CHAPTER 1

1.5K 158 4
                                    

Kediaman Count Beamount.

Di dalam sebuah ruangan yang sunyi seorang wanita terlelap di atas tempat tidur. Tubuhnya setengah terbungkus selimut berwarna hitam yang dihiasi benang emas. Saat itu sepasang mata wanita itu terbuka secara perlahan.

Cahaya lembut dari chandelier mewah menerangi wajahnya yang cantik. Pelan-pelan wanita itu bangun dari tidurnya dengan satu tangan memegang kepalanya yang terasa pusing. Matanya mengelilingi ruangan dengan penuh keheranan.

Interior ruangan tersebut menjadi fokus pertama dalam pandangannya. Wanita itu pun refleks mengernyitkan keningnya ketika ia menyadari bahwa dirinya berada dalam sebuah ruangan yang tidak dikenal. Namun, sialnya kepalanya justru kembali merasakan rasa pusing yang hebat.

"Sialan." Desisnya pelan sembari tangannya menyibak selimut tebal yang menyelimuti tubuhnya.

Dengan langkah yang pelan ia pun mulai berjalan menuju pintu ruangan. Sayangnya, baru beberapa langkah sudut matanya tak sengaja menangkap satu sosok asing yang terpantul dari sebuah cermin.

Begitu ia menolehkan kepalanya seketika ia tersentak saat melihat sosok asing yang berada di dalam cermin tersebut. Lantas ia menggosok kedua mata namun sosok itu tetap berada di dalam cermin tersebut.

Kemudian dengan perlahan ia mendekati cermin tersebut. Tangannya membelai pelan wajahnya dengan kedua mata setengah terbelak. "I-ini wajah siapa?" Tanyanya tergugu.

Matanya terus menatap pantulan wajahnya dengan teliti. Rambut panjang yang berwarna hitam kecoklatan mengalir begitu halus sejajar dengan pinggangnya. Bentuk muka yang kecil dan lembut menciptakan tampilan yang anggun dan memikat. Bibirnya yang kecil, berwarna merah alami. Hidung yang sedikit mancung memberikan karakteristik yang unik pada wajahnya.

"Ini bukan wajahku." Gumam Ruby pelan. "Sejak kapan wajahku berubah menjadi seperti ini." Sambungnya.

Sejenak pandangan Ruby jatuh pada bola matanya yang berwarna hijau yang menawan. Namun, tak lama secara tiba-tiba pintu ruangan dibuka dengan kasar. Seorang wanita memasuki ruangan dengan sikap yang angkuh.

"Oh, anda sudah bangun baguslah jadi saya tak perlu membuang tenaga saya untuk membangunkan anda." Ucap wanita itu dengan nada suara yang merendahkan serta mata yang menatap remeh padanya.

Ketika wanita itu hendak membalikkan tubuhnya untuk pergi, tiba-tiba sebuah tangan mencekalnya dengan kuat hingga membuatnya refleks menoleh dan sedikit tersentak saat melihat mata yang menyorot tajam padanya.

"Katakan padaku apa yang telah terjadi selama aku tak sadarkan diri." Ucap Ruby dengan suara dingin yang menusuk.

Sesaat wanita itu terdiam. Namun, bukannya menjawab justru wsnita itu menyentakkan tangannya dengan kasar hingga cekalan tersebut terlepas. "Anda tak lihat pergelangan tangan saya memerah. Bisa-bisanya anda menyakiti pergelangan tangan saya, mau saya laporkan anda ke Countess."

Ruby yang mendengar itu sontak sedikit mengerutkan keningnya. "Countess?" Gumamnya.

Sesaat Ruby terdiam tak mengerti. Sebenarnya apa yang sedang terjadi saat ini. Ia benar-benar tak mengerti siapa itu Countess lalu yang sedari tadi menjadi pertanyaan di dalam benaknya adalah mengapa wajahnya berubah menjadi seorang wanita muda seperti ini.

Sedangkan seorang wanita yang tengah memegang pergelangan tangannya sambil menatap tajam pada Ruby seketika mencibir. "Apa anda sedang pura-pura hilang ingatan agar saya merasa kasihan pada anda. Itu tak akan berhasil, Nona Ravenna."

Begitu mendengar perkataan wanita di depannya ini seketika Ruby terperangah. Wanita itu mengatakan 'Ravenna' padanya, jelas-jelas namanya Ruby. Tapi mengapa wanita itu justru menyebutnya Ravenna.

The Witches a DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang