Normal's POV
"Kalau begitu mana hadiahnya?! Aku bisa bagikan nanti.""Iya iya," nunjukin anakan ikan-ikan tersebut, "ini hadiahnya."
"Hah?!!"
Asta menatap anakan ikan itu dengan tatapan mata yang terbelalak, merasa tatapan Asta terlalu jelek dilihat, Arnathiyya melambai-lambaikan telapak tangan kanannya di hadapan wajah temannya itu. Aksinya sukses membuat Asta tersadar kembali dan mengucek bola matanya yang kering akibat terlalu "melotot".
"Tatapan mu tadi dikondisikan tolong," ucapnya.
"Eh iya, maaf," kembali normal, "ohh, jadi ini hadiahnya, kok tadi gak dikasih tahu?"
"Boro-boro dikasih tahu, baru mau ngomong udah main salah paham aja," omelnya yang membuat Asta refleks meminta maaf lagi kepadanya, Arnathiyya sangat paham dengan sahabatnya ini, seorang Asta memang tidak suka melihat hewan apapun diperlakukan sesadis itu, itu sebabnya dia tidak mau memakan daging hewan tertentu kecuali daging tersebut memang digunakan untuk dikonsumsi.
"Iya iya, maaf, hehehehehehe. Tapi ini beneran?!" Matanya langsung memancarkan sinar setiap kali melihat ke kantong plastik di tangan temannya, Arnathiyya mengangguk dan memberikan kedua kantong plastik itu kepada Asta untuk dipindahkan ke tempat yang semestinya, sementara ia masih memiliki kesibukan yang harus diselesaikan hari ini.
"Btw, yang lain dimana?"
"Saya kurang tahu, mungkin saja mereka lagi nongkrong sama teman-teman sekelasnya atau gimana," ucap Asta sambil mengambil tempat yang bisa menampung ikan-ikan ini, contohnya kotak kaca bekas yang Asta bersihkan setengah mati karena gabut.
"Tolong kasih tahu ke mereka ya, satu orang 2 jenis ikan."
"Sip," balas Asta berpose jempol ala bapak-bapak.
Di dalam kamar, Arnathiyya duduk di kasurnya sembari memandangi mutiara-mutiara yang ia temukan di pantai bak sekumpulan telur kodok yang terbawa arus sungai. Namun, yang namanya telur pasti terdapat embrio di dalamnya, namun saat Arnathiyya menggoyangkannya, ia tidak merasakan guncangan apapun benda apapun dari dalam benda itu.
Mungkin saja embrionya belum terbentuk. Gumamnya positif thinking sebelum memasukkannya kembali ke gerombolannya di dalam mangkok berisi air, sengaja ia menaruhnya disitu agar embrio di dalam benda itu merasa aman dan terhindar dari goncangan apapun.
Skip
Di sore harinya, semua murid dari berbagai kelas dan angkatan mulai memenuhi lapangan gersang yang mengelilingi rumah Radakng itu. Kebanyakan dari mereka sedang memasak makanan yang nanti akan dihidangkan sebagai makan malam dan ada juga yang meluangkan waktu untuk beristirahat sekaligus ngemil cemilan ringan, masing-masing dari ketua, wakil, maupun seksi-seksi kelas memasak makanan berbeda menu dari 1 kelas ke kelas lain alias tidak boleh sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
West Borneo Fantasy[Slow Up]
FantasíaDunia yang sangat misterius. Dunia yang sangat tidak kepikiran ada. Dunia yang hanya ditumbuhi pohon-pohon yang membentuk hutan hujan yang syahdu. Suara kicauan burung liar terdengar, beberapa kilo meter tidak pernah tidak terdengar. Tanah bumi Kali...