Part 13

88 5 0
                                    

Mas Gading terlihat semakin khawatir. Mukanya terlihat ikut pucat.

"Riana ada apa sebenarnya... Ada yang kamu sembunyikan dariku?" Tanyanya dengan mata menyipit menatapku curiga.

"Ngga apa - apa mas, aku baik-baik saja" Jelasku padanya. Aku memilih berbaring kembali. Rasanya tubuhku sangat Lemas.

"Aku buatkan teh dulu ya sayang" Ucapnya bergegas ke dapur. Ia terlihst sangat khawstir.

"Riana ke dokter ya..." Ucapnya sambil memberikan teh yang dibuatnya. Ia terus mengelus rambutku.

Baru saja aku akan menjawab, Telpon mas Gading terdengar bergetar.

"Sebentar Ya sayang" Ucapnya menjauh menjawab panggilan ponselnya. Aku menghela napas, untung mas Gading terlihat tidak semakin curiga. Aku tak ingin dia mnegetahui kehamilanku.

Dia kembali setelah beberapa menit. Terlihat mukanya yang tampak muram, namun ia berusaha untuk menyembunyikan. Aku sebenarnya ingin menanyakan siapa yang menghubungi. Namun aku takut, jawaban darinya akan mampu menyakitiku.

"Pastikan kamu sehat, minggu depan aku ingin membawamu ke suatu tempat" Bisiknya tepat di telingaku.

"Maksudnya" Ucapku bingung, mengapa begitu tiba-tiba.

Ia tersenyum, ia mengatakan akam membawaku ke Lombok untuk urusan pekerjaan, sekaligus kami dapat berlibur katanya.

"Mas yakin mama akan setuju dengan keputusan ini, bagaimana dengan Ratna juga mas?" Tanyaku dengan suara lirih. Mas Gading tampak tampak menghela nafas, tak lama ia menggeleng.

"Sudah Lusa kita tetap berangkat ya sayang, pastikan kamu sehat ya" Putusnya. Aku ikut bahagia, merasa akan menghabiskan waktu lebih banyak dengan Mas Gading.

*****

Memang benar apa yang dikatakan banyak orang. Kita tidak boleh terlalu berharap pada manusia. Buktinya untuk kesekian kali aku dikecewakan.

Mas Gading menghubungi tak jadi bisa mengajakku ke Lombok. Ia mengatakan akan mengajakku ke tempat yang bagus setelah pulang dirinya dari Lombok.

Aku yang sudah kecewa sudah tak terlalu berharap. Karena akupun tak yakin ia akan melakukkannya.

Aku ingin bertanya alasannya membatalkannya. Namun aku yakin jawabannya akan membuatku tersakiti. Aku tahu mungkin ia lebih memilih mengajak Ratna. Entah kenapa aku sudah bisa menebak.

Suara tamu membuyarkan diriku dari fikiran dan lamunanku. Aku bergegas ke depan.

Aku tak menduga kedatangan seeorang di depanku.

"Mas Dimas..." Ucapku membuka pintu. Ia tersenyum dan mengucapkan salam.

"Mari mas masuk..." Ucapku mempersilahkan ia duduk di kursi ruang tamu. Terlihat ia memperhatikan dan meneliti diriku. Sungguh aku rasanya agak tidak nyaman

"Saya ke sini untuk melihat kondisi mbak" Katanya menjelaskan maksud kedatangannya setelah aku bertanya.

"Saya baik-baik saja mas, sekarang" Ucapku menjelaskan. Mas Dimas tampak senang dan lega.

"Tunggu ya mas, aku ambilkan minum" Ucapku beranjak berdiri. Sungguh aku begitu merasa canggung. Sifatku yang cenderung pendiam membuatku bingung harus berkata apa lagi. Bersama orang yang baru dikenal memang sulit membuat diriku yaman.

Ketika aku kembali ia terlihat memperhatikan sekitar. Aku mempersilahkan untuk minum teh yang kubuatkan.

" Maaf mba, kedatangan saya mendadak seperti ini" Ucapnya tidak enak. Mungkin melihat juga keadaan rumahku yang tampak sepi.

Aku tersenyum mendengarnya. Ia tampak seperti laki-laki yang sangat sopan. Aku tahu mungkin ia mengkhawatirkanku, apalagi setelah memberikanku kartu nama, aku tak pernah mencoba menghubunginya ataupun memberikan kabar tentang kesehatanku.

"Siapa dia Riana?"

Suara dari arah pintu membuat aku dan Mas Dimas ikut menoleh. Aku tak menduga ia akan datang disaat seperti ini.

.

Jangan Lupa Vote dan Comment ya, Thanksss...

.

.

Cinta Yang (Tak) TerbagiWhere stories live. Discover now