9⁹

793 126 58
                                    

Typo*

Hari sudah mulai siang, dan waktunya untuk makan.

Aiden, yang memang sudah siap dengan bekal nya, kini teralihkan dengan kehadiran sosok Liam yang tak jauh dari posisinya.

Hanya sebentar, sebelum ia kembali memfokuskan dirinya pada makanan miliknya.

Aiden mengabaikan kehadiran Liam. Tanpa berkata sedikitpun, Aiden mulai menyantap makanannya dalam diam.

"Lo bandel banget dibilangin. Kalo ayah tau, Lo bisa di hukum nanti." Decak Liam menatap Aiden dengan kesal, lantaran tak di gubris sedikitpun.

Aiden tak menjawab karena memilih untuk mengenyahkan atensi Liam darinya.

"Lo denger gua gak si?!." Sentak Liam kembali di buat jengkel

Namun, lagi dan lagi Aiden tak menggubris perkataan nya. Anak itu masih santai dalam menyantap makanan miliknya.

Brak

"Aiden!." Kali ini, Liam berujar sambil menggebrak meja Aiden. Sontak saja, hal itu mengundang perhatian dari para murid yang kebetulan berjalan di luar kelas..

"Lo bisa keluar kalo udah selesai ngomong." Balas Aiden tak begitu peduli

Seakan tak mengerti ujaran Aiden, Liam kembali melayang kan sentakannya.

"Kalo ayah marah, jangan salahin gua." Delik Liam

"Kalo lo ngelapor, ya pasti kena marah lah." Celetuk Aiden tanpa menatap Liam sedikitpun.

"Ayah punya suruhan disini. Lo bisa denger gua gak si? Sebelumnya Lo main basket, sekarang Lo ganggu Viona. Kalo ayah tau, ayah bakal marah besar! Lo ngerti maksud gua gak si?"

"Karena tu cewek tunangan lo? Iya, pasti itu. Perkara maen basket dikit, ayah gak bakal marah." Jawab Aiden dengan percaya diri nya.

Tidak sejalan dengan perkataan nya, rasanya ada sesuatu yang mengganjal dalam hati Aiden.

Rasa sesak menghampiri nya, kala mendengar penuturan Liam.

Tak hanya hati nya yang menjadi sesak, tapi ia kembali dihadapkan dengan ingatan-ingatan kecil yang mulai mengganggu pikirannya.

Liamㅡ sepertinya dia kakak nya. Ralat, kakak tirinya.

Akh... Ini fakta mengejutkan yang setidaknya sampai membuat Aidan sedikit mengatupkan kedua bibir nya sejenak, sebelum akhirnya membalas perkataan remaja itu..

Dirga Antasenaㅡ itu adalah nama ayahnya. Ayah yang pada akhirnya meninggalkan dirinya dalam keadaan sekarang, sama seperti bundanya.

Fasilitas nya memang sudah dilengkapi oleh pria berkepala empat itu. Tapi selalu saja ada yang kurang, karena atensinya pada Aiden tak sebanyak yang ia torehkan pada anak-anak tirinya.

Aiden merasa terbuang oleh kedua orangtuanya. Satunya pergi, satunya tak peduli.

Dan begitulah akhirnya, dimana Adien asli mulai membuat masalah.

"Bukan masalah kecil Aiden. Kalo ayah sampe tau ini, ayah gak bakal segan-segan buat ngehukum lo." Peringat Liam

"Gakpapa. Lagian gue udah biasa." Jawaban enteng yang di layangkan oleh Aiden, kontras sekali terlihat beda dengan raut wajahnya yang menyendu.

"Lo bisa keluar. Gak usah sok peduli sama gue." Ketus Aiden melepas isi pikirannya.

Sebenernya, Aiden tidak tau apa yang membuatnya bisa menjawab perkataan Liam se enteng ini. Mungkin memang karena kepribadiannya dan kepribadian Aiden asli saling terpaut, hingga membuatnya bisa terlihat biasa saja.

To Be Antagonis (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang