11 : New Friend

31 6 0
                                    

Ia memegangi lembar kertas berisi kasus yang baru saja diberikan.

Suara Mingyu dan tatapan pemuda itu kembali terngiang di kepalanya.

"Apa kak Wonu tidak merindukanku?"

Hei, tentu saja rindu! Apa dia tidak bisa melihat ekspresinya saat itu? Rasa ingin merengkuh tubuh adiknya kian membuncah. Tapi sekali lagi, Wonwoo si detektif kaku itu justru hanya tersenyum simpul dan memutar badannya untuk beranjak dari sana.

Bodoh. Dasar bodoh. Tentu saja dia berbohong. Memilih menjauh dan bertindak denial. Wonwoo takut. Takut jika penantiannya selama ini tak membuahkan hasil. Takut jika pada akhirnya dia akan ditinggal lagi. Takut jika semua harapannya selama 18 tahun hanya sia-sia.

Dia mengacak rambut. Memejamkan mata untuk bersikap normal lagi. Oke, tenang. Dia harus profesional. Ini bukan waktunya menangisi tingkah bodohnya.

"Detektif Wonwoo, ini laporan hasil pemeriksaannya."

Spontan membuka mata, melirik secarik kertas berada di atas meja. Meraih dan membaca sebentar. Wonwoo menatap orang itu yang mengangguk.

"Ya benar. Awalnya kupikir ini perkelahian biasa tapi jika posisinya memang 3 lawan 1 bukankah jadi seperti pertahanan diri?"

Menaikkan alis tertarik tapi dia masih diam tidak menjawab apapun.

"Dan kau tahu hal apa yang lebih menarik lagi?"

Wonwoo mengalihkan pandangan, menunggu kalimat lanjutan, "Diduga pelakunya masih remaja."

"Remaja?" mulut Wonwoo akhirnya terbuka. Dia memandang tak percaya.

Mengangkat bahu sebagai respon, "Baru perkiraan."

Pemuda disana menelan ludah. Pikirannya langsung tertuju pada seseorang. Dia mencoba tenang, tidak boleh menunjukkan gerak-gerik mencurigakan.

"Aku akan memegang kasus ini."

Mengangkat alis, hendak bertanya tapi duluan dipotong Wonwoo.

"Kau sudah memegang kasus calon ketua DPR. Maka biarkan aku yang menangani kasus terbaru."

Kembali mengatupkan bibir, berakhir menarik nafas pasrah. Pun setelah tinggal Wonwoo seorang, pemuda itu masih diam di tempat yang sama. Pikirannya menerawang. Kira-kira alasan apa yang harus Wonwoo berikan agar bisa bertemu dengannya lagi?

Tapi apa mungkin dia masih ingin bertemu lagi? Setelah sengaja mengabaikan dan pergi begitu saja lalu tiba-tiba mengaja bertemu bukankah terdengar tidak tahu diri? Haha, dasar. Harusnya dia memikirkan resiko jangka panjangnya. Bukan langsung mengambil kesimpulan seperti itu.

Kalau jadi dia, detektif itu juga pasti tak mau bertemu. Tapi tidak pasti juga sih, setiap orang kan berbeda-beda. Siapa tahu dia punya hati yang lembut sehingga masih mau memaafkan. Ya, terus saja berpikir positif, lumayan untuk kesehatan.



Sang detektif berjalan masuk ke sebuah bangunan. Langkah kaki bergerak konstan, netra fokus melihat sekeliling.

Dia langsung duduk setelah menemukan yang dicari. Masih waspada dengan sekeliling.

"Tidak ada penguntit. Sudah kupastikan."

Wonwoo mengalihkan atensi, bak tertangkap basah dia berdehem, "Saya hanya waspada."

Senyum tipis sebagai balasan, "Ya, seorang detektif memang selalu waspada bukan?"

0563Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang