15

1.5K 195 15
                                    


Selamat pagiiii sianggg soreeee malammm subuhhh, jam berapapun kalian baca iniiii

yann kembali nihhhh siapa yang menungguuuuu🧍🏻🧍🏻🧍🏻🧍🏻🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️

🫸selamat menikmatiiii🫷

-------

"si Mikael kayaknya punya barang baru, bos"

"hm? secepat itu?"

"tapi ini masih kemungkinan aja sih bos, saya masih sedikit ragu."

"kalau memang kamu masih ragu kenapa kasi tau saya bodoh! cari info yang becus dong bikin info yang bener!"

"iya bos iya, kan kata bos kabarin apa aja ya g saya dapetin dari mantau gini"

"ya kalo kamu masih ragu gitu jangan kasih tau saya dulu, berasa ga dikasih kepastian saya."

"..."

"kerja yang bener!"

"siap bos"

--------

Harsya entah kenapa hari ini merasa tidak nyaman, seolah ada sesuatu yang buruk akan datang, entah apa, kapan, siapa, tapi Harsya merasa yakin ada hal yang tidak beres sebentar lagi akan datang menimpanya.

Tapi bodo amat dulu deh, soalnya saat ini dia berada di sebuah supermarket sambil membawa troli belanjaan dan sebuah kertas kecil berisikan catatan belanjaan apa saja yang akan dia beli.

Hana ikut mengintili dirinya sambil terus membujuk menarik narik kaus yang harsya pakai supaya dibelikan snack yang rak nya beberapa kali mereka lewati, sedangkan helen dia gendong menggunakan gendongan bayi didepan tubuhnya.

*visualisasi helen yang digendong sama harsya ada di atas ya.

"abangggg mau ituuuuu!" Hana terus merengek dengan wajah super manyun dan mata memohon luar biasa imut. tapi tentu tidak akan mempan pada Harsya yang sudah mengurusnya sedari dia kecil ini, Harsya sudah mempan, apalagi semenjak kedua orang tua mereka tiada, lalu mereka menjadi makhluk makhluk kekurangan serba sush hidup melarat, Harsya sudah terbiasa dengan bujuk rayu manis manis pahitnya si Hana.

"ga ada hana." tiga kata, satu kalimat yang membuat hati mungil hana mencelos terasa ditusuk ribuan jarum vaksin bjir ngilu.

Sedari tadi Harsya diam dan fokus pada kertas belanja yang dia bawa tapi lama lama kesel juga, apalagi Helen yang berada di gendongan nya ini, mulai rewel ikutan kakak nya yang luar biasa.

Akhirnya Hana hanya diam sambil memperhatikan punggung sang abang yang sudah berjalan menjauh membawa troli belanjaan.

sedih bukan main rasanya hana ini, abang kan sudah dapat pekerjaan, uangnya pasti banyak terus mereka juga tinggal dirumah orang kaya, pasti sudah terjamin dong hidupnya, kenapa sih abang seolah olah seperti mereka masih lah manusia kekurangan uang yang harus menghemat tiap waktu.

Hana menunduk sedih saat dia sadar dia mulai egois, merasa hidupnya sudah nyaman karena tinggal dikediaman bos saudara tertuanya, Sampai dia lupa kalau kalau sang abang bisa saja di pecat saat saat gajinya bahkan belum cukup untuk memenuhi biaya hidup mereka.

little guard -MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang