Mingyu mendesah lelah. Hendak mengabaikan entitas di depan sana tapi sepertinya dia kurang gesit.
"Hei apa kabar?"
Melirik tak minat. Apa-apaan pertanyaan itu? Mereka baru saja bertemu kemarin dan sekarang gadis sok akrab menanyakan kabarnya bak mereka tidak pernah bertemu cukup lama.
"Baik," percayalah, dia sengaja menyibukkan diri. Menyapu lantai yang sudah bersih dengan harapan gadis itu beranjak dan tidak mengajaknya bicara.
"Kemarin kenapa kau meninggalkanku? Bagaimana jika aku diculik atau diracuni?"
Mengumpat lagi. Mingyu mengalihkan pandangan untuk menetralkan emosi. Sialan, lalu apa urusannya? Mau diculik, diracuni atau mungkin menghilang Mingyu tidak peduli.
"Maaf nona, tapi saya masih harus bekerja, permisi."
Dengan semerta-merta pemuda itu melenggang pergi. Melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Dia menyerngit sadar jika jarinya terluka. Ah pasti karena urusannya kemarin. Pemuda itu memang sering terluka saat bekerja. Well, katakanlah masih amatir.
Yaps, pikirannya hampir tenang jika tidak mendengar suara jeritan dari arah sebaliknya. Apa lagi sih?! Kenapa semua orang sangat suka mengganggu waktunya?
Bergegas menuju sumber suara dan benar. Dia mendelik kaget melihat seorang gadis dicekik pria asing.
"Hei-hei ada apa ini?"
Itu bukan suara Mingyu, tapi salah seorang pengunjung. Mencoba melepaskan cengkraman pria asing disana.
Netranya bergulir dan dengan sekali tarikan Mingyu berhasil mengambil alih gadis itu dan menempatkan dibelakangnya.
Dia memiringkan kepala tak sengaja melihat tato tak asing di bagian samping leher. Diam-diam menelan ludah, haha setelah selamat dari amukan singa sekarang dia malah dengan senang hati memasuki kandang beruang.
"Oh kau," dengan sepolos mungkin, Mingyu berkedip tak mengerti saat kerah bajunya ditarik.
"Kau yang kemarin memukul anggotaku 'kan?"
Menaikkan alis, melirik orang-orang yang juga menaruh atensi padanya. Dia terkekeh gugup, "Maaf sepertinya anda salah orang," berniat melepas cengkraman tapi tubuhnya kembali ditarik mendekat.
"Jangan berbohong. Kau pikir aku bodoh tak bisa mengenalimu?!"
Oh ya? Lalu? Mingyu tersenyum sambil menjawab dalam hati. Bersikap semanis mungkin dan sebodoh mungkin agar dia tak dipukuli.
"Jawab aku bocah sialan!"
"Bukan saya," Mingyu melepas tangan pria itu yang memegang kerah bajunya.
"Saya hanya petugas kebersihan disini. Anda salah orang, maaf."
Mingyu menarik pelan tangan gadis di belakangnya untuk pergi tapi tiba-tiba bahunya ditahan dan satu bongkeman mentah mendarat apik di wajah tampannya.
Pekikan gadis itu mengambil atensinya kembali. Dia berkedip tersadar sambil memegangi pipi bersamaan dengan gertakan di depan wajah.
"Bajingan! Berani kau meremehkanku?!"
Tersungkur lagi. Dia tak membalas. Sudah pasti kalah, ukuran badan pria itu dua kali lipat lebih besar darinya. Satu pukulan dapat dipastikan tubuhnya akan terlempar.
Mingyu berdiri pasrah saat ditarik. Dia merapatkan bibir dan tak memalingkan wajah bak sengaja membiarkan wajahnya dipukul.
Satu, dua, tiga. Total 5 pukulan mendarat di wajah babak belurnya. Orang-orang pun tidak ada yang berniat membantu. Mereka jelas tahu siapa yang berkuasa saat ini. Pria berbadan besar dengan tato naga di leher. Tidak ada yang berani melawan jika masih sayang nyawa. Dan sialnya, nyawa Mingyu yang sedang jadi taruhan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
0563
FanfictionKisah dimulai 18 tahun kemudian setelah takdir mempertemukan lagi kakak beradik itu. Apakah dengan kehadiran Mingyu bisa membuat Wonwoo percaya lagi pada harapan? Atau mungkin sebaliknya? *0563 = Please Don't Leave Me. ⚠️Slow Update⚠️