Haloo
Mumpung mood ku lagi baik buat nulis, jadi hari ini double up!
Happy reading
---
Setelah seminggu berada di rumah sakit untuk pemulihan, kini Ibu dan anak itu sudah berada di rumah. Aji yang kebetulan baru saja pulang dari kampus segera menghampiri keponakannya itu.
Saat ingin menyentuh Jagad, Indi segera menepis tangan Aji sebab lelaki itu belum membersihkan diri.
"Udah Mbak bilangin, loh, Ji. Kalau mau gendong Jagad, tangan kamu harus bersih dulu!" Aji menyengir, ia segera berlari ke kamar mandi dan membersihkan diri.
"Om kamu itu, ngeyel kalo dibilangin," ucap Indi yang mengadu kepada sang anak.
"Namanya juga gemes, Mbak." Indi hanya geleng-geleng kepala, setelah memastikan Aji sudah bersih, dirinya menyerahkan Jagad ke pangkuan Aji.
"Aduh, ponakan Om lucu banget, sih? Abis mimi, ya?" Setelah pulang dari rumah sakit, kini rutinitas Aji bertambah. Tentu saja dirinya ikut membantu mengurusi Jagad sesuai dengan perintah dari Masnya.
"Adek, Om punya panggilan khusus buat kamu." Aji mencium pipi gembul itu dengan gemas. "Dek Aga. Bagus, 'kan? Itu Om ambil dari nama Jagad."
"Bagus, Om. Aga suka." Indi menirukan suara anak kecil, hal itu membuat Aji tertawa.
"Jadi konsepnya kayak nama kamu, ya? Aji, 'kan, dari Cakrajiya."
"Iya, Mbak. Kalau dipanggil Cakra, nanti malah Ayah yang nengok." Indi tertawa mendengarnya, ia juga baru sadar akan hal itu.
"Dipikir-pikir, nama Ayah sama Ibu abadi di nama kita, ya, Ji. Ibu ada di namaku, dan Ayah ada di nama kamu. Jagad pun sama, ada namanya Mbak sama Mas Dhika."
"Cakrajiya, Batari, dan Adhikara. Iya juga, ya, Mbak? Tapi nama Aga cuma ada Dhika nya, tuh. Namanya Mbak mana?" Aji mengejek, hal itu membuat Indi menggeplak bahu Aji.
"Aduh, Aji lagi gendong Aga, loh, Mbak. Nanti kalau Aga luka gimana?!"
"Sekarepmu! Adhikara itu Adistia dan Dhika, ya! Ra nya dari Indira." Aji mengangguk seolah-olah paham.
[Terserahmu!]
"Iya, deh, Mbak. Eh, hari ini orangtuanya Aya mau ke sini, 'kan?" Indi seketika lupa, ia baru teringat pembicaraan kemarin.
"Oh iya! Aduh, Mbak lupa nyiapin hidangan lagi. Gimana, ya?"
"Tenang, Mbak. Kan ada delivery, nggak perlu pusing-pusing gitu, lah. Mbak juga belum boleh pegang pekerjaan rumah." Memang kondisi Indi masih sedikit lemas, untung saja Jagad tidak rewel setiap malam.
"Iya, sih. Apa perlu nyewa orang, ya, buat bikinin makanan? Sambil ikut bantu Mbak rawat Aga."
"Boleh, Mbak. Nanti Aji bantu cariin." Indi mengangguk, sepertinya ia tak bisa mengurus Jagad sendiri. Apalagi Aji tengah sibuk-sibuknya mengurusi acara kampus, ia tak tega untuk merepotkan adiknya itu.
"Mas Dhika pulang kapan, Mbak? Kan katanya cuma 4 bulan di sana."
"In syaa Allah satu bulan lagi." Aji ikut bersyukur, tandanya Indi akan ada yang membantu. Apalagi Masnya itu sangat ingin melihat anak pertamanya.
"Alhamdulilah, cie mau ketemu ayang!" Indi tertawa, ia kembali menepuk bahu Aji dengan keras.
"Udah sana ganti baju, Aga mau tidur siang." Aji mengangguk, ia menyerahkan tubuh Jagad kembali ke pangkuan Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katresnan
Romance"Witing tresno jalaran soko kulino." Hanya karena membantu Aji membuatkan makanan untuk kakaknya, hidup Aya jadi berubah drastis.