Bab 15|Retaknya pertemanan Putri-Elvin

12 1 4
                                    

Normal's POVElvin yang terkena tamparan keras di pipi kirinya langsung menoleh ke arah Putri, ekspresi melongo diselimuti rasa tidak percaya mulai muncul dalam diri Elvin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Normal's POV
Elvin yang terkena tamparan keras di pipi kirinya langsung menoleh ke arah Putri, ekspresi melongo diselimuti rasa tidak percaya mulai muncul dalam diri Elvin. Ia tidak menyangka akan mendapat perlakuan tidak terpuji dari teman barunya itu, teman baru yang seharusnya baik sama dia justru bertingkah sembrono dan pembangkang. Putri yang dibalut dengan emosi tingkat tinggi menatap tangannya yang terluka di imbas dari refleks nya Elvin menancapkan jaring di kulitnya.

"Aduh~" menatap Elvin, "Vin."

"Put." Kedua remaja itu saling menatap lekat-lekat satu sama lain hingga kericuhan mereka diketahui oleh semua tim, mereka berbondong-bondong menghampiri Putri dan Elvin yang belum memutus pandangan dari satu sama lain.

"Heh kalian berdua, apa yang telah terjadi?!" Salah satu dari tim mereka, Valentina, menatap keduanya dengan tatapan khawatir. Putri yang tidak mengenal perempuan bergaya rambut seperti perempuan pada zaman Heian didepannya langsung melempar pandangan ke arah lain dan menjaga jarak dari mereka semua.

[Eccentric Pessimism Ice Fairy - Valentina]
(Peri Es Pesimisme yang Eksentrik)

"Heh dek, kamu kenapa menjauh dari kami semua?" tanya Aan, salah satu kakak kelas 12 yang ikut dalam misi ini menatap salah satu adik kelas barunya itu dengan tatapan bingung. Kakak-kakak kelas maupun sesama angkatan anak kelas 10 tidak tahu menahu apa yang telah terjadi kepada keduanya, sementara Riandi hanya bisa menjadi penengah untuk keduanya dan Mikha menggotong tubuh Elvin serta mengelap mulut temannya itu dengan menggunakan tangannya.

"Jelaskan kepadaku, apa yang telah terjadi?!" Suara tegas Riandi menggema di tengah-tengah hutan yang luas, membuat situasi di sekelilingnya menegang kembali. Kini, Putri hanya bisa terdiam seribu kata dan membiarkan Elvin menjelaskannya kepada teman-teman sekelasnya yang lain. Usai menjelaskan kronologinya, Riandi maupun tim yang lainnya hanya bisa menghela napas kasar dan menatap Putri yang masih tetap kekeh dengan ketidaksabarannya.

Maya, yang lihai dalam menyelesaikan setiap masalah menghampiri adik kelasnya itu, saat menoleh ke arah kakak kelasnya itu, mata Putri langsung melembut dan perilakunya kembali menjadi normal, tetapi ia tetap tidak mau dekat-dekat dengan perempuan pemilik pupil ungu lavender itu.

"Dek, jujur sama kakak. Apa yang telah kamu lakukan kepada teman satu kelasmu dan apa alasannya?" tanyanya. Putri antara tidak mau menanggapinya dan ingin memberitahukannya, jadi ia memilih untuk memberitahukannya tapi dengan kalimat singkat dan jelas. Maya mendengarkannya dalam diam sebelum ia memijit keningnya pasrah.

"Ya ampun, makanya bersabarlah, dek. Kalau kamu tidak sabar, nanti kamu bisa celaka lho, banyak monster yang berkeliaran, apa kau mau cepat mati?!" Kalimat menohok dari Maya sontak membuat Putri mendongak kearahnya, apa yang dikatakannya benar adanya, jika dia terus hilang kesabaran dan bertindak sesuka hati, maka kemungkinan besar ia bakal mati di dunia ini dan tidak bisa kembali ke dunia asalnya bersama teman-teman seperjuangannya.

West Borneo Fantasy[Slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang