07 : Disruption

27 5 0
                                    

"Terima kasih dan selamat menikmati."

Setelah mengantar pesanan. Kaki menjauhi bangunan bertingkat. Memegang tepi dinding dan duduk disana. Memejamkan mata merasa kepala berputar-putar. Dia menetralkan nafas, bersandar di dinding dengan nafas pasai. Tarik nafas. Buang. Rileks.

Setelah beberapa menit di posisi sama pemuda itu menarik tungkai dan menyalakan motor. Melanjutkan ke tempat kerja berikutnya.

Suara musik memekakan telinga dan bau alkohol bercampur parfum membuat mual seketika. Dia meneguk air mineral dan memijat pelipis. Mengamati lautan manusia yang sibuk dengan dunia mereka sendiri.

Dia meraih sapu dan mulai membersihkan lantai. Mengabaikan orang yang berlalu-lalang. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya.

Namun, tiba-tiba kepala berputar dan hampir terjembab. Alis menyerngit ketika sadar tubuh tidak terbentur lantai. Dia menengadah melihat seorang gadis menahan lengannya.

"Ah terima kasih," bergegas melepas pegangan dan berniat kembali bekerja sebelum suara gadis itu menghentikan langkahnya.

"Bagaimana jika kita minum alkohol?"

Menatap wajah berseri di sana, "Maaf?"

Terkekeh sebagai jawaban, gadis itu memutus jarak di antara mereka. Melarikan jari-jari lentik dari bahu ke dada yang sukses membuat sang empu bergerak mundur. Dia melihat jelas orang asing tersebut menertawakannya. Menghela nafas lelah. Hah orang mabuk lagi.

Sebenarnya dia berniat akan langsung pergi atau minimal berpura-pura seseorang memanggil dan bergegas menjauh. Tapi apa ini? Pikiran dan tingkah sangat bertolak belakang. Apa yang sebenarnya dia lakukan hingga berakhir duduk berdua dengan stranger?

"Kau terlihat muda. Berapa umurmu?"

Dia menerima pemberian gelas tapi tidak meminumnya. Hanya melakukan cheers dan kembali meletakkan di atas meja.

"Dua puluh dua."

"Oh kita seumuran. Senang bertemu denganmu, aku Hyera."

Dia memandangi tangan yang terulur sebelum membalas jabatan dengan awkward. Tersenyum kikuk saat gadis itu memuji wajahnya dengan lengkingan. 'Kau cukup tampan untuk orang seusiamu!'

Pun dia melirik sekeliling bak mengamati pergerakan dan kiranya alasan apa yang bisa dia gunakan untuk segera melarikan diri dari situasi tersebut.

"Dia terlalu posesif! Hyera kau tidak boleh begitu. Hyera kau tidak boleh begini. Hyera kau harus mendengarkanku. Bullshit dia bahkan bukan kakakku, dasar pemaksa!"

Berdehem dan mengusap hidung. Total tak menghiraukan gerutuan gadis di depannya. Mata jelalatan masih mencari celah.

"Kau juga berpikir seperti itu kan?"

Atensi kembali lagi mendengar sebuah pertanyaan. Hanya menarik sudut bibir dan mengangguk pelan lalu kembali memalingkan wajah seakan mengatakan, terserahlah aku tak peduli.

"Dia sok bersikap seperti itu hanya karena seorang polisi. Cih aku tahu memang keren, tapi tidak perlu sampai melarangku melakukan hal yang kusukai. Dia pikir siapa dia?!"

Menggaruk kepala. Persetan dengan polisi atau siapalah bajingan yang sedang gadis itu bicarakan. Mingyu tidak peduli, maksudnya untuk apa dia peduli? Dia bahkan tidak tahu konteks apa yang sedang mereka bicarakan.

"Maaf Hyera, aku harus kembali bekerja."

Gadis disana membuka mata saat hampir terlelap. Menyipit ke arah Mingyu yang sudah berdiri dari duduknya. Dia mencebik dan bergumam tak jelas sebelum menjatuhkan kepala di atas meja dan benar-benar terlelap.

0563Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang