Bab 4

1.1K 70 1
                                    

Hari yang cerah untuk bersantai di dekat danau ditemani secangkir teh dan cemilan manis. Otak yang tak seberapa ini rasanya cukup rileks setelah berasap karena menyerap ilmu yang disampaikan tuan Gulstaf. Meskipun yang disampaikan hanya sejarah berdirinya kerajaan foxie dan nama-nama anggota kerajaan sekarang, itu cukup sulit apalagi untuk diterima otak mungilnya.

Suara dedaunan yang saling bergesekan akibat angin yang bertiup lembut menanbah suasana tentram. Ia hirup dalam aroma teh yang menenangkan dan meneguknya sekali lalu meletakkan cangkirnya.

Apakah dikehidupannya dulu ia pernah merasa sedamai ini ? Ku rasa tidak pernah karna selalu direcoki oleh sahabatnya, siapa lagi kalau bukan Gugun dan Zakir.

Ah ia jadi merindukan mereka berdua, apakah mereka baik-baik saja saat ia tidak ada disana? Dan bagaimana dengan kedua orang tuanya, ia juga merindukan mereka. Ia rindu teriakan ibunya saat ia susah dibangunkan, ia rindu masakannya. Ia juga rindu waktu bersantai dengan ayahnya sambil membahas perihal sekolahnya atau hal lain. Apalagi saat ia meminta orang tuanya untuk menemaninya tidur bersama didepan TV. Ia rindu semua kebersamaan mereka sejak ia kecil hingga dewasa. Rian rasa orang tuanya akan kesepian sekarang apalagi Rian anak tunggal.

Rian jadi kepikiran bagaimana dengan tubuhnya disana apakah dinyatakan koma atau malah sudah meninggal dan dikuburkan. Padahal saat itu ia hanya tertidur di UKS dan tidak pernah terbayangkan akan berakhir disini.

Sampai sekarang Rian masih tidak tau kenapa ia bisa berada disini padahal ia tidak mati tertabrak truk atau bunuh diri seperti di novel-novel. Kalau dipikir-pikir malah kepikiran. Ahh udahlah yang ada kepalanya malah nyut nyutan.

Tengah asik melamun ia tersentak kaget saat ada yang memanggilnya, ternyata itu ayahnya.

"Apa yang sedang kau pikirkan, sampai ayah panggil-panggil kau tidak menjawab"

"Ah tidak ada"

"Bagaimana dengan belajarmu?"

"Itu baik-baik saja meskipun ada sedikit yang sulit ku pahami ayah"

"Tidak apa-apa kau baru saja mulai"

"Ayah, apa ayah tidak sibuk?"

"Pekerjaan ayah sudah selesai, jadi ayah memutuskan untuk bersantai dan melihatmu disini"

"Oh begitu"

Setelah jeda beberapa saat

"Ayah, ayah aku penasaran bagaimana dulu ayah bisa bersama ibu?

"Ah kau ingin tau"

Rian menganggukan kepalanya dengan antusias sambil membenarkan posisi duduknya dan bersandar dengan nyaman menanti cerita ayahnya.

Tampak Gerald tersenyum dan menerawang jauh ke masa lalu.

"Dulu, pertama kali ayah bertemu dengan Arcelle saat di ibukota, ayah tidak sengaja menabraknya, saat itu dia hanya tersenyum sambil berkata 'tidak apa-apa aku juga bersalah karna tidak memperhatikan jalan' saat itu ayah terpaku menatap senyumannya yang indah."

Terdapat jeda beberapa saat sampai Gerald melanjutkan ceritanya.

"Sejak saat itu ayah berkenalan dengan ibumu dan mulai dekat, kami jadi sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama hingga ayah memiliki perasaan pada ibumu dan menyatakannya, ternyata dia juga memiliki perasaan pada ayah. Ayah sangat ingat saat itu kami tengah menaiki perahu sambil menikmati festival perayaan musim semi. Banyak bunga bermekaran seakan menyambut cinta kasih kami"

"Woahhh, aku bisa membayangkannya"

Gerald hanya tertawa mendengarnya sambil mengusap kepala Rian

"Ayah harus perggi untuk mengurus sesuatu, kau bersenag-senaglah"

"Iya ayah"

"Dan jangan lupakan sebentar lagi waktunya berlatih berpedang"

"Iya aku ingat"

Dan setelahnya Gerald pun beranjak pergi.








Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anak Angkat DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang