CHAPTER 4

1.2K 156 1
                                    

Setelah kejadian beberapa jam yang lalu para pelayan yang lain pun mulai memperlakukan Ruby dengan baik. Setelah mereka semua sudah mengetahui apa yang telah ia lakukan pada salah satu dari mereka.

Saat ini Ruby duduk dengan termenung di salah satu sofa yang terdapat di dalam kamarnya. Dengan salah satu tangan yang menopang kepalanya pada sandaran lengan. Ruby tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri dengan pandangan yang tak lepas sedikit pun dari telapak tangannya yang tengah mengeluarkan sebuah cahaya biru lembut.

Cahaya itu membentuk sebuah bola kecil dengan pola-pola artistik yang menari-nari di udara. Setiap kali cahaya biru itu berayun, pola-pola artistik yang dihasilkan pun semakin kompleks dan memikat. Terkadang cahaya bola kecil itu pun mengeluarkan sebuah cahay merah di sekitarnya.

Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya. Matanya hanya terfokus pada sihir yang ia hasilkan. Ia mengetahui betul bahwa ini adalah sihir Luminesce. Sihir yang dipelajari oleh para penyihir pemula sebagai fondasi mereka sebelum mempelajari sihir tingkat menengah yang memerlukan kendali sihir yang lebih kuat.

Dalam mempelajari sihir para calon penyihir pemula atau yang biasa para penyihir sebut Novitiate Aetherlings harus mengetahui empat tingkatan sihir yaitu tingkatan sihir pemula, sihir menengah, sihir lanjut dan sihir tinggi.

Sayangnya, kebanyakan penyihir hanya bisa mencapai tingkatan sihir lanjut dan hanya segelintir orang yang bisa menguasai sihir tingkat tinggi karena tingkatan sihir tinggi membutuhkan pelatihan dan dedikasi yang luar biasa.

Hanya mereka yang bersedia mengorbankan waktu dan usaha yang cukup yang dapat mencapai tingkatan keahlian ini. Selain itu, tingkatan sihir tinggi membutuhkan banyak mana.

Tapi meski begitu orang yang menguasai tingkatan sihir tinggi akan diberi gelar kehormatan sebagai "Archon Aetherlings." Entah itu penyihir putih atau penyihir hitam. Mereka yang bisa menguasai tingkatan sihir itu akan diakui kehebatan mereka secara resmi.

Dan lagi-lagi Ruby adalah penyihir hitam pertama yang diakui secara resmi karena berhasil menguasai tingkatan sihir tinggi. Di tambah ia juga yang berhasil memulihkan Negaranya dari wabah penyakit 'Umbra Tenebris'.

Maka dari itu banyak penyihir lain yang tidak menyukainya karena keberhasilan yang dicapai olehnya. Mereka berlomba-lomba menyingkirkannya dengan berbagai cara. Sayangnya, mereka berhasil menyinggirkannya dengan bantuan Evan.

Sejenak suasana ruangan terasa penuh dengan keheningan. Meski sesekali terdengar desiran angin yang masuk melalui jendela kamarnya. Sorot mata Ruby yang tadinya kosong kini terlihat ada sedikit kilatan emosi dari bola mata hijaunya.

"Entah aku harus bersyukur atau tidak menempati tubuh wanita yang telah menguasai sihir Luminesce ini." Ucap Ruby pada dirinya sendiri.

Lantas Ruby pun menghela nafas pelan. "Tapi percuma saja menguasai sihir Luminesce jika wanita ini tidak memiliki salah satu artefak untuk meningkatkan mananya. Itu sama saja dengan membuang waktu." Lanjut Ruby seraya menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa dengan telapak tangan yang masih mengeluarkan sihir tersebut.

Ruby terus merasakan energi sihir tersebut sembari menatap datar langit-langit kamar. "Sial, Evan satu-satunya orang yang ingin aku seret ke Aranthian Soulbane."

Namun, di saat Ruby kembali terbenam dalam pemikirannya. Tiba-tiba suara ketukan pintu menyadarkannya seiring dengan suara dorongan pintu yang mulai terbuka. Dengan gerakan cepat, ia menegakkan tubuhnya dan mengepalkan tangannya hingga sihir Luminesce yang tadi bersinar dengan indah lenyap begitu saja.

Pelayan yang tiba-tiba muncul dari balik pintu tampak sedikit terkejut saat sekilas melihat sesuatu yang bercahaya menghilang dengan cepat. Sejenak pelayan tersebut terdiam sebelum akhirnya mengedipkan matanya ketika Ruby bersuara dengan dingin. Dalam sekejap, pelayan itu menundukkan kepalanya dengan cepat atas ketidaksopanannya.

The Witches a DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang