Part 2

342 20 6
                                    

"Sampai kapan kamu akan terima aja diperlakukan seperti ini Riana"

Sita sangat frustasi dengan sahabatnya ini. Menurutnya Riana terlalu mengalah kepada orang-orang yang tak tahu diri itu, memperlakukan semena-mena sahabatnya

"Aku hanya mengikuti alur saja Sita"

Riana sudah tidak ingin mengambil pusing dengan segala permasalahan yang  menimpa rumah tangganya, semenjak kejadian di pusat perbelanjaan dulu, Gading memang menjadi lebih perhatian kembali dengannya. Namun hal itu hanya bertahan dua minggu. Selebihnya laki-laki itu  kembali jarang datang menemuinya. Alasannya pun sama saja. Keadaan madunya yang tak dapat ditinggal dan tak ingin berjauhan dengan suami menjadi alasan yang selalu ia dengar.

"Gading sungguh sudah keterlaluan Riana, kamu harus merebut kembali perhatian suami kamu atau kamu lepaskan laki-laki itu, kamu masih muda dan pantas bahagia"

"Entah Sita, aku  memang ingin melepaskan, namun aku takut jalan yang aku ambil salah, aku masih mencintainya"

Riana bukan tidak pernah berfikir untuk meminta berpisah, namun hati mengalahkan logikanya. Ia mengakui masih sangat mencintai suaminya. Sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar untuk melupakan orang yang selalu bersamanya.

"Namun ia sudah keterlaluan, dia sudah tidak adil Ri, kamu juga istrinya yang butuh perhatian, bukan cuma wanita perebut suami orang itu" Tekan Sita yang mengingatkan segala Kecurangan Gading terhadap sahabatnya.

***

Setelah berfikir panjang, Riana memutuskan untuk menuju rumah mertuanya, dia akan melihat bagaimana keadaan madunya yang selalu dikatakan Gading tidak baik-baik saja.

Memakirkan mobilnya di depan gerbang, Riana menekan bel karena keadaan rumah yang terlihat sepi.

"Mbak Riana apa kabar" sapa ART yang sudah sangat Riana kenali,mereka dulu sering memasak bersama sebelum ia pindah dan secara tidak langsung terasingkan dari rumah ini.

"Kok terlihat sepi mbak" Tanya Riana sambil menatap sekeliling bangunan yang tak banya mengalami perubahan.

"I...tu mbak, Nyonya dan yang lainnya sedang pergi menginap ke Villa"

ART tersebut menjawab pertanyaan Riana dengan sungkan, ia sangat sedih melihat nona majikannya yang baik hati ini.

"O..Ohh, baik mbak kalo  begitu aku balik dulu, ah dan jagan beri tahu kedatangan saya pada siapapun ya mbak"

Riana mencoba menyembunyikan tangisnya, ternyata setega itu mereka kepadanya. Jahat sekali rasanya, tak percaya Gading sangat tega kepadanya.

Disaat ia mati-matian mempertahankan rasa cintanya, ternyata laki-laki itu sedikit demi sedikit melupakannya. Sudah tidak melibatkannya dalam kehidupan laki-laki itu.

"Hati-hati mbak berkendaranya"

Riana hanya tersenyum dan langsung pamit, ia sudah menetapkan langkah apa yang akan ia lakukan kedepannya. Bukankah jika ia tidak diinginkan lagi ia harus mundur. Sebentar lagi waktunya tiba.

***

Gading kembali datang seperti biasanya. Memperlakukannya seakan hanya dirinya yang dicintai laki-laki itu. Namun ia tak kan terbuai lagi, ia sudah memutuskan tak akan mengungkit kedatangannya ke rumah mertuanya. Pelan-pelan Riana akan menjauh dari laki-laki ini sampai tak teringat lagi.

"Kenapa panggilanku tak diangkat Ri?"

Lihatlah, Gading kembali perhatian padanya. Namun semuanya tak dapat menyentuh hatinya lagi. Apakah ia telah mati rasa, ia juga tak yakin.

"Maaf mas aku terlalu larut menanam bunga-bunga itu sehingga tak mendengar bunyi handphoneku"

"Bagaimana keadaan Ratna mas?"

Riana mencoba mengalihkan pembahasan mereka tentang sang madu. Mulai sekarang ia tak akan menghindari lagi. Bukankah sebentar lagi ia akan terbebas dari belenggu pernikahan ini. Ia harus memastikan Gading bahagia agar pengorbananya tak sia-sia bukan.

"Dia baik, namun kandungannya lemah, bisakah kamu tak membahasnya ketika kita berdua saja sayang" Pinta Gading dengan menatap dalam mata istri pertamanya.

"Aku hanya ingin tahu mas, dia sedang mengandung anakmu kan" 

Riana mencoba mengingatkan Gading dari kenyataan bahwa hubungan mereka tak kan pernah ada kata berdua lagi, telah ada Ratna diantara  mereka.

Gading hanya dapat menatap istrinya sendu, Riana entah mengapa sekarang terasa jauh sekali dengannya. Ia tahu ia sudah sangat bersalah terlalu mengabaikan Riana selama ini. Namun keadaan serta keinginan melindungi istrinya membuatnya harus melakuakannya.

"Kamu juga nantinya akan melahirkan anakku, disini akan tumbuh anak kita"

Gading mengusap perut istrinya, merapalkan doa semoga istrinya dapat segera hamil. Ia tahu Riana selama ini sangat bersedih karena belum dapat memberinya seorang anak. Namun ia tak kan pernah mempermasalahkan. Sejujurnya ia tak apa hanya menua dan hidup bersama istrinya, Riananya. Namun kenyataannya kini semua berubah, Tanggung jawab ini miliknya.



Cinta Yang (Tak) TerbagiWhere stories live. Discover now