jadi pelatih di tempat saya belajar taekwondo, itu udah termasuk pengalaman bela diri kan?" Potong harsya dengan cepat, pandangan datar banget buat aura mencekam, mas luis aja sampe kikuk, takut sendiri.

Mikael di ujung sana menghela nafas, lalu mengusap wajahnya kasar, "yasudah, kita trial 1 bulan kalau kamu berhasil jagain saya gaji kamu bakal saya lipat gandakan 2 kali, tapi kalau kamu sama sekali tidak mencerminkan apa yang kamu sebutkan barusan, dan kamu tidak bisa menjaga saya kamu saya pecat detik itu juga." ucap mikael final, dan membuat Harsya kembali berseri, seolah aura mencekam barusan bukan berasal dari dirinya.

"Siap bapak Miko!" seru Harsya dengan hormat dan semangat 45.

"Heh! enak aja main tukar tukarin nama saya!" seru Mikael.

"ah, dan Harsya—" Harsya kembali memperhatikan mikael —"kamu mulai saat ini tinggal dengan saya, bawa juga adik adik kamu."

Harsya diam, mengerutkan kening, mengerjap mencoba memahami maksud yang dikatakan di bos, dan akhirnya



































"HAH?!!"

























.
.
.

Harsya jalan di trotoar jalan sambil mikirin yang tadi —calon— bos nya bilang ke dia, gimana cara dia kasi tau adek adeknya, terus itu si Hana masih sekolah juga, kalo rumah si —calon— bos ternyata jauh dari sekolahnya Hana kan berabe.

little guard -MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang