🧩
Setiap tatapan, aroma tubuh dan saat tak sengaja melakukan skinship, semua hal sepele itu menimbulkan reaksi aneh ke tubuh Joanna. Itulah sebabnya ia duduk di hadapan Maz agak jauh dengan memilih meja yang lebar. Joanna melahap mandu terburu-buru seakan takut seseorang akan mengambil makanannya.
Ia menyuapkan mandu terakhir dan bersitatap dengan Maz yang entah memesan makanan apa, yang jelas piring Maz sudah kosong. Joanna terlalu fokus pada makanannya hingga tak peduli kehadiran Maz yang terus memandangi lekat.
Maz mengulurkan tangan hendak meraih jemari Joanna tapi Joanna yang mendapat sentuhan mendadak itu seperti kesetrum dan segera menarik tangannya menjauh. Maz jelas geram mendapati reaksi begitu dari Joanna bahkan wanita itu menghindari tatapannya.
Joanna bukan tak sadar Maz memperhatikannya, tapi ia sendiri pun sedang kewalahan meredam reaksi tubuhnya yang terus bergejolak berdebar hanya kerena sentuhan Maz.
'Baby kumohon jangan bertingkah, dia memang ayahmu tapi dia orang yang sangat berbahaya' batinnya menggerutu menyalahkan calon fetus dalam perutnya yang seakan mendambakan belaian sang ayah.
Tatapan Maz tak bergeser sedikitpun dari bibir Joanna. Semakin lama ia menatapnya semakin besar keinginannya untuk menikmati bibir yang sedang mengunyah mandu tersebut. 'Kenapa dia bisa terlihat secantik ini? Aku harusnya membuat dia menderita bukan malah membelikan wanita ini makanan' Maz pun ternyata bergulat dengan pikirannya.
"Kenapa melamun?" tanya Maz.
"Bukan urusanmu! Aku sudah selesai makan. Antarkan aku pulang sekarang!"
"Ck Joanna, kau pikir aku mentraktir dan menjemputmu secara cuma-cuma?"
"Aku akan membayar mu nanti. Lagipula aku tak pernah meminta kau menjemput dan masih kesal padamu yang bertingkah dihadapan karyawanku seolah kau ini kekasihku... Hahaha jangan bermimpi! tak ada dalam rencanaku menjadikan mu kekasih, paham?!"
Maz terbahak mendengarnya, lalu berdiri mengulurkan tangan mengajak Joana bangkit. Joanna menepis dan bangkit sendiri lalu melangkah keluar restoran.
Mereka berjalan sebentar sampai keluar gang kecil kearah tempat parkiran mobil.
"Aku akan naik taksi dari sini" ujar Joanna saat mereka sampai ke jalanan besar Itaewon.
Maz malah merangkulnya erat membuat Joanna tak bisa memberontak saking kuatnya rangkulan pria itu. Mobil mereka mendekat dan berhenti dihadapan keduanya.
"Aku tak ingin pergi bersamamu! Terima kasih untuk makan malamnya tapi aku beneran sangat tidak mood" ucap Joanna berharap lelaki itu paham.
Maz menatapnya intens seolah meminta penjelasan lain membuat Joanna gugup.
"A-aku sedang berhalangan" ucap Joanna ketus untuk meyakinkan kebohongannya agar bisa terlepas dari cengkraman Maz. Benar saja cengkraman nya mengendur dan terlepas lalu lelaki itu membukakan pintu mobil.
"Ayo kuantar pulang, masuklah"
Kini mobil meluncurkan ke arah rumah Joanna yang hanya membutuhkan waktu dua puluh menit untuk sampai. Kedua hanya diam membisu dalam mobil itu tenggelam dalam pikiran masih-masing.
Joana langsung turun begitu mobil menepi di halaman rumahnya.
"Terimakasih sudah mengantarkan" ucapnya pada supir Maz seraya membuka pintu dan melesat keluar dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E C E P T I O N [✔]
FanfictionDia mengira targetnya telah masuk jebakan tanpa menyadari bahwa dialah sebenarnya yang terkena perangkap. Who VS Who.