Hai!
Kembali lagi dengan Aya dan Aji
Happy reading
---
"Aya, Anin, sama Arya. Sini!" Ketiga manusia itu menoleh secara bersamaan, memandang Aji dengan tatapan tanya.
"Kenapa, Mas?" tanya Aya mewakili.
"Sebagai ucapan terima kasih, saya traktir kalian, ya? Gimana?" Arya segera menyanggah, ia mempunyai agenda lain hari ini.
"Aduh, Mas. Maaf, saya nggak bisa, mau nemenin Ibu ke stasiun. Saya lain kali aja, ya?" Aji mengangguk maklum, ia akhirnya bertanya kepada yang lain.
"Oke, kalau kalian berdua?" Anin dengan senyum samarnya langsung menggeleng.
"Saya juga nggak bisa, Mas. Ada keperluan penting. Aya aja, nih. Dia lagi free." Akhirnya Aji memandang Aya, si empu yang mengetahui kebohongan Anin hanya bisa meringis.
"Masa cuma berdua, Mas? Nggak enak, lah. Saya ngikut yang lain aja."
"Udah sana ngikut, lumayan traktiran." Anin segera mendorong Aya ke depan, Aji yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala.
"Jadi mau hari lain aja?" Aji kembali bertanya untuk memastikan.
"Hari ini aja, Mas. Gue sama Arya kapan-kapan." Sang empu mengangguk, ia kembali memandang Aya untuk meminta kepastian.
"Iya, aku ngikut aja." Aya langsung mengikuti langkah panjang Aji, sebelum itu ia memandang Anin dengan tatapan malas.
Si empunya hanya cekikikan, entah kenapa dirinya ingin sekali mendekatkan Aya dengan kakak tingkatnya itu.
Setelah drama singkat itu, Aya mengikuti langkah Aji ke arah parkiran. Keduanya segera naik ke atas motor dan menjauhi area kampus.
"Kita ke cafenya Mbak Indi, ya?" Angin yang lumayan kencang membuat Aya tak terlalu mendengar apa yang diucapkan oleh Aji.
"Hah, apa, Mas? Nggak denger!" Aji menghela nafasnya, ia kembali mengulang pertanyaannya.
"Hah? Mas mau beli cakwe buat Mbak Indi?" Aji segera berhenti saat lampu merah tiba, ia menoleh ke belakang dengan senyuman skeptis.
"Maksud saya, kita ke kafenya Mbak Indi, Aya." Aya menyengir, setelahnya ia mengangguk.
"Oalah, yang jelas, dong, Mas. Kukira mau beli cakwe karena Mbak Indi lagi ngidam." Aji hanya bisa geleng-geleng kepala, ia kembali menjalankan motornya dengan kecepatan rata-rata.
---
"Mbak Indi di mana, Mas?" tanya Aji kepada salah satu pegawai yang sedang bekerja.
"Tadi ke toilet, Mas Aji." Aji mengangguk, ia menunggu kakaknya itu di salah satu meja yang tersedia.
"Kamu mau pesen apa? Sok, pilih dulu." Aya mengangguk, ia mengambil buku menu dan memilih minuman yang terlihat enak.
"Jangan sungkan-sungkan, ya. Anggap aja bentuk reward kamu karena udah bekerja keras." Aya kembali mengangguk, ia memilih macchiato dan dessert.
"Nambah aja, ada makanan berat juga. Kamu belum makan, 'kan?"
"Gini aja, Mas. Aku nggak enak." Aji terkekeh, ia mengundang waiter dan menyebut beberapa makanan tambahan.
"Mas, aku nggak enak, loh! Belum nanti traktir Anin sama Arya, 'kan?"
"Udah nggak apa-apa, sekali-kali." Aya hanya menurut, ia memilih melihat ke arah interior yang ada di cafe ini. Cukup cozy dan Instagramable.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katresnan
Romance"Witing tresno jalaran soko kulino." Hanya karena membantu Aji membuatkan makanan untuk kakaknya, hidup Aya jadi berubah drastis.