Bab 8

849 58 1
                                    

Dalam bayang-bayang kegelapan, terdapat seorang pemuda  misterius tampak marah dan melemparkan benda-benda di sekitarnya.

"Kriiing!"

"Kratsssh!"

"Deng!"

"Dung!"

Para bawahannya yang berdiri di hadapannya hanya berusaha menunduk dan menghindari benda-benda yang terbang ke arah mereka. Mereka berjuang untuk menahan ketakutan yang melanda saat berhadapan dengan tuannya yang terlihat amat marah.

"Haah, apa yang sebenarnya kalian lakukan? Membunuh anak kecil saja tidak becus" seru pemuda itu dengan suara yang memancar kemarahan.

Dalam hatinya yang penuh kebencian, ia memendam niat untuk membunuh seorang anak kecil yang tak berdosa. 

"Maafkan kami, tuan. Penjagaan di wilayah Dukedom Cornwall begitu ketat, kami hanya bisa menyelinap dan mengancam seorang pelayan untuk meracuni minuman anak itu," jelas salah satu bawahannya dengan nada penyesalan.

"Hampir saja kami ketahuan dan terjebak di disana. Namun, dengan ketepatan waktu, kami berhasil lolos, kami juga berhasil menyembunyikan identitas kami dari pelayan itu" tambah salah satu bawahannya yang lain.

Pemuda misterius itu hanya menggeramkan rahangnya dengan amarah yang menyala di matanya.

Kehadiran tuan yang marah memberikan suasana tegang dan menimbulkan ketidakpastian mengenai masa depan mereka.

"Mohon ampuni kami tuan" ucap mereka serentak, berlutut bahkan sampai menyentuh lantai, memohon pengampunan atas kegagalan mereka.



***

Rian, yang baru saja terbangun dari tidurnya, melihat bahwa suasana masih sunyi dan dunia luar masih dalam kegelapan.

Bayangan malam sebelumnya terlintas dalam pikirannya, ketika gelas susu hancur ketika hendak diminumnya, kepingan-kepingan pecahan kaca masih membekas di dalam benaknya, semua itu karena ulah Albert. 

Itu adalah kali pertama Rian melihat Albert marah.

Pikirannya melayang pada kemungkinan bahwa pelayan yang memberikan susu itu mungkin saja telah mencampurinya dengan sesuatu yang aneh atau bahkan racun dan Albert mengetahuinya sehingga marah dan membawa pelayan tersebut keluar entah kemana.

Rian merasa semalam ia tidak menemukan atau mencium bau yang mencurigakan. Semuanya terlihat sama seperti susu biasa yang biasanya diberikan oleh Albert, atau mungkin saja ia yang kurang peka. 

Ia merasakan getaran peringatan dalam dirinya, mengingat hampir menjadi korban diracuni yang terselubung dengan licik. Dengan hati yang berdebar dan rasa waspada yang memuncak. Rian menyadari bahwa ia harus lebih berhati-hati mulai sekarang. 

Setelah pengalaman yang mengguncang tersebut, ia memutuskan untuk mengambil langkah-langkah yang lebih proaktif dalam menghindari bahaya di masa depan. Dengan tekad yang kuat, ia berencana untuk meningkatkan keamanan pribadinya, seperti meningkatkan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitarnya. 

Ia bertekad untuk tidak lengah dan memprioritaskan keselamatan dirinya, serta belajar dari pengalaman pahit yang hampir merenggut nyawanya.

Dalam usahanya untuk melupakan kejadian yang kurang menyenangkan semalam, Rian merasa enggan untuk mengajukan pertanyaan kepada Albert. 

Namun, ada satu hal yang tidak bisa ia tahan untuk tidak bertanya, yaitu apakah ayahnya mengetahui insiden itu. Rian yakin bahwa ayahnya pasti mengetahui, dan mungkin saja Albert yang memberitahukannya.

Anak Angkat DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang