Bab 6|Tim Keadilan

23 4 17
                                    

Sera's POV"Kau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sera's POV
"Kau...."

"Elisabeth Barepo kan?"

"Wah wah, saya gak nyangka kamu masih ingat wajah cantik saya, benar. Aku adalah orang yang bertemu dengan mu di UKS sebelum-sebelumnya bersama Hesti," jelasnya sambil berpose cantik.

"Jadi... kamu adalah perempuan yang dipanggil Ca oleh Hesti?"

"Kalau sudah jelas kenapa ditanya lagi, lagian Ca adalah sebutan pendek dari Icha, jadi biar lebih kenal dan nyaman maka panggil saja Icha, jangan Ca," katanya sembari menghentikan langkah kakinya.

"Dikira saya adalah teh ya?"

"Itu Cha, Icha. Cha!" Entah kenapa perempuan di depanku sangat begitu menyebalkan, hingga perempuan PMR dan paduan suara itu kembali bersikap normal. Bagi yang belum tahu, Cha adalah bahasa Mandarin dari kata 'teh'.

Jujur, dalam keadaan normal entah kenapa aura nya terasa sangat berbeda. Dia sangat berkharisma, elegan, dan bisa dikatakan sempurna untuk anak-anak SMA pada umumnya. Atau lebih sempurna bak seorang putri konglomerat yang memiliki segalanya.

[A True Sassy Fighter - Elisabet Barepo]
(Petarung Sejati yang Centil)

"Sebelumnya ada hal yang ingin saya tanyakan ke kamu."

"Apa yang ingin kamu katakan, Icha?"

"Bagaimana bisa seorang murid baru sepertimu menemukan pintu rahasia Tim Keadilan dengan mudah? Padahal pintunya sudah dibuat selaras mungkin dengan dinding sekolah dan mustahil untuk dilihat langsung tanpa dibimbing salah satu dari kami," ucapnya memasang wajah tidak percaya.

"Saya juga tidak tahu dan baru tahu jika pintu seperti ini sangat sulit untuk ditemukan oleh murid baru sepertiku dan teman-teman ku."

"How? Tolong, jelasin."

Terpaksa saya menjelaskan hal itu kepadanya, dimulai dari saya tidak sengaja menemukan keanehan, merabanya, hingga pintu itu terbuka dengan sendirinya. Icha yang mendengar penjelasan dariku mulai memasang senyum kagum dan melompat kegirangan tanpa memperdulikan jepit rambutnya yang terlepas di belakang kepalanya.

Belum lagi ia memutar-mutar kan kepalanya seperti baling-baling helikopter dan rambutnya pas mengenai wajahku, untung saja saya menggunakan kacamata walau perlindungannya tidak maksimal.

Astaga, sepertinya firasatku tidak enak jika berteman dengan dia. Gumamku sambil membuat jarak darinya.

"Aduh aduduh, pusing," gerutunya sambil memijit semua sudut ubun-ubun nya.

"M–mau saya ambilkan minyak angin?"

Ajakanku ditolak halus olehnya, lagian ini hanya pusing ringan setiap kali kita memutarkan tubuh dengan sangat cepat.

Tapi, ada satu hal yang belum saya ketahui. Yaitu tim yang bernama Tim Keadilan, seperti yang dikatakan oleh Icha.

Icha memposisikan kembali tubuhnya dan berjalan mendahului ku, lalu diam-diam memberikan sebuah isyarat untuk mengikutinya.

West Borneo Fantasy[Slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang