CHAPTER 13

1K 151 4
                                    

Richard duduk dengan tenang di dalam ruang kerjanya. Tatapan matanya yang tajam terfokus pada setiap detail dokumen yang tersebar di meja kerjanya. Tak jarang tangan Richard yang memegang sebuah pena bergerak kesana dan kesini di atas selembar dokumen yang telah dia baca sebelumnya.

Sayangnya ketenangannya terusik saat kedua telinganya mendengar suara keributan dari balik pintu ruangannya. Seketika Richard mengangkat pandangannya ketika pintu ruang kerjanya terbuka dengan kasar.

Sesaat Richard mengernyitkan keningnya begitu melihat Flint yang berusaha menahan Elsie di pintu ruang kerjanya yang mencoba menerobos masuk ke dalam ruangannya.

"Nyonya saat ini Tuan sedang sibuk. Anda bisa bertemu dengan Tuan setelah beliau menyelesaikan pekerjaannya." Ucap Flint dengan sopan sembari terus menahan Elsie.

Dia berusaha sebaik mungkin menjaga privasi Richard meskipun wanita yang tengah dia tahan ini merupakan istri dari tuannya karena sebelumnya Richard sudah berpesan padanya jika pria itu tak ingin diganggu oleh siapapun.

"Menyingkirlah, Flint!" Pekik Elsie dengan penuh amarah. Sayangnya Flint sama sekali tak mengindahkan perkatannya. Pria itu terus menahannya hingga membuatnya kesal.

Dengan penuh kekesalan Elsie mendorong bahu Flint dengan keras yang hampir membuat Flint terjengkang ke belakang jika saja Flint tidak bisa menjaga keseimbangannya.

"Nyonya." Panggil Flint sedikit terkejut saat Elsie berhasil masuk ke dalam ruangan Richard.

Lantas dengan cepat Flint menyusul langkah Elsie. Namun, seketika tersentak saat dia merasakan aura tidak mengenakan yang menguar dari Tuannya.

"Aku ingin kembali berbicara denganmu." Ucap Elsie dengan mata yang tak lepas dari Richard serta nafas yang sedikit terengah-engah.

Sejenak Richard menghela nafas pelan sebelum membuka suaranya. "Flint, keluarlah." Perintahnya.

Sekilas Flint melirikkan matanya pada wanita yang berdiri di sampingnya sebelum kemudian dia menundukkan kepalanya. "Baik Tuan." Jawab Flint dengan sopan.

Lantas Flint berjalan keluar dari ruangan tersebut. Sebelum dia menutup pintu ruangan tersebut dia menghela nafas sejenak. Dia bisa menebak setelah dia menutup pintu ini maka akan terjadi berdebatan di antara keduanya.

Begitu pintu ruangannya tertutup rapat. Pandangannya Richard beralih pada Elsie yang berdiri dengan mata yang menatap tajam padanya. "Apa lagi maumu?" Ucap Richard dengan tenang.

Elsie yang mendengar kalimat itu sontak sedikit membelakkan kedua matanya. "Apa lagi katamu? Tentu saja aku ingin menyelesaikan pembicaraan kita." Ujar Elsie dengan sedikit emosi.

Richard kembali menghela nafas seraya meletakkan penanya sebelum dia kembali menatap Elsie dengan ekspresi datar namun tegas. "Pembicaraan kita sudah selesai sejak kemarin. Kurasa saat itu kau mendengarnya dengan baik." Balasnya.

"Pembicaraan kita sama sekali belum selesai, suamiku." Desis Elsie.

Lantas Richard menyandarkan punggungnya seraya melipat kedua tangannya di depan dada. "Apa yang membuatmu bisa mengatakan jika pembicaraan itu belum selesai?" Tanya Richard dengan salah satu alis yang dia naikkan.

"Tentu saja pada putusanmu itu." Jawab Elsie dengan lantang.

"Mengapa hanya Ravenna saja yang kau perbolehkan untuk menggunakan ruanganmu sedangkan aku tidak. Bahkan selama aku menikah denganmu, kau sendiri yang membuat peraturan dimana semua orang tidak diperbolehkan untuk memasuki ruanganmu tapi kini kau mengijinkan anak itu." Lanjut Elsie dengan emosi yang mulai tak terkendali.

"Aku mengijinkannya karena dia membutuhkan ruangan sebagai kelasnya. Jadi, berhenti mempermasalahkannya." Sahut Richard dengan tegas. Meski Richard menampilkan raut wajah yang datar namun tatapan matanya mengunus tajam pada Elsie.

The Witches a DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang