Ini sudah lebih dari satu jam sejak Ayana pamit ke toilet. Kenzie yang sangat ingin memberondongi pertanyaan kepada kedua temannya yang tiba-tiba mengaku menjalin hubungan itu terpaksa harus mengurungkan niat karena rasa khawatir yang tidak bisa dia abaikan begitu saja.
Saat ini, cowok berhoodie itu tengah menunggu di depan toilet. Di tangannya terdapat jaket yang tadi diambil di jok motor. Dia sengaja tidak menghubungi Ayana karena bisa saja hal tersebut membuat gadis itu merasa bersalah karena terlalu lama. Dia juga tidak memedulikan beberapa tatapan orang yang tampak curiga akan keberadaannya.
"Kenzie?"
Suara yang terdengar serak itu membuat sang empunya nama menoleh. Menatap pada Ayana yang kini tampak kikuk sendiri menyembunyikan wajahnya. Gadis itu jelas menghindari tatapannya.
"Mau pulang sekarang?"
Tidak ada lagi suara. Yang ada hanya anggukan saja. Tanpa mengatakan apa-apa, Kenzie menyerahkan jaket di tangannya kepada Ayana. Gadis itu diam sejenak sebelum menerima jaket itu untuk dipakai.
"Tapi di luar hujan," ucap Kenzie. Tangannya bergerak menarik penutup kepala jaket untuk menyembunyikan wajah Ayana. Hal yang dia tahu ingin gadis itu selamatkan dari semua pasang mata yang akan mereka lewati nanti.
"Yang penting keluar aja dulu dari sini," balas Ayana pelan.
Kenzie mengangguk. Mengambil satu tangan gadis itu dan menariknya pergi dari tempat itu tanpa perlu repot-repot berpamitan dengan kedua temannya.
Hujan masih deras ketika keduanya sudah keluar dari kafe. Motornya yang terparkir di luar pun tidak selamat dari basahnya air hujan. Pandangan Kenzie menyapu sekitar hingga jatuh pada seorang anak kecil yang tengah menjajakan payung kepada orang-orang yang berteduh di emperan toko.
"Sebentar, ya."
Kenzie menghampiri anak kecil tersebut yang baru saja berhasil menjual satu payungnya. Dia membeli dua payung, hal yang berhasil membuat anak tersebut tersenyum lebar sekaligus mengucapkan terima kasih. Dia segera menghampiri Ayana lagi setelahnya dan menyerahkan salah satu payung di tangan.
"Mau makan jagung bakar nggak? Sambil nunggu hujan reda."
Ayana tersenyum dan mengangguk. "Boleh."
Kebetulan di depan kafe itu ada tenda penjual jagung bakar yang lumayan ramai oleh pelanggan. Keduanya, dengan berlindung di bawah payung menyeberangi jalanan. Kenzie segera memesan dua jagung bakar manis sementara Ayana menunggu di salah satu bangku kayu yang masih kosong.
"Kata abangnya bakalan lumayan lama, rame soalnya."
"Gak masalah." Ayana sedikit bergeser agar Kenzie bisa duduk di sampingnya.
Untuk sesaat tidak ada pembicaraan di antara keduanya. Kenzie tidak tahu harus membahas apa di saat dia ingin sekali bisa menghibur perasaan Ayana yang dia yakini tengah kacau balau. Meskipun tidak bisa dia pungkiri bahwa rasa senang itu dengan kurang ajarnya datang begitu saja ketika tahu kesempatan untuknya semakin lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interaksi
Teen Fiction| Teenfiction | Bagaimana jika surat cinta rahasiamu yang seharusnya sampai ke mas crush justru salah alamat? Ayana tidak pernah menyangka jika surat yang dia tulis dan kirim secara diam-diam salah alamat ke loker milik Kenzie-teman sekolah sekaligu...