Day 1

121 17 0
                                    

Tell Your Spouse 1 Thing That You Love About Them.

🌸

Setelah berdiskusi lebih lanjut, Max dan Joanne sepakat untuk melakukan challenge hari pertama mereka di hari senin. Dan akhirnya hari yang dinanti-nantikan oleh Max tiba.

Sedari tadi Max sibuk memandangi ponselnya yang menampilkan poster 30 Day Marriage Challenge. Sudah sejak kemarin Max sibuk memikirkan challenge hari pertamanya.

Tell your spouse 1 thing that you love about them.

Bagi Max challenge tersebut sama sekali tidak susah, namun Max bingung menentukan satu hal yang ia sukai dari Joanne. Pasalnya ada banyak sekali hal yang ia sukai dari Joanne dan Max tidak bisa hanya memilih salah satu diantaranya. Lebih mudah bagi Max untuk menyebutkan 100 hal yang ia sukai dari Joanne daripada hanya 1 hal.

"Hmm...apa ya..." Max menggaruk rambutnya yang tak gatal sambil terus menatap layar ponselnya. Di kepalanya saat ini ada banyak hal yang ia sukai dari Joanne dan mau tak mau Max harus memilih salah satu.

Baik? Terlalu biasa. Max butuh jawaban yang spesial.

Cantik? Tak perlu diragukan lagi, tapi jawaban itu masih tergolong biasa.

Tegas? Hmm...Max mungkin akan mempertimbangkannya lagi. Namun untuk sekarang Max akan mencari jawaban lainnya yang lebih spesial dari jawaban itu.

Selagi berpikir, Max tiba-tiba merasa penasaran dengan jawaban Joanne. Kira-kira satu hal apa yang dipilih oleh Joanne yang ia sukai darinya? Pasti tidak mudah bagi Joanne untuk memilihnya karena Max merasa ia memiliki lebih banyak kekurangan dibandingkan dengan kelebihan.

"Jadi pingin cepet-cepet pulang ke rumah..." gumam Max pelan sambil menghela nafas panjang.

🌸🌸🌸

Setiap malam Max dan Joanne akan berbagi tugas untuk menidurkan anak-anak mereka. Walaupun sekarang usia Aslan sudah mencapai 7 tahun dan Artemis yang baru memasuki usia 4 tahun, mereka tetap melakukan hal itu. Max dan Joanne ingin tetap menunjukkan perhatian dan kasih sayang mereka pada anak-anak mereka. Malam ini Max akan bermain bersama dengan putri kecilnya yang semakin hari semakin aktif.

"Sudah cukup narinya ya. Ini sudah malam, waktunya kamu tidur." Max mematikan pemutar musik yang ada di pojok ruangan lalu menggendong putrinya pergi ke tempat tidur. Ia membaringkan Artemis di sana lalu menyelimuti tubuh putrinya.

"Dad...aku masih belum mengantuk..." ujar Artemis.

"Kalau gitu dad bacain buku cerita ya." Max menyambar sebuah buku cerita yang ada di rak buku samping tempat tidur lalu mulai membacakan cerita yang ada di dalam buku itu. Artemis mendengarkannya dengan seksama tanpa mengalihkan pandangannya dari Max.

Ketika Max membacakan kalimat 'Sang pangeran sangat mencintai sang putri', Artemis memegang tangan Max untuk menghentikan ayahnya melanjutkan cerita itu. "Dad..."

"Hm? Kenapa sayang?"

"Apa Dad juga sangat mencintai Mom?" tanya Artemis dengan wajah polosnya. Max tersenyum simpul sambil mengelus puncak kepala Artemis.

"Tentu saja. Dad sangaaatt mencintai mom," jawab Max tanpa menurunkan senyumnya sama sekali.

"Tapi dad dan mom kan bukan pangeran dan putri. Kenapa dad bisa sangat mencintai mom?" Kali ini Max tidak bisa menahan tawanya. Ia merasa geli mendengar pertanyaan polos putri kecilnya itu.

"Semua orang bisa saling mencintai, sayang. Nggak harus jadi pangeran atau putri. Suatu saat nanti kamu pasti akan memahaminya," jawab Max. Artemis hanya menganggukkan kepalanya lalu memejamkan matanya.

"Aku mengantuk, Dad..."

"Kalau begitu selamat malam putri ayah." Max bangkit dari posisinya lalu mencium kening putrinya dan mengembalikan buku cerita yang ia bawa ke tempat semula. Setelah itu Max mematikan lampu tidur yang ada di atas nakas dan berjalan keluar perlahan-lahan dari kamar Artemis.

Max masuk ke dalam kamarnya lalu menghamburkan dirinya ke atas tempat tidur. Joanne yang sudah lebih dulu tiba di sana tertawa melihat tingkah suaminya itu. Baik ia maupun Max tahu bahwa tidak mudah untuk menidurkan Artemis yang aktif itu.

"Bagaimana? Dia sudah tidur?" tanya Joanne. Max hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban tanpa mengubah posisinya sama sekali.

Joanne menutup ponselnya dan menaruhnya di atas nakas samping tempat tidur. Ia mengubah posisinya menjadi tengkurap – sama seperti Max – dan menaruh wajahnya di atas lipatan tangannya. Wajah Max yang semula tenggelam di dalam bantal mulai muncul ke permukaan dan terarah sepenuhnya pada Joanne yang jaraknya begitu dekat dengan wajahnya.

"Kamu tau nggak satu hal apa yang aku sukai dari kamu?" tanya Joanne.

"Hmm...kegantenganku?" Joanne tertawa mendengar tebakan Max namun setelahnya ia menggelengkan kepalanya.

"Bukan. Coba tebak lagi."

"Hmm...apa ya...aku nggak bisa mikirin kelebihanku yang lain selain kegantenganku," jawab Max yang mulai menyerah menjawab pertanyaan Joanne itu.

"Hahaha...kamu punya banyak kelebihan Max, tanpa kamu sadari. Tapi ada satu kelebihanmu yang berhasil buat aku semakin cinta sama kamu," sahut Joanne. Ia mendekatkan wajahnya semakin dekat pada Max lalu berbisik tepat di telinga laki-laki itu.

"Kerja keras..." Joanne kembali memundurkan wajahnya lalu tersenyum lebar. "Aku suka kamu yang bekerja lebih keras dibandingkan orang lain. Baik dulu maupun sekarang, kamu nggak pernah berubah sama sekali. Itu yang buat aku semakin cinta sama kamu."

Max tersenyum lebar mendengar penjelasan Joanne. Selama ini ia tidak pernah menyadari hal itu. Ia tidak pernah sadar betapa kerasnya ia bekerja, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, Joanne, dan sekarang untuk anak-anaknya. Max tidak bisa membantah perkataan Joanne. Ia justru berterima kasih pada perempuan itu karena telah membantunya menemukan nilai hidupnya.

"Terima kasih, Joanne..." ujar Max sambil mengelus pipi Joanne. "Sekarang giliran kamu. Coba tebak satu hal yang aku sukai dari kamu."

"Hmm...keras kepalaku mungkin? Hahaha..." Joanne tertawa keras dengan tebakannya itu. Mana mungkin hal yang Max sukai darinya adalah keras kepalanya. Yang ada sifatnya itu sangat menyusahkannya.

"Hampir benar. Coba lagi..."

"Nggak tau ah. Aku nyerah..."Kali ini giliran Max yang mendekatkan wajahnya pada Joanne lalu membisikan sesuatu ke telinga perempuan itu.

"Keberanian." Max memundurkan wajahnya kembali lalu mengelus puncak kepala Joanne. "Berkat keberanianmu, kita bisa sampai di titik ini."

"Jujur, susah memilih satu hal yang kusukai dari kamu. Ada banyak hal yang aku suka, tapi akhirnya aku berhasil memilih salah satu." Max memejamkan kedua netranya lalu kembali melanjutkan kalimatnya. "Andai dulu kamu nggak berani masuk ke dalam istana, nggak berani menentang para tetua, nggak berani menentangku, nggak berani keluar dari zona nyamanmu, kita nggak akan pernah hidup seperti sekarang ini."

"Terima kasih Joanne untuk keberanianmu. Aku sangat mencintaimu..." Max mengubah posisi tidurnya lalu menarik Joanne ke dalam pelukannya. Joanne tersenyum lebar dalam pelukan Max. Ia merasa terharu ketika mendengar kata-kata Max itu.

Memang tak mudah untuk sampai ke titik dimana mereka berada saat ini. Kalau bukan karena keberanian Joanne dan kerja keras dari Max, semua permasalahan tidak akan pernah selesai dan mereka masih terjebak dalam permainan kotor dalam istana.

"Aku juga mencintaimu, Max..."

Challenge Day 1 - Finished



Happy New Year Guys!!!

Semoga di tahun yang baru ini semua resolusi kalian tercapai ya. Kita semua menjadi orang yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Aminnn

Oh ya, gimana menurut kalian chapter 1 nya? Silahkan komen ya. Aku mau tau pendapat kalian hehehe😁

Seperti yang aku bilang sebelumnya, cerita ini light reading ya karena lebih ke daily life. Aku udah berusaha buat semenarik mungkin biar kalian nggak bosen hehehe.

So enjoy this story and see you on next day. Byee💕💕

Marriage ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang