10

1.4K 56 163
                                    

Malamnya...

"Thorn, Aku ke supermarket dulu ya." Ucap Blaze. "Hah? Mau beli apa? Mau Thorn temenin?" Tanya Thorn bertubi-tubi. "Mau beli makanan aja sih, Gausah. Aku bisa sendiri kok." Jawab Blaze. "Tapi- Setidaknya aku temenin! Please..." Mohon Thorn.

"Oke, Oke.... Kamu boleh ikut." Ucap Blaze. "Yeyy! Thank you, Mom!" Seru Thorn. "Aku ikut," Sahut Solar. "Lu ga di ajak." Balas Blaze. "Mommyy, Biarin kak Solar ikut yaa? Please!" Mohon Thorn. Kalau sudah Thorn yang meminta, Blaze tidak bisa melawan. "Oke. Kau boleh ikut, Solar." Ucap Blaze.

"And- Jangan bilang siapa-siapa." Lanjutnya. Thorn dan Solar mengangguk.

Setelah membeli apa yang diinginkan...

Mereka pun pulang melewati jalan kecil yang sangat sepi karena sudah malam. "Thorn takut..." Ucap Thorn pelan sambil memeluk Solar. "Tak apa, Ada aku." Balas Solar sambil mengecup sekilas kening Thorn. "Bucin..." Gumam Blaze.

"Berhenti disana!"

"BERJAGA-JAGA!" Seru Blaze. Dirinya dan Solar pun membelakangi Thorn, Guna melindunginya. "Siapa kau?!" Tanya Blaze. "Aku, Krico." Jawab Krico. "KAU?! BUKANKAH KAU SUDAH KALAH?" Tanya Solar. "Belum~ Aku tidak lemah, Kau tau?" Jawab Krico.

"Ingatlah, Aku akan mengajakmu battle di area khusus mafia. Jangan lupa, Seluruh mafia akan hadir." Ucap Krico. "UNTUK APA, HAH?!" Tanya Blaze. "Banyak tanya. Tentu saja untuk memperebutkan posisi ketiga." Jawab Krico.

Dalam sekejap, Krico berlari entah kemana. "Mommy oke?" Tanya Thorn. "Aku oke. Kalian oke?" Tanya Blaze balik. Thorn dan Solar pun mengangguk. "Tapi, Bagaimana cara menjelaskan ini ke kak Ice? Dia pasti tidak akan setuju. Apalagi kau sedang mengandung." Ucap Solar.

"Secara diam-diam, Aku akan memalsukan identitas ku saat bertarung dengan kecoa tersebut." Balas Blaze. "Tidakkah itu dilarang di peraturan mafia?" Tanya Thorn. "Eh? Bagaimana kau-" Ucapan Blaze dipotong oleh Solar. "Aku memberitahunya. Dan, Pertanyaan Thorn ada benarnya." Potong Solar.

"Haish. Baiklah, Aku akan meminta izin dengan Ice." Ucap Blaze.

Mafia [Solthorn]

Keesokan harinya...

"Tidak." Jawab Ice.

"Icyyy," Bujuk Blaze.

"Tidak, Baby." Balas Ice.

"Icy...!" Bujuk Blaze lagi.

"..." Tak ada jawaban dari Ice.

"Icy sayang~ Ku mohon..." Mohon Blaze.

"Baiklah, Tapi jika Ia menyakitimu.... Aku tak segan-segan membunuhnya atau lebih baik menyiksanya." Balas Ice. Ia duduk di sofa lalu menarik pinggang ramping Blaze untuk duduk di pangkuannya. "Thank you~" Bisik Blaze lalu mengecup bibir sang Enigma.

"Your welcome, Baby." Balas Ice. "Tapi.... Kapan aku akan bertarung dengannya?" Tanya Blaze. "Secepatnya seperti yang kau mau, Baby." Jawab Ice. "Oh, Oke." Balas Blaze. "Mommy Lazeeeee, Ayo buat sarapan!" Ajak Taufan. "Kak, Sudah ku bilang. Jangan panggil aku dengan sebutan mommy Laze." Balas Blaze sambil bangkit dari pangkuan Ice.

"Tidak bisa, Hehehe~" Balas Taufan. "Mana Thorn?" Tanya Blaze. "Aku disini!" Seru Thorn. "Kau mau makan apa, Ice?" Tanya Blaze. "Hmm.... Telur saja tak apa." Jawab Ice. "Telur semua nih?" Tanya Taufan. Thorn mengangguk, "Telur aja semua!" Seru Thorn. "DUAR!-" Rara muncul secara tiba-tiba seperti hantu.

Mafia [Solthorn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang