Day 26

34 5 0
                                    

Dress Up For Your Spouse

🌸

Max memarkirkan mobilnya di depan sebuah toko yang menjual pakaian-pakaian untuk pesta kostum. Max sudah berpesan pada Joanne untuk tidak memikirkan challenge hari ini karena ia sudah menyiapkannya.

Max masuk ke dalam toko itu. Ia melihat ada banyak kostum dengan berbagai macam karakter yang digantung di rak pakaian. Max melihat satu persatu kostum yang ada di sana, mencari karakter yang tepat untuk dirinya dan keluarga kecilnya.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya seorang perempuan penjaga toko.

"Ah...ya. Saya masih lihat-lihat dulu," jawab Max sesopan mungkin.

Max kembali meneliti rak pakaian yang ada di hadapannya. Ia berhasil menemukan kostum monyet yang sepertinya cocok dengan Joanne. Ia mengambil kostum lalu kembali mencari kostum yang lainnya.

Max merasa tidak adil jika hanya keluarga kecilnya saja yang bersenang-senang malam ini, jadi ia juga membelikan kostum untuk Bibi Min dan Bibi Choi. Terakhir, ia mengambil sebuah kostum ferret dari rak pakaian itu. Tadi Max ingin karakter anjing, namun sayangnya kostum itu telah terjual habis sehingga ia tidak memiliki banyak pilihan.

"Apa kostum seperti ini ada ukuran untuk anak-anak?" tanya Max akhirnya pada perempuan penjaga toko yang sedari tadi mengawasinya.

"Untuk umur berapa Tuan?"

"7 tahun dan 4 tahun."

"Sebelah sini Tuan..." Perempuan itu menggiring Max ke salah satu rak pakaian yang tak jauh dari meja kasir. Max kembali meneliti rak itu untuk menemukan kostum yang sesuai dengan kedua anaknya.

Akhirnya Max berhasil menemukannya. Ia mengambil kostum singa untuk Aslan dan kostum harimau putih untuk Artemis. Max yakin kedua kostum itu akan cocok digunakan oleh kedua anaknya.

Max berjalan ke arah meja kasir untuk membayar semua pakaian yang ada di tangannya. Ia menghabiskan cukup banyak uang untuk membeli semua kostum itu. Jika Joanne tahu, mungkin ia akan mengomel – atau mungkin tidak karena ia membelinya untuk challenge.

Setelah membayar semua pakaiannya, Max segera pergi meninggalkan toko itu. Ia sudah tidak sabar ingin mengejutkan Joanne dengan kostum-kostum yang ia beli.

🌸

Max berkumpul dengan keluarga kecilnya di ruang keluarga setelah selesai makan malam. Laki-laki itu menaruh sebuah kantong belanja berukuran super besar di tengah-tengah meja. Artemis dan Aslan bergerak lebih dulu untuk memeriksa isi kantong belanja itu. Mereka mengeluarkan semua kostum yang ada di dalam sana dan mencari milik mereka sendiri.

"Ini punya Remi?" tanya Artemis sambil menunjukkan kostum singa.

Max mengambil kostum itu dari tangan Artemis. "Bukan, ini punya Kak Aslan." Max mengambil kostum harimau putih dan memberikannya pada Artemis. "Ini baru punya Remi."

Artemis memperhatikan kostum itu dengan seksama. "Kenapa? Remi nggak suka?" tanya Max.

Artemis menggelengkan kepalanya. "Remi suka banget! Remi mau pakai baju ini," ujar Artemis dengan penuh semangat.

"Bi, tolong bantu mereka ganti baju ya," pinta Max pada Bibi Min dan Bibi Choi. "Lalu ini ada kostum buat bibi juga. Dipakai ya..." Max memberikan kostum panda untuk Bibi Min dan kelinci untuk Bibi Choi.

Bibi Min dan Bibi Choi menerima kostum mereka lalu segera masuk ke dalam kamar anak-anak untuk membantu mereka mengganti pakaian.

"Punyaku monyet?" tanya Joanne dengan nada protes. Ia mengangkat kostum miliknya dengan raut wajah kecewa.

Max berjalan ke arah Joanne lalu tersenyum lebar. "Kenapa? Lucu banget tau kostumnya. Coba dipakai dulu."

Max menyambar kostum miliknya lalu menggeret Joanne masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian. Joanne tidak melawan dan mengikuti Max masuk ke dalam kamar.

Lima menit kemudian semua orang telah berkumpul kembali di ruang keluarga sambil mengenakan kostum masing-masing. Joanne sudah tidak kecewa lagi dengan kostumnya karena tersihir oleh pujian yang terus menerus dilontarkan oleh Max sejak tadi.

"Ayo kita karaoke!" seru Max. Laki-laki itu berjalan ke arah televisi dan mulai menyiapkan peralatan karaoke yang dibutuhkan. Artemis yang terlihat paling bersemangat. Ia terus mengikuti Max kemanapun laki-laki itu pergi.

Aslan memilih untuk duduk di samping Joanne. Perempuan itu sedang memesan camilan untuk menemani mereka malam ini. Aslan ikut memilih camilan yang hendak ia makan. Setelah selesai memilih, Joanne menekan tulisan 'pesan' agar pesanan mereka segera dibuatkan dan diantar ke rumah.

Suara nyanyian Max dan Artemis mulai memenuhi ruang keluarga itu. Suasananya terasa begitu hangat. Joanne mengeluarkan  kamera polaroid yang baru ia beli beberapa hari lalu untuk mengabadikan momen itu.

Kertas polaroid hasil jepretan Joanne keluar dari kamera itu. Joanne mengambilnya dan mengibas-ibaskannya sampai hasil fotonya keluar. Setelah itu, Joanne mengeluarkan sebuah buku album kecil yang masih kosong dan menyimpan polaroidnya di sana.

"Aku mau coba," pinta Aslan. Joanne mengajarinya menggunakan kamera itu sebentar sebelum Aslan mencobanya sendiri.

Aslan berhasil menggunakan kamera itu dengan baik. Ia senang melihat hasil jepretannya. Joanne menyimpan hasil jepretan Aslan itu ke dalam album yang ada di pangkuannya dan membiarkan putranya itu mengambil foto yang lain.

Jika Aslan lebih suka memotret, sebaliknya Artemis lebih senang dipotret. Ia terus bergaya dan tersenyum setiap kali Aslan mengarahkan kameranya ke arahnya. Max dan Joanne yang melihat itu hanya bisa tertawa kecil dan tersenyum bahagia.

Max mengambil tempat duduk di samping Joanne dan merebahkan punggungnya di sandaran sofa. Tenaganya habis terkuras karena berusaha mengimbangi energi Artemis yang seperti tidak ada habisnya. Joanne menepuk-nepuk pelan pundak Max sambil berkata, "kerja bagus, Max. Kamu membuat putri kecil kita bahagia." Max hanya tersenyum simpul sambil menganggukkan kepalanya.

"Ayo kita foto bersama!" seru Joanne. Ia meminta tolong pada Bibi Min dan Bibi Choi untuk memotret dirinya dan Max bersama dengan Aslan dan Artemis. Joanne meminta dua foto agar ia dan Max dapat menyimpan polaroid itu di dalam dompet masing-masing. Setelah berhasil mendapatkan dua foto, Joanne mengambil alih kameranya kembali dan mengajak kedua bibi itu untuk berfoto bersama mereka supaya ia dapat menyimpan kenangan itu di dalam album.

Ting tong!

Joanne berlari ke arah pintu depan rumahnya dengan penuh semangat untuk mengambil makanannya. Setelah itu, ia kembali ke ruang keluarga dan menata satu persatu makanan yang ia pesan di atas meja. Baunya begitu menggoda indra penciuman, membuat Joanne tak tahan untuk tidak mengambil sepotong kentang goreng yang ada di atas meja.

"Joanne and her late night snacks..." cibir Max. Mereka baru selesai makan malam dan Joanne sudah memesan camilan untuk menambah isi perut mereka malam ini.

Jika seperti ini terus, Max yakin perutnya akan semakin membuncit dan tidak bisa kembali ke bentuk tubuh idealnya.

"Nih makan!" Joanne memasukkan sepotong kentang goreng langsung ke dalam mulut Max sehingga laki-laki itu tidak dapat menolaknya. Joanne tertawa puas melihat raut wajah Max yang tampak tertekan. Ia senang karena berhasil mengacaukan diet Max.

"Besok-besok aja dietnya. Sekarang bantuin aku habisin camilan yang ada," ujar Joanne.

"Ya...ya..."

Challenge Day 26 – Finished. 

Marriage ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang