Bab 13|Ekskul Perajin

10 2 0
                                    

Normal's POVKembali ke kelas, dimana Caithlyn sedang asik mencoret sesuatu di belakang buku catatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Normal's POV
Kembali ke kelas, dimana Caithlyn sedang asik mencoret sesuatu di belakang buku catatannya. Maklum, jam pelajaran ketiga tidak ada guru yang masuk, mereka mendapat informasi dari guru lain bahwa guru yang akan mengajar di kelas mereka sedang mengikuti rapat rahasia, jadi mereka hanya diberi tugas untuk membaca bab pertama dari pelajaran itu, yaitu pelajaran Geografi.

Dengan malas bercampur rasa kantuk yang sudah menerpanya sejak jam pelajaran pertama, ia tidak ada pilihan lain selain membenamkan wajahnya ke meja dan menutupi kepalanya dengan buku cover imut miliknya dan tidur sampai jam pelajarannya selesai.

Sedangkan teman satu bangkunya, Wanda Juniarsih, memilih berbincang-bincang bersama kedua temannya di bangku bagian depan. Miki dan Yudi, kedua temannya itu berbincang-bincang mengenai absennya guru Geologi mereka padahal ini adalah hari perkenalan mereka ke beliau.

"Kira-kira kalian berdua tahu tidak kenapa gurunya gak masuk?"

"YNTKTS kalau saya," ucap Miki menyandarkan punggung ke kursi miliknya.

"Saya juga," ucap Yudi ikut-ikutan.

"Saya tadi melihat guru beramai-ramai masuk ke laboratorium, entah mau ngapain," ucap pemuda lain dibagian belakang Caithlyn dan Wanda, Apolonius Roby.

"Eh Rob, emangnya mereka mau ngapain?" timpa teman sebangku Roby, Farensio Wiko Cam yang kepo kepada pemilik pupil amber itu.

"YNTKTS, bro," ucap Roby yang membuat Farensio langsung membuang muka. Suasana di kelas itu terlihat sunyi dengan bayang-bayang sebagian murid yang penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh gurunya tersebut, hingga pintu kelas bergerak dan menampilkan seorang guru laki-laki bertubuh tinggi kurus dengan membawa bola dunia di tangannya.

"Bapak terlambat kah?"

"Bukan terlambat lagi, pak," ujar murid-murid di kelas bersamaan hingga sukses membangunkan Caithlyn yang tertidur pulas dibalik bukunya.

"Eh buset! Sudah ada guru kah?! Kenapa gak bilang sih?!" tanyanya kepada siapapun yang berada disekitarnya sebelum merapikan rambut hitamnya yang sedikit berantakan.

Skip

"Baik, anak-anak, untuk pertemuan pertama kita pada hari ini sudah selesai. Jangan ada yang berkeliaran di lingkungan sekolah, kecuali jika kalian memiliki sesuatu yang ketinggalan atau mengikuti ekskul tertentu. Oke, sore."

"Sore, bu." Sang guru Sejarah Peminatan, bu Afra berjalan keluar dari kelas, Caithlyn dan teman-teman sekelasnya berjalan keluar sembari berbincang-bincang satu sama lain, terlihat tema perbincangan mereka sangat serius.

"Jujur, I gak nyangka jika asap-asap misterius yang menyerang kita waktu itu adalah segerombolan peri Hutan Hitam," ucap Caithlyn kepada Wanda.

"Saya juga, kalau begitu..." Aliyan, salah satu siswi berhijab itu memandang sayu bekas luka sayatannya dari bahu kiri ke ujung tangan kirinya, entah bagaimana ceritanya ia bisa memiliki luka sepanjang itu dibandingkan murid-murid yang lain.

West Borneo Fantasy[Slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang