Hancur

504 49 12
                                    


⚠️⚠️ WARNING ⚠️⚠️

- JANGAN PLAGIAT
- ALUR MURNI PEMIKIRAN SENDIRI
- KARAKTER MILIK MONSTAR
- KALAU BACA JANGAN PAKAI PERASAAN

_

_

" Jikalau nanti aku pergi, siapa yang akan menjaga kalian, ayah sudah tak bisa ku harap kan "

_

_

Siang yang begitu sejuk, suasana yang sangat nyaman untuk pergi ke tepi danau di taman. Seperti Taufan yang sedang menikmati semua itu dengan rasa sendu, seakan-akan ia tak bisa melihat semua ini esok hari.

" Keputusan ku sudah bulat, aku harus bicara dengan kak Hali.. aku sudah siap untuk melihat ekspresi wajah menyebalkan itu " Taufan sangat benci dengan ekspresi wajah marah, sedih dan keputusasaan saudara nya yang frustasi.

" Aku.. tak ingin meninggalkan.. semuanya" air matanya kini luruh, bersama dengan airmata langit yang turun. Langit sedang menyemangati dirinya, Taufan menghargai itu, ia tak beranjak dari duduknya. Hanya saja Taufan melindungi dirinya dengan payung, bisa berabe kalau kondisinya semakin buruk.

Tenang, itu yang Taufan rasakan. Hujan turun dengan derasnya namun tak ada suara berisik yang mengikuti, membuat hati Taufan tersentuh. Sepanjang hujan turun, Taufan menyambut nya dengan air mata yang selalu ini ia tampung dalam matanya. Suaranya tersamarkan oleh hujan, membuat nya bisa menangis sambil berteriak, toh di taman juga sudah tak ada orang karena hujan telah menyuruh mereka pergi.

Saat Taufan sudah lega, dia tersenyum ke langit. Dengan perlahan hujan yang tadinya deras itu hanya menjadi gerimis. Taufan beranjak dari duduknya untuk pulang, berjalan dengan santai dengan wajah yang sembab karena menangis, serta ekspresi yang muram membuat siapapun tak akan pernah percaya kalau itu adalah Taufan.

Saat berjalan sembari melamun, Taufan baru ingat dia harus menelepon ayahnya untuk menjelaskan tentang Ice dan Blaze. Ia pun mengambil handphone di sakunya, setelah itu ia menghubungi ayahnya. Sebenarnya iya takut untuk protes selama ini, tapi untuk kali ini dia harus menjelaskan apa yang terjadi.

" Hallo.. fan ada apa "

" Ini soal Blaze dan Ice "

" Ouh.. untuk masalah itu "

" Blaze tidak bersalah.. "

" Aku tau itu ". seketika Taufan berhenti

" Tapi kenapa ayah, masih memarahi kak Hali"

" Karena itu tugas Hali sebagai anak sulung, dia yang bertanggung jawab atas adiknya ketika tak ada orang yang lebih tua " Taufan terkejut mendengar penuturan ayah nya.

" Ayah.. gak mikirin perasaan kak Hali, apalagi ayah selalu menuntut kak Hali tentang nilai. Ayah gak takut kak Hali depresi, cukup kematian ibu yang membuat kita hancur.. yah "

"..... "

" Ayah, sudah menghancurkan mimpi kak Hali yang ingin menjadi penulis yah.., bahkan ayah yang menghancurkan mimpi Blaze kan, ayah menyuap club sepakbola yang diimpikan Blaze untuk tidak menerima nya kan. Seharusnya kami tidak memberi tahu ayah saja.. agar Blaze bisa lolos "

" CUKUP APA MAKSUD MU TAUFAN, JANGAN BILANG SEMBARANG KAU.. AKU INI AYAH MU, KAU TIDAK SOPAN MENUDUH AYAH MU YANG TIDAK-TIDAK " bentakan keras terdengar dari telepon.

" Aku mempunyai bukti.. aku tak asal bicara, ayah melakukan itu karena ayah tidak mau anak tiri ayah satu club dengan Blaze kan.. "

" Fan.. kau.. "

Temporary ( Taufan) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang