🌰20🌰

296 63 411
                                    

“Tuan rumah tidak akan pernah berunding dengan maling yang menjarah rumahnya.”

-Tan Malaka-

Juli 1947

Hari ini di Divisi III Semarang terdengar ada alunan musik lawas, semua tentara yang sedang cuti hari ini kebanyakan memilih bersantai menikmati akhir pekan dengan ditemani lagu Lengger Banyumasan. Ada juga yang bersih-bersih barak dan halaman.

Terkadang beberapa pemuda yang tahu dengan lagu yang sedang diputar, sesekali bersenandung sambil melakukan aktivitas masing-masing.

Namun ada salah satu pemuda yang sedang dilanda galau, karena kekasihnya tidak maksudnya teman perempuannya tidak membalas setiap surat yang dia kirim.

Panji Fei tiada hentinya menulis surat untuk menanyakan kabar dari Runi, walau hanya basa-basi seperti sudah makan belum seperti kata-kata seseorang kepada pasangannya

"Hei Panji, kenapa kau terus murung sih? Ayolah kita nonton, katanya ada *Lengger Banyumasan di kampung sebelah," ajak Jumari, salah satu rekannya dari Solo.

(Berupa tari tradisional Banyumasan yang diiringi oleh musik calung, gamelan yang terbuat dari bambu.)

"Bung Jumari, saya mau tanya. Kenapa kekasih eh maksudnya teman saya tidak mau balas surat yang kita kirim?" tanya Panji meminta jalan keluar.

Baru saja dia mengajukan pertanyaan, eh Panji baru ingat saat dia pindah tugas ke Semarang belum berpamitan ke Runi. "Ah saya sudah tahu jawabannya, Bung. Sepertinya aku harus meminta izin pulang ke Purbalingga." Pria itu langsung berpakain seragam lengkap untuk menemui atasannya.

Tiba-tiba saja terdengar ada suara ketukkan sepatu bot khas Tentara Republik yang masuk ke lorong, "Hei rekan-rekan semua, beta punya berita penting ini,” ucap Frans.

Pria yang berasal dari tanah Papua itu mulai mengganti siaran radio. Semua Tentara Republik yang ada di barak mulai berfokus ke siaran radio yang katanya sedang memberikan informasi.

(Para rekan sekalian, Van Mook telah mengumumkan bahwa pihak Belanda sudah tidak terikat dengan Perjanjian Linggarjati. Bahkan mereka sudah mengumumkan akan melakukan Agresi Militer hari ini.)

Siaran radio mulai terputus, kurang dari 24 jam suara ledakkan mulai terdengar di sekitar barak hingga membuat tanah disekitarnya bergetar. Semua pemuda langsung keluar untuk melihat ke langit.

Pesawat tempur milik Belanda sudah tiba dilangit Semarang, benda itu beterbangan kesana kemari dengan menjatuhkan bom sebagai peringatan awal.

Panji mulai geram melihat betapa sombongnya pesawat-pesawat tempur itu, dia bahkan melemparkan batu ke arah pesawat yang jaraknya cukup dekat dengan atap barak mereka. 

"Owh Londo asu!"

Para Tentara Republik mulai bersiap untuk turun melindungi para warga sipil. Masyarakat sekitar mulai berlari penuh kepanikan, bahkan banyak dari mereka tergeletak tak bernyawa akibat serangan udara yang dilakukan serdadu Belanda.

Behind Hazel Eyes [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang