Haloo
Bertemu kembali dengan Aya dan Aji
Happy reading
---
Ceiling Mointed Lamp atau lampu operasi itu mati setelah menyala selama beberapa jam, orang-orang yang berada di dalam merasa lega karena mendengar tangisan bayi yang menggelegar.
Sang dokter tersenyum cerah, ia sangat bersyukur karena telah menyelamatkan satu nyawa yang hampir tiada.
"Alhamdulilah, bayinya laki-laki," ucap dokter kandungan itu yang membuat beberapa orang di sana mengucapkan syukur.
"Mbak, tolong segera dibersihkan, ya. Setelah itu langsung dimasukkan ke inkubator." Perawat itu mengangguk, dengan hati-hati ia memindahkan sang bayi ke gendongannya.
Setelah operasi berjalan dengan lancar, serta Indi juga sudah dibersihkan. Mereka semua keluar untuk membawa Indi ke ruang rawat inap.
Aji yang mendengar suara pintu terbuka segera berdiri, ia tersenyum haru saat melihat kondisi sang kakak yang berhasil melahirkan anaknya.
"Mas, bayinya sedang dibersihkan. Alhamdulilah laki-laki." Aji berucap syukur, begitu pun dengan yang lain. Ia langsung berterima kasih dengan dokter dan tim yang sudah berhasil menyelamatkan nyawa sang bayi.
"Terima kasih, Dok." Dokter itu mengangguk, mereka semua yang berada di depan ruang operasi segera mengikuti roda brankar yang berjalan menuju ruang rawat inap.
"Mas, dedeknya nanti di inkubator, ya. Mengingat dia lahir secara prematur, jadi kami mencegah agar tidak terjadi hipotermia. Untuk waktunya, dede akan di sana selama kurang lebih seminggu."
"Nanti kalau sudah dibersihkan, segera di azan-kan, nggih, Mas?" Aji mengangguk, walaupun ia berharap yang mengazani adalah si ayahnya langsung. Tetapi karena tak bisa, jadi dirinya yang mewakili.
"Nggih, Dok. Terima kasih banyak." Dokter itu tersenyum, ia segera menuju ruang inkubator untuk mengecek keadaan di bayi.
"Selamat, ya, Mas. Udah jadi Om," ucap Bisma sembari menepuk pundak yang sedari tadi tak berdiri tegak.
Memang Bisma dengan yang lainnya masih di sana, menunggu jalannya operasi yang dilakukan oleh Indi.
"Makasih, Ma. Kalian bertiga mau jenguk Mbak Indi dulu?" Ketiganya mengangguk, setelah itu mereka semua masuk ke dalam dan melihat Indi tengah melamun menghadap ke atas.
"Mbak." Panggilan itu membuat si empu menoleh, Indi tersenyum saat Aji mendekat ke arahnya.
"Bagaimana keadaan anaknya Mbak, Ji?" Aji tersenyum, ia memeluk tubuh kakaknya yang masih terasa lemas itu.
"Alhamdulilah, anaknya Mbak laki-laki. Sesuai dengan prediksinya Mas Dhika." Indi mengernyit heran, Aji pun segera memberi tahu sesuatu.
"Sewaktu Mbak di operasi, Aji berusaha menghubungi Mas Dhika dan alhamdulillah telfonnya diangkat. Dia titip nama, Mbak. Kalau laki-laki, Mas Dhika menamainya Nararya Adhikara Jagadita, panggilannya Jagad." Indi tersenyum cerah, walaupun sang suami tidak berada di sampingnya, ia tetap merasa senang karena si ayah yang menamai anaknya.
"Jagad, panggilan yang bagus." Setelah sadar dengan beberapa orang yang ada di sana, Indi tersenyum haru.
"Terima kasih sudah datang, jadi merepotkan gini." Aya sebagai perwakilan menggeleng tegas, ia mendekat ke arah Indi dengan senyuman cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katresnan
Romance"Witing tresno jalaran soko kulino." Hanya karena membantu Aji membuatkan makanan untuk kakaknya, hidup Aya jadi berubah drastis.