Ayana gagal. Nilai ulangan fisikanya memang membaik jika dibandingkan dengan yang sebelumnya, tetapi tetap banyak soal yang tidak bisa dia kerjakan. Sepulang sekolah nanti, dia kembali mengikuti remidi. Sialnya, hanya dia seorang. Biasanya Ayana akan merasa bodo amat. Namun, kali ini dia tidak bisa menahan rasa malunya. Ketidak beradaan Bita membuat perasaannya semakin buruk. Bagus, dia tidak punya teman untuk mengobrol atau sekedar merengek soal remidinya.
"Coba liat berapa nilainya?"
Gadis yang saat ini tengah menikmati bekal makanannya dengan tidak nafsu itu menggeleng lemah. Memberikan nilai tak tertolongnya kepada salah satu murid terpintar di sekolah ini sama saja mempermalukan diri sendirikan? Dia tidak mau melakukannya. Apalagi jika sampai Kenzie menertawakannya.
Ya, pemandangan yang sangat langka bukan? Di jam istirahat ini bukannya ke kantin, Ayana justru berada di ruang klub lukis untuk makan siang bersama Kenzie. Semuanya berawal dari dia yang mengirim pesan berisi curhatan soal nilai fisikanya juga tentang tidak mempunyai teman makan siang karena Bita tidak berangkat. Cowok itu lalu mengajaknya untuk makan bersama di kantin. Ayana tentu menerimanya, tetapi dia menyarankan untuk makan di ruang klub saja. Dia hanya tidak ingin Reyhan melihat kebersamaan mereka berdua. Yah, dia memang belum memiliki hubungan yang spesial dengan cowok itu, tetapi bukankah menghindari hal-hal yang bisa mengundang kesalahpahaman? Iya, kan?
"Cuma mau gue cek aja dan gue bantu cara nyelesaiin soalnya."
Meskipun awalnya ragu, pada akhirnya Ayana menyerahkan kertas ulangan tadi yang sudah terlipat lipat dan disimpan di dalam saku kepada Kenzie. Sebenarnya tadi dia ingin membuang kertas itu untuk menghilangkan barang bukti atas kepayahannya dari Mala.
"Bukannya kita kemarin juga belajar soal ini?"
Kedua mata Ayana mengerjap, mencoba mengingat soal memori kemarin. "Emang iya? Aku lupa."
Kenzie menghela napas. "Sini deketan, gue kasih tau cara ngerjainnya. Gak cuma dipahami, tapi diingat juga."
Ayana mengangguk sekali dengan antusias. Dia menggeser kursinya lebih dekat ke arah Kenzie dan mendengarkan dengan baik setiap penjelasan cowok itu. Keduanya menghabiskan sisa jam istirahat dengan soal-soal rumit tersebut dan baru mulai menghabiskan bekal ketika bel jam masuk berbunyi.
"Udah paham?"
"Paham! Aku jadi yakin nanti bisa ngerjain soal remidinya."
"Good. Jangan lupa janjinya," ucap Kenzie sembari memasukkan penanya ke dalam saku.
"Eh? Berlaku buat remidi juga?"
"Pengennya, sih, gitu."
Ayana meneguk ludah. Lagi-lagi perasaan ini datang lagi. Gadis itu dengan kikuk merapikan bekal makanannya dan memasukkannya ke dalam tas kantong.
"Jadi, berlaku nggak?"
"Eh? Emm, berlaku, kok."
Ayana dengan cepat mengalihkan pandangan ketika tadi merasa melihat Kenzie tersenyum. Dia kembali menepis lagi pikiran mustahil itu dan dengan cepat berdiri. Mencoba bersikap senormal mungkin dan mengambil tas kantong di tangan Kenzie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interaksi
Teen Fiction| Teenfiction | Bagaimana jika surat cinta rahasiamu yang seharusnya sampai ke mas crush justru salah alamat? Ayana tidak pernah menyangka jika surat yang dia tulis dan kirim secara diam-diam salah alamat ke loker milik Kenzie-teman sekolah sekaligu...