Part 8

82 5 1
                                    

Akhirnya kami sampai di rumah mama, suasana terlihat sepi saat kami turun dari mobil. Aku masih terbayang kali terakhir aku ke rumah ini. Ketika mereka merayakan kebahagiaan keluarga tanpa mengikutsertakan aku. Rasa menyakitkan itu kembali menghantamku.

Namun mengingat kembali niatku datang, aku membelai perutku. Dia adalah alasanku datang ke sini lagi. Kehadirannya harus diketahui dan disambut oleh mama dan papa.

Namun saat kami mendekati dalam rumah, pemandangan yang ku dapatkan menghantam hatiku hingga menyakitkan.

Hati terasa tercabik saat aku melihat laki-laki yanh kucintai tengah menuntun Ratna untuk duduk di depan teras rumah. Terlihat sekali mas Gading sangat menjaga wanita itu. Ia sesekali menyelipkan rambut Ratna yang berantakan oleh angin yang menerpa.

Tak lama keluar mama yang membawa makanan dan minuman, kemudian mereka berbincang hangat dan sesekali mas Gading membelai perut Ratna di sela tawa mereka.

Aku berbalik pergi, tak sanggu menyaksikan keharmonisan mereka.

Apa mas gading selalu seperhatian itu dengan ratna, apa ia sudah mulai mencintai wanita itu.

Sita yang bingung ikut menyusulku masuk ke mobil. Ia memberikan pelukan padaku.

" Sebaiknya kita masuk Riana, Kamu harus menghadapinya" Ucap Sita setelah beberapa saat tangisku reda.

"Ngga perlu sita, nanti saja aku memberitahu mereka, saat ini aku hanya ingin pulang" Ucapku padanya.

Sita menggerutu, ia kesal aku terlalu baik dan mengalah menurutnya.

***

Kembali Mas Gading mengabari tidak bisa datang menemuiku. Ia menagtakan ada masalah di rumah dan tak bisa ia tinggalkan.

Mendengar hal itu, sedih sekali rasanya. Aku ditinggalkan sendirian dan tak terkenang lagi.

Mataku menelusuri dinding ruangan. Begitu banyak foto kenangan kami selama 10 tahun ini. Air mata menetes memgingat kembali kenangan kami beberapa tahun yang lalu, saat itu mami tak memusuhiku.

Ia sangat menerima diriku yang hanya lulusan SMA untuk bersanding dengan anaknya yang memiliki pendidikan tingga dan sudah sukses.

Saat itu rasanya semua sangat indah. Tuhan memanjakanku dengan pasangan yang begitu baik dan mertua yang begitu menyayangiku.

Namun kini semua berubah, rumah ini terasa sangat sepi dan aku merasa ditinggalkan.

Meski Sita selalu ada untukku, bukankah kehadiran suami sangat aku butuhkan, begitupun juga dengan Ratna, hati terasa nyeri mengingat semuan yang sudah kami lewati.

Air mata kembali menetes mengingat kehamilanku. Ini adalah yang selalu kami tunggu-tunggu, namun ia hadir setelah suamiku menikahi wanita lain.

Namun tak pernah ku menyalahkan kehamilanku yang datang sekarang, setidaknya aku tahu sampai mana letak setia suamiku. Ternyata aku bukan wanita yang ia cintai satu-satunya.

Jika mencintainya terasa sangat menyakitkan seperti ini, maka aku ikhlas. Menjaga benih cinta kami yang tumbuh di rahimku adalah salah satu wujud cintaku padanya.

"Selau kuat nak, mama akan terus bersamu" Ucapku sambil terus mengelus perutku.

Mencoba tak begitu peduli dengan kehadiran suami. Jika mas Gading tidak bisa datang maka akan ku coba datang ke rumah mama kembali.

Perlahan ku jalankan mobil ke rumah mama. Sesekali mengusap perut yang masih rata, berdoa semoga anakku tumbuh dengan baik

namun sebelum mencapai rumah mama, aku memberhentikanam mobil agak jauh ketika pemandangan menyakitkan kembali ku dapatkan.

Melihat kembali mas Gading begitu menjaga Ratna. Ia membuka pintu dan terlihat menunduk memasangkan seat belt ke pada wanita itu. Kemudian mobil itu berjalan menyusuri jalan utama.

Aku yang penasaran, segera mengikutinya. Aku ingin sekali mengetahui apa yang membuat mas Gading begitu sibuk dan mengorbankan janji gilirnya padaku.

Mobil yang kuikuti berhenti di sebuah gedung, terlihat beberapa dekorasi menandakan ada aara pernikahan. Mas Gading terlihat turun dan membantu Ratna untuk turun, wanita itu kemudian tersenyum dan mereka bergandengan tangan masuk ke dalam sana.

Mendadak aku merasakan hantaman realita. Diriku sudah tergantikan dengan wanita lain. Biasanya ia akan selalu mengajakku ketika ada acara. Tapi kini ia memilih Ratna untuk menemaninya.

Tak tahan dengan kenyataan ini, aku kembali menjalankan mobilku, hantaman kenyataan di depanku membuatku mual seketika. Air mataku jatuh deras kembali. Beginikah sakitnya diduakan. Melihat kenyataan suamimu telah berpaling. Meski wanita itu juga berhak dan merupakan istrinya.

Hingga memasuki jalan besar, aku tak dapat mengontrol laju kendaraan ku kembali, yang terakhir kusaksikan diriku mencoba membanting setir ke arah lain, mencoba menghindari motor yang melaju dari arah yang berbeda. Kegelapan benar-benar menelanku.

.
.

Jangan Lupa Vote dan Comment ya,, Thankssss

.

Yang ingin melanjutkan membaca cerita ini bisa langsung ke karya karsa dengan nama penulis : January Lin

Cinta Yang (Tak) TerbagiWhere stories live. Discover now