Ayana tidak berharap banyak pada nilai remidi yang akan keluar besok. Nyatanya, meskipun sudah belajar semalaman sampai subuh, hal tersebut sama sekali tidak membantu. Dia selalu kesulitan di tengah-tengah mengerjakan soal, bahkan meskipun itu mengulang soal yang sama. Payah sekali bukan? Yah, untuk yang satu ini dia tidak bisa menyangkalnya. Dia memang payah dalam urusan pelajaran.
Namun, hal itu sama sekali tidak akan Ayana ambil pusing. Dia bahkan terkesan bodo amat dan lebih memilih memikirkan hal lain yang menurutnya jauh lebih penting dari pada nilai ujian. Gadis berkucir satu yang baru saja keluar dari kelas itu tetap mengukir senyum di saat beberapa teman sekelas yang senasib dengannya merutuki soal remidi yang tetap sulit dikerjakan. Dia melangkah riang mendekati temannya yang duduk di bangku kayu berada tepat di depan perpustakaan sambil membaca sebuah novel.
"Gimana remidinya? Lancar?" tanya Bita—teman sebangku sekaligus perempuan yang menjalin persahabatan dengan Ayana sejak mereka menginjak bangku TK.
Ayana menyeringai. "Situasinya sama kayak ulangan harian kemarin."
Bita menggeleng pelan mendengar ucapan itu. Dia menutup novel miliknya lalu mereka mulai berjalan menyusuri lorong yang ramai menuju kantin untuk mengisi perut yang sudah keroncongan.
"Sepulang sekolah nanti jadi nonton Reyhan latihan futsal?"
Ayana mengangguk dengan antusias. Tentu saja, dia tidak akan melewatkan momen yang sudah sangat dinantikan sejak pagi tadi setelah mengetahui Reyhan ada jadwal latihan futsal dadakan. Karena biasanya, cowok itu latihan di akhir pekan. Yah, mempunyai jadwal kegiatan orang yang kita suka bukan hal yang aneh, kan?
"Oh iya, gimana untuk hari ini? Ada sesuatu yang kamu kasih ke dia?"
Senyum lebar Ayana mengembang. "Aku kasih gantungan kunci."
"Yang kemarin kamu buat sendiri itu?" Nada bicara Bita sedikit berubah. "Couple-an dong sama kayak punyamu? Emang enggak masalah? Kalau dia lihat gimana?"
"Enggak akan, karena kusimpan di rumah," ucap Ayana penuh keyakinan.
Bita menghela napas. Diam-diam ingin perasaan temannya itu tidak lagi menjadi sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh mereka berdua. Di tengah keheningannya, dia mencoba berpikir keras lalu beberapa saat kemudian senyumnya muncul.
"Udah denger berita soal Jihan kelas sebelah belum?"
Ayana mengernyit. "Berita apa?"
"Dia nyatain perasaannya ke Bian pake surat gitu. Siapa sangka mereka akhirnya pacaran."
"Iya?" Ayana tampak terkejut juga terpukau. "Enak ya suka sama cowok yang suka balik ke kita. Semuanya jadi lancar." Senyum gadis itu seketika menghilang.
Bita menggaruk kepalanya yang tak gatal. Tidak menyangka respon itu yang akan dia dapatkan. Dia kira Ayana akan merasa termotivasi, nyatanya semangat gadis itu justru menurun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interaksi
Teen Fiction| Teenfiction | Bagaimana jika surat cinta rahasiamu yang seharusnya sampai ke mas crush justru salah alamat? Ayana tidak pernah menyangka jika surat yang dia tulis dan kirim secara diam-diam salah alamat ke loker milik Kenzie-teman sekolah sekaligu...