Bohong jika Kenzie tidak cemburu pada sahabatnya sendiri. Satu-satunya hal yang bisa membuatnya merasa sedikit tenang adalah fakta bahwa Reyhan tidak memiliki perasaan yang sama kepada Ayana. Meskipun bisa dibilang mereka memiliki kemajuan dalam hal kedekatan. Reyhan cerita kepadanya soal pertemuan mereka di bus kemarin dan juga tentang 'hutang budi' di antara keduanya. Seharusnya itu hal yang biasa, apalagi untuk ukuran manusia macam Reyhan yang memang selalu terbuka dengannya dalam banyak hal. Entah itu kisah cintanya, keluarganya juga hal-hal sepele lainnya.
Namun, jika boleh meminta, bisakah Ayana dikecualikan?
Kenzie baru sadar dia tidak bisa sesabar itu untuk mendengarnya dengan perasaan biasa-biasa saja.
"Nadha sakit, ya?"
Kenzie mengangguk. "Demam biasa. Kayaknya gara-gara kemarin hujan-hujanan sama pulang terlalu malam. Gak tau sama siapa. Ditanyain malah ngalihin pembicaraan."
Reyhan menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Dia seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi segera mengurungkan niat ketika Kenzie berbalik menatapnya.
Saat ini mereka tengah berada di rumah Kenzie untuk mengerjakan tugas kelompok. Sebenarnya ada empat anak dan salah satunya adalah Mario dan satu teman sekelas mereka. Keduanya memutuskan untuk membeli cemilan sebagai teman belajar. Namun, sudah satu jam terlewati mereka belum juga kembali.
"Lo inget Ayana yang kemarin gue ceritain itu?"
Kenzie sebisa mungkin mengangguk dengan wajah kalem. Berusaha fokus pada tugas yang tengah dikerjakan.
"Dia ngirim pesan lagi nggak?"
"Gak ada." Kenzie berhenti mengetik. "Kalian udah ketemu?"
"Belum. Kan, belum gue tentuin kapannya. Pinjem lagi dong mau gue kabarin kapan tepatnya."
"Sendiri aja. Hapenya masih di cas."
"Dih, kan hape gue masih dibenerin. Belum kelar. Bentaran doang."
Kenzie menghela napas. "Ambil aja sendiri di kamar. Tapi ini yang terakhir. Kalau memang ada perlu langsung temuin orangnya, jangan ngerepotin gue mulu."
Reyhan tertawa lalu berlari memasuki kamar yang memang sering sekali dia tinggali ketimbang di rumahnya sendiri. Sementara itu, Kenzie sudah tidak berselera untuk melanjutkan mengerjakan tugas. Dia memilih membuka Instagram lewat laptop dan membuka sebuah akun yang sering sekali dia kunjungi.
Ada postingan baru di feed-nya. Berupa gambar dalam dua slide. Namun, slide kedua sukses membuat Kenzie menghela napas lalu dengan cepat menutup aplikasi tersebut. Matanya kini menoleh ke arah jendela di mana sebuah rumah bercat putih kini menjadi satu-satunya yang dia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interaksi
Teen Fiction| Teenfiction | Bagaimana jika surat cinta rahasiamu yang seharusnya sampai ke mas crush justru salah alamat? Ayana tidak pernah menyangka jika surat yang dia tulis dan kirim secara diam-diam salah alamat ke loker milik Kenzie-teman sekolah sekaligu...