⚠️⚠️ WARNING ⚠️⚠️
- JANGAN PLAGIAT
- ALUR MURNI PEMIKIRAN SENDIRI
- KARAKTER MILIK MONSTAR
- KALAU BACA JANGAN PAKAI PERASAAN
--
" Setidaknya Bertahan Lah Sebentar Lagi, Kami Membutuhkan Mu "
_
_
_
Hujan turun dengan begitu derasnya, awan hitam perumpamaan dari sebuah masalah bagi awan yang menjadi alasan langit sore ini menangis. Tak ada jeritan mengundang hanya kesedihan mendalam yang tersisa, seolah langit tahu ada seorang pemuda yang sedang sendu.
Blaze terus Merenung, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.. sebenarnya dia korban atau pelaku? Ia masih bertanya-tanya.
' kau sih Blaze, seharusnya bunuh saja pembully itu'
' kau yang salah Blaze '
' itu karna kau yang bodoh Blaze '
" ANJING.. DIEM GAK LO SEMUA " Blaze terus memukul kepalanya, ia berusaha menghilangkan semua pemikiran negatif itu. " Blaze... tenang, bisikan itu tidak benar .. " pelukan hangat Blaze terima dari sang kakak ke 2.
" Tapi kak Hali-"
" Kak Hali cuma kelepasan, dia kan tadi minta maaf, hehe.. tenang ya.. kak Hali cuma takut kamu di keluarin.. karna yang kau pukul adalah anak sekolah, kau tau itu kan .. " potong Taufan untuk menjelaskan apa yang membuat Blaze salah paham tentang Halilintar.
" Kak.. aku kangen ibu, seandainya ibu masih ada, keluarga kita gak akan seperti ini, kita seperti di telantar kan.. " airmata itu semakin deras ketika mengingat terakhir kali, keluarga mereka utuh ada ayah dan ibu, sekitar 6 tahun yang lalu.
" Blaze.. ayah hanya bekerja, dia akan pulang kesini, kita tidak ditelantarkan. Buktinya kita masih di biayain oleh ayah.. jadi jangan berpikiran negatif ya " dengan pelukan yang masih merekat, Taufan mengelus surai lembut itu sampai ia tertidur.
" Syukurlah Blaze, aku tidak terlambat lagi " gumaman Taufan setelah Blaze tertidur pulas, Taufan masih mengingat apa yang terjadi setelah pemakaman ibunya, kacau sungguh kacau.. rumah ini seperti tak ada cahaya seperti sekarang.
Taufan pun memindahkan Blaze ke kasur, setelah itu pergi ke kamar Halilintar. Taufan melihat tatapan sendu pada matanya, rasa penyesalan terlihat sang amat jelas.
" Ayah, bilang apa lagi? " Celetukan itu muncul sembari Taufan berjalan. " Seperti biasa, aku yang dimarahi.. apa lagi kali ini, dia memukul anak kepala sekolah.. sebagai hukuman, uang bulanan ku untuk bulan depan dipotong" hembusan nafas yang pasrah, ya Halilintar sebagai seorang Kakak, ia harus menanggung akibat dari kesalahan adik nya, biasanya Blaze yang jahil ke guru.. Hali hanya akan menerima Omelan panjang ayahnya.
" Kak, kau tau kan.. Blaze itu gak bisa kalau nahan emosi " kini Taufan duduk di sebelah Halilintar dengan mengelus pundaknya.
" Aku tau fan.. tadi aku hanya kelepasan, aku hanya berpikir.. kenapa harus aku yang menerima hukuman dari kesalahannya .. kenapa fan.. setidaknya jangan banyak tingkah di sekolah.. itu saja aku sudah bersyukur karena apa.. kalau mereka membuat kesalahan, pasti aku yang kena imbasnya.. dari dulu aku yang dituntut oleh ayah soal nilai.. hanya aku yang dituntut untuk menjadi seorang dokter.. kenapa harus aku fan " suaranya bergetar menahan tangis, Taufan tahu kakak nya sudah capek dengan tuntutan sang ayah.
Karena hanya dia yang tahu bahwa kakaknya yang sok kuat ini, dituntut menjadi seorang dokter. Padahal cita-cita Hali adalah menjadi seorang penulis terkenal yang dikenal seluruh dunia, namun itu harus sirna karena tuntutan sang ayah.
Halilintar pernah berpikir akan melakukan 2 pekerjaan itu sekaligus, tetapi sang ayah menentang nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporary ( Taufan) End
Short StoryTaufan ingin lebih lama merasakan kehangatan persaudaraan ini, namun sepertinya ia hampir kehabisan waktu. Apakah waktu akan memihak Taufan? Atau mungkin tidak? " Ibu.. tolong.. " " Aku takut tidak bisa melihat wajah ayah untuk yang terakhir kalin...