"Jihoon-ssi ?" tanya Soonyoung yang sedang berkeliling di ruangan anak buahnya. "Iya Pak ?" tanya Jihoon dengan raut muka kebingungan. "Tumben sekarang jarang nelpon" cetus Soonyoung dengan raut muka pura pura tidak peduli. "Ah iya, saya berpikir sebaiknya saya tidak menelpon karena terakhir kali Bapak kelihatan maraah sekali" ucap Jihoon yang sedikit takut.
"Telpon saya saja tidak apa apa. Sehari tidak kamu telpon rasanya aneh haha" Soonyoung langsung pergi meninggalkan ruangan itu dengan sedikit tersenyum. "Eh- PAK SEBENTAR" teriak Jihoon."Iya ? Kenapa ?"
"Kalau saya menelpon Bapak diluar kerjaan boleh tidak ? saya tidak memaksa sih cuman-"
"Boleh, boleh banget. By the way jangan panggil saya Bapak, panggil saya Mas aja. Mas Senior" Soonyoung menepuk pundak Jihoon dengan senyuman tipis dan langsung pergi. Didalam lift, jantung ia berdebar. Senyum 'salah tingkah' terukir di wajahnya saat ini. Kenapa dia lebih menarik dibanding Wonwoo.., mata polosnya menggemaskan, Batin Soonyoung.
Bos Wonwoo is calling...
Soonyoung menghela napasnya. Bahkan kekasihnya terpaksa ia beri nama kontak 'Bos' karena pekerjaanya. Ia merasa lebih bebas jika menjalin hubungan dengan orang yang statusnya tidak terlalu jauh dengannya. Wonwoo memang terlalu tinggi statusnya, dan orang disekitar dia berbeda dunia dengannya. Kemiskinan pernah menimpa mereka, tidak dengan Wonwoo.
"Iya Tuan ?" tanya Soonyoung. "Kamu kenapa sih formal lagi, kita pergi yuk ke kafe agak jauhan dikit" ajak Wonwoo yang sepertinya moodnya sedang baik. "Okeey.. aku keatas sekarang"
Kafe yang sedikit pricey dan jauh dari kantor mereka terlihat rame. Lagi lagi Wonwoo yang membayar makanannya. Soonyoung benar benar merasa tidak enak dengan Wonwoo. Ia tidak pernah mengeluarkan uang saat mereka ngedate. Upah Soonyoung dibuat untuk menabung dan sebagian diberikan kepada orang tuanya. Ia merasa benar benar rendah dibanding Wonwoo. Soonyoung hanya menatap makanan itu dengan tidak enak. Ia merasa tidak pantas untuk memakan semua itu dengan duit kekasihnya.
"Nyoung ? kenapa ga dimakan ?" tanya Wonwoo yang sedang mengunyah makanannya.
"Won, kayanya kita udahan aja deh. Aku merasa ga pantes banget buat kamu. Kayanya selamanya aku bakal jadi teman sekaligus anak buah mu. Kamu pantes dapet yang lebih baik dari aku. Selama kita ngedate, aku gapernah ngeluarin uang. Aku gapernah bisa effort ke kamu. Kamu yang selalu biayain ini semua. Kita berada di status sosial yang berbeda Won, Maaf... I'm so sorry Jeon Wonwoo..."
Wonwoo hanya mematung. Ia berusaha mencerna apa yang Soonyoung katakan barusan. Ia tidak setuju dengan semua ini namun di kalimat terakhir agak mengiris hati Wonwoo. Ia sadar bahwa pekerja yang ada di perusahaannya adalah orang yang dari status rendah semua. Ia seperti sedekah dengan para karyawannya karena memang upah yang Wonwoo berikan tidak sedikit. Tetapi banyak dari karyawan tersebut memiliki hutang yang besar sehingga tidak cukup untuk menghidupi mereka.
"Ada orang yang kamu sukai Nyoung ?" tanya Wonwoo yang emosinya sedikit naik.
"Nope. ah maksutnya Not Yet"
Wonwoo segera meninggalkan sekretaris nya itu. Ia mengendarai mobil tanpa disupiri oleh sekretaris itu. Ia mengebut di sebuah jalan raya yang sepi. Kecepatan 120km/jam ia lalui. Dengan tetesan air mata dan muka yang memerah karena emosinya. Sesampainya di rumah, ia bertemu dengan Kim Mingyu yang sedang berjaga dirumahnya. Tampaknya ia sedang menunggu bos nya pulang. Melihat lelaki itu, ia diam didepannya. Lelaki itu tampak bingung hingga akhirnya Wonwoo mengeluarkan tangisan pecah didepan pria itu. Mingyu langsung memeluk bos nya itu dan menepuk pundaknya. Air mata Wonwoo yang deras sekarang berada di jas Mingyu.
Setelah sekitar 10 menit Wonwoo meneteskan air matanya, ia mulai merasa enakan. Ia menyeka air matanya itu dan masih berada di pelukan Mingyu. "Are u okay now ?" tanya Mingyu yang dibalas dengan anggukan Wonwoo. Hidung dan mata yang merah membuat Mingyu tidak tega.
"Tuan.. boleh saya masuk kerumah mu dan memasakkan sup misoa untuk mu ?"
"Wonwoo, panggil aku Wonwoo. Kita sudah tidak berada di kantor sekarang. Kamu boleh santai kepadaku" ucap Wonwoo dan menarik tangan Mingyu masuk kedalam. "Masakkan sup itu untuk ku. Kamu boleh membuka bahan bahan dapur ku"
Mingyu segera menuju dapur Wonwoo yang sangat rapi itu. Sepertinya tidak pernah Wonwoo pakai karena ia tidak bisa memasak. Mingyu mulai merebus misoa itu dan mempersiapkan kaldu untuk kuahnya. Ia selalu memasak ini disaat moodnya sedang tidak baik. Hangatnya kuah kaldu akan membuatnya merasa lebih baik. Ia harap Wonwoo juga merasa hal itu.
Wonwoo turun tangga dengan memakai sweater nya. Ia merasa hari ini sedikit dingin. Ia menuju dapur dan menantikan sup yang dimasak oleh bodyguardnya itu. Mingyu hanya menyajikan satu mangkok untuk bos nya saja.
"Kamu ngga makan ?" tanya Wonwoo yang sedang mengaduk mie nya dan mulai menyeruput kuahnya.
"Ga enak kalau aku makan berdua dengan mu"
"Haha gapapa santai aja, ayo sini makan bareng. Heumm kuahnya enak banget" Wonwoo menarik kursi disampingnya dan mempersilahkan Mingyu duduk.
"Wonwoo-ssi, kalau ada apa apa bilang aku aja ya ? aku bakal masakin kamu makanan low budget tapi enak. Aku liat liat dapur mu gapernah dipake"
"Iya aku gabisa masak. Dapurnya cuman aku pakai kalau aku mau makan sereal. By the way kamu ga nanya kenapa tadi aku nangis gitu ?"
"Aku ga akan tanya kalau kamu ga cerita duluan. Takutnya itu privasi kamu"
"Yes, It's my privacy. Aku barusan diputusin sama pacar aku dan sialnya aku bakal ketemu dia tiap hari walaupun aku menghindar sejauh apapun"
"SIAPA YANG BERANI MUTUSIN KAMU DAN BIKIN KAMU NANGIS KAYA GITU ??" teriak Mingyu yang agak keras dan mengenggam tangannya dengan erat.
"Ssstt, santai aja Gyu. Aku gabakal kasih tau dia siapa. Takut nanti kamu hajar hahah"
Mereka melanjutkan perbincangan malam mereka. Diselingi dengan tawa kedua orang tersebut. Mingyu satu satunya orang yang berhasil menghapus kesedihan Wonwoo dengan tertawa. Seakan akan Wonwoo tidak terjadi apa apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
different ~ [MEANIE]
RomanceKim Mingyu, seorang pengangguran yang memiliki ekonomi rendah bertemu dengan Jeon Wonwoo, CEO perusahaan buku dan diangkat menjadi Bodyguard pribadinya. we're different. kita berada di dunia yang berbeda. apakah semesta mengizinkan kita bersama ?