fourteen

53 2 0
                                    

Wonwoo saat ini sudah berada di depan pintu rumah orang tua nya. Ia dengan berat hati terpaksa harus kerumah itu. Ia segera masuk dengan menekan pin rumah nya. Mingyu yang mengantarnya tidak ikut masuk karena ini termasuk privasi keluarga. 

"Mas pulaang.." suara Wonwoo dengan deep voice nya yang lesu. Saat ia mengatakan itu, ada 3 pasang mata yang meliriknya. Papa, Mama dan calon istri yang akan di jodohnya. Wonwoo menoleh kearah mereka juga. Ia mematung disaat itu juga. Saat ini hatinya sangat campur aduk. Namun lebih didominasi oleh kemarahan. 

"Eh Mas ? Tumben pulang ? Sini duduk dulu" ajak Mama Wonwoo yang sedang duduk diruang keluarga. Wonwoo mendekat kearah Mama tanpa melirik perempuan itu. "Siapa dia ? Kenapa ada dirumah ini ?" tanya Wonwoo dengan nada dan tatapan dinginnya. 

"Ini calon istri kamu nak. Dia anaknya Choi Seungcheol, kakak tiri Papa kamu. Choi Yuna" Wonwoo benar benar terkejut sekaligus marah. 

"Jadi kamu anaknya Choi Seungcheol ?" tanya Wonwoo yang saat ini menatap dingin Yuna. "Iya, kita udah pernah pacaran kenapa kamu sok gatau sih Won ?" 

Saat ini Wonwoo benar benar berada di puncak amarahnya. Ia masih teringat saat Yuna tiba tiba berada di kantornya. Ia heran mengapa hukuman penjaranya sangat singkat. Bahkan sepertinya Mama Papa Wonwoo tidak tahu hal tersebut. 

"Jadi kalian udah pacaran ? Bagus dong. Yaudah kalau gitu kalian siapin pernikahan kalian ya. 2 minggu lagi kalian nikah" 

"HAH ? 2 MINGGU ?! WHAT THE F-" Wonwoo benar benar melotot. Ia benar benar ingin mengucapkan kata kasar. "AKU GAK MAU. GAK. AKU MENOLAK KERAS PERNIKAHAN INI. GAK" 

Wonwoo langsung lari ke kamarnya. Ia mendobrak pintu dengan keras. Bahkan Somi yang mendengar itu dari kamarnya ikut ketakutan. Wonwoo benar benar menangis sejadi-jadinya. Wajahnya sangat merah. Ia melempar beberapa barang ke kasurnya dengan kasar. 

"ARRRRGGGHHHH" Wonwoo mengacak rambutnya. Ia sangat frustasi dengan ini. 


**

Seperti biasa Mingyu mengantarkan Wonwoo sampai kantornya. Ia sudah berada di rumahnya. Ia menekan bel rumahnya dan pintu terbuka oleh Papa nya. Ia langsung meminta ijin untuk mengantar Wonwoo ke kantornya. "Loh ? Kamu belum tau ? Wonwoo hari ini ga kerja" Mingyu terkejut. Ia tidak mendapat pesan apapun dari Bos nya itu. "Kalau boleh tahu, kenapa ya Pak ?"

"Wonwoo mau persiapan buat nikah Hahaha. Dia sudah saya jodohkan. Umur segini sudah seharusnya dia memiliki pasangan hidup" Mingyu langsung membelalakkan matanya. Badannya mematung. Matanya bergetar seperti ingin mengeluarkan air mata. "Ba-Baik pak. Saya titip selamat untuk Tuan Wonwoo ya Pak" 

Akhirnya Mingyu meninggalkan tempat tersebut. Ia masuk ke mobilnya dengan lemas. Air mata mulai bercucuran di wajah Mingyu. "Gue bego banget. Lagian ngapain suka sama anak pengusaha ? Mana gue udah ngungkapin perasaan. ARRGGHH MINGYU BODOH. Hiks hiks" Mingyu menelungkupkan wajahnya di stir mobilnya. Ia masih menangis. Ia masih belum ikhlas dengan kejadian semua ini. 

Mingyu akhirnya pergi ke sebuah pantai. Disaat bosnya cuti, Ia juga akan cuti kerja. Ia duduk sendirian di pasir pantai berwarna cream sedikit kecoklatan. Melihat pantai yang berombak yang terkadang menciprati dirinya. Angin yang berhembus kencang membuat rambut Mingyu berantakan, seperti hidupnya

"Happy wedding Jeon Wonwoo, Terimakasih udah datang di hidupku. Terimakasih sudah mengenalku. Bahagialah Won. Kita tau kan ? Kalau kita hidup di dunia yang berbeda ? Aku tidak pantas untuk mu. Aku tau pasti wanita yang ingin dijodohkan dengan mu juga anak pengusaha. Baguslah, kalian pasti hidup bahagia tanpa memikirkan finansial. Aku harap kita berteman dengan baik di lain waktu. Terimakasih Jeon Wonwoo. I Love You"  ucap Mingyu sambil menangis. Ia berharap pesannya sampai di pikiran Wonwoo. Ia harap telepatinya kali ini berhasil. 


Seiring berjalannya waktu. Mingyu memutuskan untuk mengundurkan diri. Ia rasa ia tidak akan fokus bekerja jika ia bekerja dengan Wonwoo. Karena pikirannya sudah amburadul, Wonwoo mengiyakan. Ia sudah tidak ada tenaga lagi. Ia benar benar menyerah. Bahkan perusahaannya sedikit mengalami penurunan. Banyak problem yang ditimpa perusahaan itu. Wonwoo benar benar frustasi. Ia seperti kehilangan semuanya. Soonyoung yang biasanya bisa menghabiskan waktu luang dengannya, sekarang tidak sempat. Mingyu yang bisa membuatnya tersenyum sudah tidak ada. Ia bahkan ingin bersantai juga tidak bisa. Kepalanya sangat berat karena semua beban yang ada di perusahaannya ia tanggung sendiri. Jika terjadi sedikit kesalahan di perusahaannya, Wonwoo yang kena imbasnya. Ia yang pertama akan disalahkan. Ditambah ia harus melakukan pernikahan dengan mantannya yang sangat ia benci itu. Choi Yuna dulu selingkuh dengan pria lain. Namun ia tidak ingin melepaskan Wonwoo karena hartanya yang melimpah. Wonwoo benar benar membenci itu. 


"Sayang kamu capek ya ? Sini aku pijitin" tawar Yuna yang sekarang sudah di rumah Wonwoo. Padahal belum nikah tapi orang tua Wonwoo sudah menyuruh ia tinggal dirumahnya. 

"Bisa diem ga ? Jangan ganggu gue. Pergi sana ke kamar lo"  Wonwoo menepis tangan Yuna yang sedang memegangnya. Wonwoo menjadi lebih tertutup sekarang. Ia sangat jarang tersenyum dan ramah ke orang lain. Bahkan dengan Soonyoung yang notebene sebagai teman dekatnya, ia tetap bersikap dingin. Ya Tuhan kembalikan sosok Kim Mingyu, dan musnahkan Choi Yuna beserta Papa nya itu. Itu harapan Wonwoo

"Sama istri gaboleh gitu sayang. Bagaimana pun juga, gue yang akan bikin anak sama lo. gue yang bikin pewaris kita di masa depan nanti" Wonwoo berhenti melangkah. Ia masih dalam keadaan memegang ganggang pintunya. Ia membalikkan badannya menatap sinis Yuna. "Lo pikir gue mau punya pewaris yang sifatnya nurun sama lo ? Anak lo kalau bisa milih ibu juga gamau sama lo kali, Hahah" ucap Wonwoo dengan tertawa liciknya. Ia akhirnya masuk kamar dengan mendobrak keras. 

Yuna mulai terpancing emosinya. Ia membuka kamar Wonwoo dengan mudahnya. Wonwoo yang sudah membuka 3 kancing kemejanya terkejut. "MAU APA LAGI LO HAH ?" teriak Wonwoo. Yuna mendekat kearah Wonwoo. Ia melakukan hal yang sama seperti kemarin. Ia mendorong Wonwoo ke temboknya dan menciumya dengan kasar. Shit, kekuatan Yuna ternyata tidak bisa diremehkan. Wonwoo berusaha keras melepaskan ciumannya. Namun saat ini ia terpojokkan. Yuna semakin mendorong tubuh Wonwoo yang menempel di temboknya. Akhirnya Wonwoo menjabak rambut Yuna dan ia sedikit kesakitan. Yuna reflek melepaskan ciumannya. Wonwoo memegang bibirnya yang ternyata sudah berdarah. 

"Lo... udah gaada otak. PERGI LO DARI RUMAH GUEE" ucap Wonwoo yang masih merasa lemas karena kehabisan napasnya. 

"LO PUNYA HAK APA NGUSIR GUE ? GUE CALON ISTRI LO WONWOO. ORTU LO YANG JODOHIN KITA. ORTU LO YANG NGEMIS KE ORTU GUE BUAT NIKAHIN ANAKNYA SAMA GUE. Lo ga punya hak ngusir gue Won" 

"YAUDAH LO BERSIKAP SEWARASNYA AJA. GAUSAH JADI ORANG GILA BISA NGGA ? ANGGEP GUE GAADA DI RUMAH INI. UDAH SANA PERGI LO DARI KAMAR GUE" usir Wonwoo yang sekarang mendorong Yuna keluar kamar dengan kasar. Ia langsung mengunci kamarnya. Hidupnya benar benar berantakan sekarang. 

"I Miss You Kim Mingyu, Gu-Gue kangen banget sama lo... Gue kangen sama Kim's caffe ciptaan lo. Gyu.. sekarang keadaan gue hancur banget. Gue pengen banget bersandar di tubuh lo dan menangis dengan pelukan hangat lo Gyu.. Hiks. Gue gakuat. Gue bener bener butuh lo saat ini..." sekarang Wonwoo duduk dibawah lantai sambil bersandar di kasurnya. Ia menekuk kakinya dan menyilangkan tangannya. Ia menelungkupkan kepalanya. Ia sangat merindukan Mingyu. Ia merindukan masakannya. Ia merindukan kenangannya. Ia merindukan pelukannya. Everything abouts Mingyu. Dia merindukannya. 


different ~ [MEANIE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang