4⁴

848 108 22
                                    

Typo*
Kata Doi, boleh gak si nyalahin dunia? Padahal mah yang salah kita. Ngapain nyalahin dunia?

Kita aja ngungsi ;)

*
*

Aiden saat sini sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Melihat dirinya di cermin, Aiden merasa Dejavu dengan keadaannya. Ia merasa seperti orang yang tidak lulus-lulus sekolah karena melihat dirinya mengenakan baju SMA lagi.

Helaan nafas pelan terdengar dari celah bibir Aiden.

"Dosa gue bakal numpuk lagi ini mah." Gumamnya menyugar rambutnya ke arah belakang.

Niat hati ingin mengenakan baju Koko dan peci, tapi dia ingat, ini bukanlah sekolah pesantren.

Aiden beranjak dari tempatnya berdiri dan menyambar tas juga ponselnya, lalu keluar dari kamar.

Aiden berharap, semoga suasananya menjadi tenang dan nyaman untuk kembali bersekolah.

***Antagonis***

Aiden kini sudah berada di dalam kelas. Menikmati semilir angin pagi dengan mata yang tertutup rapat.

Riuh suara para siswa dan siswi tidak mengusik ketenangan dari Aiden.

Mereka tanpa sadar menatap Aiden dengan heran. Pasalnya, jika mereka terdengar Ribut, apalagi ketika Aiden si tempramen ada di kelas, anak itu akan menyumpah serapahi mereka habis-habisan.

Dengan sikap Aiden asli yang selalu semena-mena dan egois, mampu membuat dia terkucilkan dari para murid-murid lain.

Meski begitu, Aiden tak begitu memusingkan hal itu. Karena memang sedari awal, ia sudah terbiasa di jauhi.

Aiden tidak tergolong dalam siswa yang bodoh ataupun pintar. Yah.... Bisa dibilang seimbang.

Mata pelajaran pertama pun di mulai. Aiden mengikuti pelajaran dalam diam, tanpa menimbulkan kekacauan apapun.

Itu terus berlangsung hingga bel istirahat berbunyi.

Aiden memilih untuk diam di dalam kelas dan menikmati sandwich miliknya. Ia tidak menggunakannya sebagai sarapan karena tidak mau menambah dosa saat berada di kantin saat jam istirahat datang.

"Berasa sepi banget kalok gak denger suara si Hisyam." Celetuk Aiden menatap kondisi luar kelas.

"Gimana kabar Umi sama Abi? Laura pasti sedih banget liat abangnya pergi. Hisyam pasti ngerasa kesepian karena gak punya temen akrab."

"Lebih penting lagi, gimana keadaan tubuh gue? Udah mati apa belom?."

"Dipikir pikir lagi, ini tuh berasa kayak mimpi. Masa iya transmigrasi itu ada?."

"Mustahil banget."

Monolog Aiden menghabiskan sandwich miliknya.

Aiden menatap kearah lapangan outdoor. Disana, ada beberapa siswa tengah bermain basket dengan skor yang masih belum tercetak.

Aidan merasa euforia kemenangan ketika berhadapan bersama Hisyam, saat tanding basket.

To Be Antagonis (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang