buku kesayangan

607 54 14
                                    

⚠️⚠️ WARNING ⚠️⚠️

- JANGAN PLAGIAT
- ALUR MURNI PEMIKIRAN SENDIRI
- KARAKTER MILIK MONSTAR
- KALAU BACA JANGAN PAKAI PERASAAN
-

-

Malam itu indah dan tenang
Ia merangkul dengan hangat kegelapan
Terhanyut di dalamnya
_

_

_

Malam yang indah, bulan bersinar dengan cantik dan elegan, sinar yang amat terang tanpa ada pengawal awan yang menggangunya. Kini Taufan menatap jendela di kamar nya, ia duduk dengan sendu di kursi dekat jendela sembari memandang bulan, di tangannya tergenggam erat sebuah handphone. Hening, sampai dirinya berkutat dengan benda canggih itu .

" Hallo "

" Iya Taufan ada apa "

" Kapan.. ayah balik ? "

" Maaf Taufan.. ayah gk bisa untuk tahun ini.. mungkin tahun depan ya.. "

Belum menjawab sambungan telepon itu di putus, sebelum Taufan membalas perkataannya. Lagi-lagi tahun depan, sampai kapan akan seperti ini, apakah sampai dirinya pergi dari sini..?

Banyak hal yang di pikirkan oleh pemuda yang masih berumur belasan tahun ini, yang membuat nya tak bisa tidur. Apalagi dengan hasil cek up kemarin yang baru ia ambil tadi sore, membuat semuanya menjadi buram tak ada layar masa depan.

Tanpa sadar pagi telah menyapa nya, ia benar-benar tidak bisa tidur, konyol sekali. Itu lah yang ia pikirkan, toh kalau mau tidur, tinggal pejamkan mata saja, apa susahnya. Berkata memang mudah tapi melakukan yang susah, Taufan takut tidak bisa melihat matahari yang indah di pagi hari lagi.

Pukul 5 pagi sang pemilik kamar itu mulai beranjak pergi dari tempatnya untuk aktivitas manusia nya di pagi hari. Setelah selesai, ia turun untuk mengisi botol minum di kamar nya.

Kakinya perlahan menuruni tangga dengan hati-hati, kepalanya sedikit berdenyut karena kurangnya istirahat. Taufan hanya bisa sesekali memejamkan matanya agar tidak terjatuh, saat sampai terlihat adik kembar nya yang sedang memasak.

" Selamat pagi Gem.. " sapa Taufan dengan senyuman lebaran dan di balas dengan senyuman yang begitu lembut dari sang pemilik nama, " pagi juga kak.. " .

" Hari ini masak apa? " Dengan mata yang melihat sekelilingnya dan meneliti apa yang akan adik kembar nya itu masak. " Sayur sop kesukaan kak Taufan, tumis jamur kesukaan kak Taufan juga sama tempe penyet sambal terasi kesukaan kak Taufan" mendengar jawaban dari adiknya itu membuat Taufan bingung.

" Kenapa semuanya kesukaan ku Gem.. " tanyanya bingung, Taufan tak mengerti kenapa sang adik memasak makanan kesukaan nya, seingatnya dia tak pernah meminta itu semua. " Itu karena, dalam beberapa bulan terakhir ini, nafsu makan kakak semakin sedikit. Gempa takut  kakak bakal sakit kalau tidak makan dengan benar  " jawaban yang mampu membuat sang pendengar terkejut, jadi itu alasannya.

" Hahaha.. lucu banget sih adik kembar ku ini, makasih ya udah khawatirin kakak hehe " Taufan tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, dia hanya mampu menjawab sang adik setelah itu pergi ke kamar nya setelah mengisi botol minumnya.

' Gempa.. maaf '

Setelah beberapa menit berada di kamar, Taufan turun untuk makan. Ia harus makan untuk meminum obat yang sebegitu banyaknya, kini ia berada di meja makan menunggu saudaranya yang lain.

" Pagi kak Taufan, kak Gempa, kak Hali " sapaan dari blaze yang menuruni tangga dengan senyuman yang lebar bersama Ice yang masih ngantuk. " Pagi juga blaze.. "

" Eh.. mana Solar dan Thorn" tanya Taufan kepada blaze, yang di tanya hanya mengangkat bahu.

" KAK.. APA-APAAN KAU INI " suara benda jatuh dan teriakan yang diyakini milik solar, membuat semua yang mendengar khawatir dan naik ke lantai 2 untuk mengecek apa yang terjadi.

Saat sampai disana, terlihat Thorn yang sudah menangis keluar dari kamar Solar. Melihat semua itu Hali menghampiri Thorn. " Apa yang terjadi.. " tanya halilintar kepada Thorn. Sedangkan Thorn sudah sesenggukan karena menangis sembari memukul dirinya sendiri, Thorn saat ini sedang mengamuk, ia bahkan memecahkan beberapa vas bunga yang ada disana

Blaze dan ice langsung memeluk Thorn dan Taufan Manahan Halilintar yang ingin menemui Solar. Setelah itu Taufan berjalan menuju ke kamar Solar, terlihat Solar yang menangis sembari memeluk sebuah buku. Taufan pun menghampirinya dan mengelus rambutnya, setelahnya ia memeluk Solar

" Buku ibu di banting Thorn" tangisan yang pilu mengisi ruangan itu, kenangan terakhir yang amat berharga bagi Solar di banting ke lantai sampai ada halaman yang lepas.

" Maaf.. Solar, tolong maafkan Thorn. Kau tau kan Thorn itu berbeda dari anak-anak seusianya "

" Sampai kapan kak, sampai kapan aku harus mengalah atas kesalahan yang ia perbuat, disini dia yang kakak atau aku " tangisan yang semakin kencang dan lirih, tak ada suara yang menjawab. Taufan kehilangan kata-kata, memang benar Solar adalah seorang adik tapi secara sudut pandang lain, Thorn yang menjadi adik bukan kakak. Itu semua karena Thorn mengidap autis.

" Maaf Solar.. tapi Thorn juga tidak ingin seperti ini kok, Thorn ingin normal, Thorn ingin melindungi Solar bukan Solar yang melindungi nya. Ini semua juga di luar kendali Thorn.. Solar.. kau adik yang baik, ibu pasti bangga pada mu " kata demi kata dari hati nya Taufan keluar kan, Solar yang mendengar sadar dan berhenti menangis

" Hehehe Solar sepertinya kau demam " celetuk itu keluar ketika Taufan menyadari suhu tubuh Solar yang panas, ia pun menyuruh Solar untuk tidur kembali

" Bagaimana.. ? " Tanya Hali menghampiri Taufan. " Aman, dia hanya demam, melihat ada gelas kopi di meja belajar nya seperti nya ia kurang tidur yang membuat emosinya tidak stabil"

" Thorn dan Gempa juga sudah tenang.. " setelah itu Taufan pergi sembari mengambil buku yang di peluk erat oleh Solar.

Hari yang biasa buat Taufan, kali ini dia sedang berjalan menuju ke rumah nya bersama ketiga saudara kembarnya. Ia sangat capek sampai hanya bisa terdiam tanpa ada suara sepatah kata pun. Halilintar dan Gempa hanya bisa menatap punggung Taufan dengan khawatir.

Sampai di rumah Taufan langsung menidurkan Tubuh nya kedalam pelukan kasur yang empuk, penyebab ini semua karena ia belum tidur dari kemarin memikirkan banyak hal yang telah ia alami.

Tidur yang nyenyak itu hanya sebentar sebelum rasa sakit yang sudah biasa ia alami, datang menyerang tanpa aba-aba. Sakit, itu yang ia rasakan..

" Akh.. sakit" pikiran nya terus menelusuri akar dari sakitnya ini, ceroboh sekali kau Taufan..
' hari ini.. aku lupa meminum obat '

______________

Haloo gimana kabarnya, aku up lagi nih hehe
Gimana ceritanya, mungkin kalau ada saran untuk book ini silahkan komen aja yah hehe
Sampai jumpa lagi bye bye

Haloo gimana kabarnya, aku up lagi nih heheGimana ceritanya, mungkin kalau ada saran untuk book ini silahkan komen aja yah heheSampai jumpa lagi bye bye

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Temporary ( Taufan) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang