X

146 12 0
                                    

*sound on (usahakan menggulir halaman baca sebelum music youtube dimulai) HAPPY READING ^^

Ruangan gelap seolah tanpa kehidupan. Hamparan udara meresapi sekujur tubuh. Elsya menghabiskan waktu sendirian, menerima semua ingatan buruk yang menyanyat hatinya.

Hilangnya kebahagiaan satu persatu membuat Elsya terhanyut dalam kepedihan. Mulai dari ayahnya yang baru saja meninggal, tak berselang dua hari berikutnya, seorang pria melecehkan Elsya. Sayangnya tiada satupun tempat ternyaman bagi Elsya untuk bercerita, bahkan orang yang paling dipercaya... justru mengumbar aibnya.

Dan cobaan datang kembali ketika tersebarnya berita buruk tentang Elsya. Meskipun hoax, namun berita itu sudah terlanjur mengundang penilaian banyak orang kepadanya.

Elsya, makan dulu yuk! Suara Sang ibu menghampirinya.

Elsya sebenarnya masih punya keluarga yang selalu menyayanginya.

"Ini Mama udah nyiapin makan malam buat kamu. Dari tadi Mama ga liat kamu pergi ke dapur," nadanya lembut sekali bagaikan malaikat.

"Wah makasi ya Mama, maaf tadi soalnya Elsya kebablasan bikin tugas. Jadi lupa deh hahaha."

Namun, apakah etis menceritakan kabar buruk saat keluarga masih dalam keadaan duka? Begitulah pendapat Elsya.

"Mama harap, kamu jaga kesehatan terus ya nak." Sang ibu membelai rambut panjang Elsya.

"Maaf Ma.." lirih Elsya.

"Belakangan ini muka kamu agak pucet ya. Pasti ada yang kamu sembunyiin."

Jeda sejenak. Elsya langsung menggelengkan kepala dengan cepat. Ia berusaha membuang kepedihan hatinya agar tidak ketahuan.

"WAH MIE GORENG TELUR!!" Saking antusias, Elsya segera melahap mie dengan nikmat.

Setiap hari Elsya harus tetap tegar di rumah. Elsya hanya tidak ingin merepotkan, apalagi sampai membuat Ibunya ikut sedih.

"Nak.. maafin Mama ya,"

Sayangnya, Elna tidak bisa mengontrol perasaannya, membuat suasana kembali hening. Elsya mendengarkan secara seksama.

"Mama cuma bisa masak mie buat kamu... soalnya gaji Mama belum cair, Sya."

"Ya Ma... Elsya ngerti." Kepala Elsya menunduk, hingga berhenti melahap.

Perlahan senyuman terlukis menghiasi wajah Elna, seorang malaikat paruh baya itu.

"Jujur sama Mama, Sya. Kamu sakit ya Sya?"

Elsya kembali menggeleng pelan sebagai respon menolak pernyataan Sang ibu. Elsya memilih untuk melanjutkan sesi makan.

"Gapapa kok, Sya. Kalau ada sesuatu yang bikin kamu kesusahan di kampus, bilang aja sama Mama yaa. Mama juga akan berusaha keras buat bayarin UKT kuliah kamu, biar perjuangan kamu selama kuliah ga sia-sia.."

"...."

Tiiingg... Tiiingg!!

"Eh ada telpon di luar. Bentar dulu ya Sya, nanti Mama kesini lagi." Sang ibu beranjak meninggalkan kamar Elsya.

Hingga saat itu, Elsya mulai terlihat sangat hancur. Bibirnya kian gemetar kala menyeruput mie. Tanpa sadar, genangan mata mengalir deras ke pipinya. Elsya semakin kehilangan nafsu makan.

Isakan masih terus berlanjut membuat mie-nya tertahan di ujung bibir. Elsya akhirnya menyerah. Semua hal sudah tidak bisa diperjuangkan lagi. Elsya benar-benar merasa berada di titik terendah. Apalagi hidup di bawah tekanan yang tidak bisa ditentang.

Theory 247  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang