6⁶

783 124 10
                                    

Typo*

"Allah ta'ala berfirman, 'Sesungguhnya Aku mewajibkan atas umatmu sholat lima (waktu). Dan Aku telah berjanji, barangsiapa menjaganya pada waktunya Aku akan memasukkannya ke dalam surga; dan barangsiapa tidak menjaganya, maka tidak ada janji dari-Ku baginya."

(Soc : detikhikmah.com)

*
*

Aiden kini sudah berada di rumahnya. Tentu bersama Aldi, juga teman-teman nya yang lain.

Sebelum nya, Aiden sudah meminta mereka untuk tidak repot-repot mengantar nya. Apalagi sampai mengatakan, untuk menjaganya. Namun, Mereka Bersi keras untuk mengikutinya, hingga sampai disini.

Masalah motor Aiden, Ridho sudah mengurus hal itu saat pulang dari rumah sakit bersama yang lainnya.

Kini, mereka tengah menunggu Aiden untuk membuka pintu rumahnya. Saat baru sampai, hal yang pertama mereka lihat adalah kondisi rumah yang Sunyi dan gelap, begitulah pandangan mereka.

Ceklek

Pintu terbuka lebar, dan Aiden mulai mempersilahkan mereka untuk masuk.

Dengan senang hati, mereka melangkah masuk pada bangunan dua lantai itu. Beda dengan tampang diluar nya, di dalam sini ternyata sangat sejuk dan memiliki aroma yang khas.

Rasanya nyaman dan tenang dengan aroma Citrus yang menguar.

"Kalian bisa duduk di ruang tamu. Gue mau ganti pakaian dulu." Tukas Aiden mempersilahkan mereka untuk duduk pada ruang tamunya.

Rumahnya tak segelap yang terpampang di luar. Ini benar-benar berbeda 180° derajat.

Semua barang tersusun rapi, dan semuanya terlihat bersih terurus.

"Butuh bantuan gak?." Tanya Aldi pada Aiden.

"Gak perlu, kalian duduk aja." Tolaknya, lalu melangkah pergi menaiki tangga seorang diri.

Tinggallah mereka berlima yang duduk pada sofa besar pada ruang tamu.

Ruang tamu Aiden sangat luas, dan sangat nyaman untuk di tempati. Bahkan Ridho juga Tomi memilih untuk lesehan di atas karpet berbulu disana.

"Hmmm... Nyaman banget. Aura nya tenang tentram." Puji Ridho mengelus kan kakinya pada karpet halus itu.

"Bener-bener definisi rumah tempet pulang." Rico menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, sambil menarik nafas dalam-dalam untuk menghirup udara segar khas disana.

"Baru kali ini gua ngerasa nyaman banget sama rumah yang baru pertama kali gua datengin." Ujar Febian

"Bener banget. Rasanya kayak udah akrab sama tempatnya. Padahal mah gak pernah kesini sama sekali." Balas Tomi mengiyakan ujaran Febian.

"Itu si Aiden gakpapa di tinggal sendiri?" Tanya Ridho menatap lantai atas.

"Dia gak mau di bantu." Balas Aldi ikut menatap arah pandang Ridho.

"Dia gak percaya sama orang asing, mungkin?." Terka Rico

"Bisa jadi. Tapi, wajar aja si dia gitu. Soalnya dia dikhianatin sama temennya sendiri." Tukas Febian menatap teman-temannya.

"Gua antara mau kasihan sama engga. Soalnya dia pembuat onar juga." Celetuk Rico.

"Hussh... Lu kalok ngomong jangan langsung di rumah orangnya dong. Entar dia denger, lu juga yang malu." Tegur Febian

Rico sendiri hanya terkekeh garing mendengar teguran itu.

Mereka kembali mengobrol satu sama lain, sambil sesekali melihat kesana kemari menatap setiap inci rumah Aiden.

To Be Antagonis (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang