Sepertinya pemikiran untuk hidup sendiri benar-benar dikabulkan. Kini, pemuda itu menanggung semua beban hidup seorang diri, tanpa orang tua maupun keluarga. Tidak ada tempat mengadu, tidak ada bahu untuk bersandar. Satu-satunya orang yang bisa diharapkan hanyalah dirinya sendiri.
Ah ternyata semembosankan ini jika tak ada sosok yang bisa diajak berbagi rasa. Itulah kenapa dia menghabisi hampir seluruh waktunya untuk menyelesaikan masalah orang lain. Menyibukkan diri untuk melupakan bahwa dia kesepian. Sengaja mencoba abai jika dia juga butuh seseorang untuk didengar. Kalau hidupnya hanya fokus pada orang lain, lalu kapan dia bisa fokus pada diri sendiri?
"Dengar detektif Wonwoo, kau itu bukan Iron Man atau Doctor Strange yang bisa berbuat seenaknya. Kau anggota polisi, dan kita punya aturan."
Menundukkan kepala seraya berdiri dengan sikap istirahat. Dia hanya bergumam maaf saat sang lawan bicara berdiri tepat di depannya.
"Kau beruntung karena yang bertanggung jawab disini adalah aku. Bagaimana jika jenderal langsung? Kau pasti sudah menjadi polisi lalu lintas."
"Maaf inspektur," menundukkan kepalanya lagi. Pria disana menghela nafas.
"Mulai sekarang kau harus mengabari anggota lain jika ingin bertindak. Kau pikir kenapa aku membentuk tim? Agar kau bisa berbuat sesukamu?" pertanyaan itu dijawab gelengan spontan.
"Tidak inspektur, saya memang tidak berpikir dulu. Maafkan saya."
Memijat pelipisnya. Merasa pusing menghadapi pemuda satu itu. Ini bukan sekali atau dua kali. Tapi sudah hampir 5 kali dia melakukan hal yang sama. Mungkin itulah kenapa Wonwoo terlihat santai saat masuk ke ruangan inspektur. Merasa lucu mereka menjadi dekat karena masalah seperti ini.
"Fokus pada pekerjaan yang diberikan padamu. Jangan bertindak sendiri, aku benar-benar memberimu peringatan detektif Lee Wonwoo," ujarnya tegas.
"Dimengerti inspektur, terima kasih banyak," dia merendahkan kepalanya selama beberapa saat sebelum beranjak keluar.
Duduk di kursinya dan mengusap wajah kasar. Semua orang sedang sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Dia membuka jaket dan menyampirkan di kursi, jari sibuk mengetik sebelum sebuah suara menarik atensinya.
"Detektif Lee, seseorang mencarimu."
Alis pemuda itu terangkat, sempat bertatapan dengan Seokmin yang baru ingin duduk. Dia berdiri, berjalan keluar melihat siapa yang menemuinya.
Dia memutar bola mata malas saat melihat seorang gadis melambai riang ke arahnya dan berlari kecil.
"Ibu menyuruhku mengantar ini untuk kakak."
Wonwoo menerima tas berukuran sedang dan berniat berbalik sebelum lengannya dicekal.
"Kak Wonwoo akan pulang malam ini kan?"
Dia melirik genggaman di lengannya dengan tatapan datar membuat gadis itu spontan melepas, "Ah maaf."
Gadis disana tersenyum lagi, "Ayah dan ibu menunggu kakak dari kemarin."
Dia menghela nafas lagi saat gadis itu memberinya tatapan berharap, "Aku akan kesana, tapi tidak hari ini," ucapnya final dan melenggang pergi meninggalkan seorang gadis yang cemberut mendengar penuturannya.
Wonwoo meletakkan tas tadi dengan tak minat. Seokmin membenarkan posisi duduk, "Apa itu?" tanyanya penasaran.
"Ambil saja jika mau," gumamnya cuek dan kembali sibuk dengan layar komputer.
Seokmin langsung meraih tas itu dan membukanya. Netra berbinar tatkala melihat makanan warna-warni berjejer rapi, "Oh pas sekali aku sedang ingin yang manis-manis," dia mengambil satu potong kue dan menyodorkan pada Wonwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
0563
FanfictionKisah dimulai 18 tahun kemudian setelah takdir mempertemukan lagi kakak beradik itu. Apakah dengan kehadiran Mingyu bisa membuat Wonwoo percaya lagi pada harapan? Atau mungkin sebaliknya? *0563 = Please Don't Leave Me. ⚠️Slow Update⚠️