"Darimana?"
Langkah kaki terhenti. Dia meletakkan plastik berukuran sedang di atas meja. Langsung disambut Cassie dengan gembira. Mata berbinar menatap berbagai macam cemilan.
"Perbuatan baik apa yang baru saja kau lakukan?" tanyanya sambil mengeluarkan satu bungkus ice cream dan memakannya.
"Hanya bertemu orang yang memberiku pekerjaan," jawabnya acuh.
"Pekerjaan? ini bahkan belum lengkap sehari dan kau sudah dapat pekerjaan baru?"
Dia menarik sudut bibir, "Mungkin aku sedang beruntung."
Cassie membuka bungkus ice cream kedua, "Ya ya terserah."
Pemuda itu bersyukur Cassie tidak menanyainya aneh-aneh. Karena dia sendiri pun belum menyiapkan seribu kebohongan. Untung saja gadis itu sibuk dengan cemilan yang dia beli--ralat yang orang itu beli.
"Kenapa tersenyum? Apa kau yakin baik-baik saja?"
Tatapan ngeri bercampur penasaran terlukis di wajah gadis itu. Dia terkekeh kilas kemudian menggeleng sebagai balasan.
Cassie sih tak peduli. Yang terpenting makan dulu sebelum Mingyu berubah pikiran dan memilih menghabiskan semua cemilan.
Tak tahu saja, cemilan itu hasil sogokan. Oops, jangan sampai gadis berkuncir kuda itu tahu. Bisa babak belur nanti Mingyu.
•••
"Tidak boleh! Kau tidak mendengarkan ku?"
Menghela nafas berat. Detektif itu memijat pelipis. Berkacak pinggang memandangi atasannya yang melarangnya pergi.
"Saya janji akan kembali sebelum sore."
"Bukan itu masalahnya detektif Lee. Masalahnya adalah pelaku masih di luar sana, kalau dia sampai menargetkanmu bisa bahaya."
"Saya bisa jaga diri---"
"Aku tidak khawatir denganmu. Aku khawatir dengan reputasi polisi. Bisa dihujat habis-habisan jika muncul berita salah satu detektif terluka karena pihak kepolisian membiarkannya berkeliaran bebas."
Merotasikan bola mata jengah. Wonwoo hendak meninju wajah menyebalkan di depannya ini tapi ingat jika jabatannya lebih tinggi. Oh tidak, Lee Wonwoo masih butuh pekerjaan.
"Baik, inspektur," ujarnya tak mau berdebat lagi.
Wonwoo menarik kursi dan duduk sambil menghela nafas. Dia mengeluarkan ponsel dan mengetik sesuatu disana. Tak lama kemudian bunyi notifikasi terdengar. Tersenyum saat sang penerima tak keberatan jika pertemuan mereka ditunda.
"Aku tidak peduli jika itu tidak ada sangkut pautnya denganku. Kau kan tahu jika nanti---bukankah itu Jang Saerim?!"
Wonwoo tersentak, hampir menjatuhkan ponselnya efek terkejut. Tak sadar dia memandangi foto seorang gadis yang cukup populer belakangan ini. Dia melotot garang ke arah Seokmin yang masih menempelkan ponsel di telinga. Dia terlihat berbincang sebentar sebelum mematikan panggilan sepihak.
"Detektif Lee, apa benar tadi---"
"Bukan, kau salah lihat," potong Wonwoo sebelum Seokmin menyelesaikan ucapannya. Rekan satu timnya itu menaikkan alis tapi berikutnya memilih bergeser dan duduk di tempatnya sendiri. Walau masih melirik Wonwoo dengan penasaran. Detektif itu berdehem mencoba bersikap normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
0563
FanfictionKisah dimulai 18 tahun kemudian setelah takdir mempertemukan lagi kakak beradik itu. Apakah dengan kehadiran Mingyu bisa membuat Wonwoo percaya lagi pada harapan? Atau mungkin sebaliknya? *0563 = Please Don't Leave Me. ⚠️Slow Update⚠️