Day 25

29 4 0
                                    

Make Your Spouse Coffee/Tea

🌸

Uhuk Uhuk!

Max tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Tiba-tiba saja pagi ini tenggorokannya terasa perih dan hidungnya tersumbat. Ia menggigil kedinginan di bawah selimutnya. Joanne menaruh telapak tangannya di dahi Max. Suhu tubuh laki-laki itu sedikit lebih tinggi darinya namun masih dalam batas normal.

"Kamu mau istirahat di rumah aja hari ini?" tanya Joanne.

Max menggelengkan kepalanya. "Aku masih bisa tahan kok. Ada meeting penting juga hari ini."

Joanne menghela napas panjang. "Aku buatin teh chamomile dulu ya." Max hanya menganggukkan kepalanya dan membiarkan Joanne pergi meninggalkannya.

Sepertinya Max terserang flu dan salah makan siang hari kemarin. Dua hari lalu Max berolahraga di pagi hari yang dingin. Mungkin itulah penyebab ia terserang flu. Kondisi tubuhnya akhir-akhir ini memang sedang tidak bagus akibat kelelahan bekerja sehingga ia lebih mudah terserang penyakit.

Max mulai beranjak turun dari tempat tidurnya lalu berjalan ke arah kamar mandi. Berbaring terus menerus hanya akan membuatnya semakin lemah. Selain itu, Max sudah harus bersiap-siap sebelum Joanne benar-benar melarangnya untuk datang ke kantor.

Max keluar dari kamar mandi dan melihat Joanne sudah duduk di tepi tempat tidur. Ada secangkir teh chamomile hangat di atas nakas. Max berjalan menghampiri Joanne agar ia dapat meminum tehnya.

"Aku bawakan beberapa obat di dalam tasmu, siapa tau kamu butuh," ujar Joanne. Max hanya menganggukkan kepalanya sambil menenggak habis tehnya.

Max menaruh cangkir tehnya kembali lalu berjalan ke arah lemari untuk mengganti pakaiannya. Joanne beranjak dari tempatnya untuk membantu Max memakai dasinya.

"Jangan pulang malem-malem. Kamu harus banyak-banyak istirahat."

"Iya, iya, aku nggak akan lembur hari ini." Max tersenyum simpul lalu mengecup puncak kepala Joanne.

"Aku berangkat ya."

"Hmm...hati-hati di jalan."

🌸

Dewi fortuna sepertinya sedang tidak berpihak pada Max hari ini.

Ia tidak dapat pulang tepat waktu karena harus meeting dengan beberapa investornya. Meeting-nya juga berlangsung lebih lama dari perkiraannya, sehingga Max baru tiba di rumah pukul 11 malam. Tidak sampai di sana, hujan tiba-tiba turun sore ini dan membuat Max harus kehujanan saat hendak masuk ke dalam mobilnya.

Max membuka pintu kamarnya dan melihat Joanne masih belum tidur. Perempuan itu sedang berkutat di depan laptopnya. Wajahnya terlihat sangat serius. Sepertinya Joanne kehabisan ide dalam merevisi naskah dramanya.

"Belum tidur?" sapa Max sambil berjalan ke arah Joanne. Perempuan itu menggelengkan kepalanya. Ia tidak bisa tidur dengan tenang sampai targetnya malam ini tercapai.

"Kamu kenapa baru pulang jam segini?" tanya Joanne. "Gimana keadaanmu sekarang?"

"Aku baik-baik aja. Teh chamomile pagi tadi lumayan ngefek," jawab Max. "And sorry karena aku nggak menepati janjiku. Ada banyak meeting penting hari ini yang nggak bisa aku hindari."

Joanne menghela napas panjang. Ia bangkit dari tempat duduknya lalu memeluk Max dengan erat. Jarang-jarang Joanne memeluknya tiba-tiba seperti ini. Namun Max langsung teringat dengan ucapan Joanne minggu lalu. Mungkin benar Joanne sedang memerlukan inspirasi saat ini dan ia adalah sumber inspirasinya. Karena itu Joanne memeluknya seperti ini.

"Kok baju kamu basah?" Joanne mengernyit bingung. Ia memperhatikan suaminya dengan seksama dan mendapati rambut pria itu juga basah. "Kamu kehujanan?"

"Sedikit...tadi," jawab Max jujur.

"Cepat mandi air hangat sana. Biar aku buatkan teh chamomile lagi. Bisa-bisa flunya tambah parah kalau kamu cuma diem aja kayak gini." Joanne mendorong-dorong tubuh Max ke arah kamar mandi. Setelah laki-laki itu menghilang di balik pintu, Joanne pergi ke arah dapur untuk membuat teh chamomile.

Joanne kembali masuk ke dalam kamar dengan membawa secangkir teh chamomile. Ia meletakkannya di atas nakas lalu berjalan ke arah meja kerjanya untuk kembali bekerja. Ia sudah mendapatkan inspirasinya. Saatnya menuangkannya dalam naskah yang sedang ia garap sebelum inspirasinya menghilang.

Max keluar dari kamar mandi dan melihat Joanne telah sibuk bekerja kembali. Ia tidak ingin mengganggunya karena perempuan itu tampak begitu serius. Max berjalan ke arah tempat tidurnya lalu duduk di sana. Ia menyambar tehnya yang masih hangat sambil menatap punggung Joanne yang terlihat lelah.

Teh di cangkirnya telah habis. Max membawa cangkir kosong itu ke dapur supaya ia dapat mencucinya. Setelah itu, Max membuat secangkir kopi untuk Joanne karena pasti perempuan itu sangat membutuhkannya saat ini.

Max mungkin tidak pandai dalam hal memasak, namun ia pandai dalam membuat minuman semacam itu. Ia merasa begitu percaya diri. Diam-diam ia tersenyum bangga melihat hasil karyanya itu. Ia membawa cangkir kopi itu dengan hati-hati kembali ke kamarnya.

"For you..." Max menaruh cangkir kopi itu di samping laptop Joanne. Perempuan itu sempat terpaku selama beberapa detik sebelum tersenyum simpul.

"Thanks, Max." Joanne menyambar cangkir kopinya lalu menyeruput sedikit cairan berwarna coklat itu.

Kedua netra Joanne membelalak terkejut. "Hmm...enak banget," puji Joanne. "Aku nggak tau kalau kamu jago bikin kopi kayak gini."

Max tersenyum penuh kemenangan. Sebenarnya ia sering melihat orang-orang membuat kopi di internet dan ia ingin mempraktekkannya sesekali. Baru kali ini ia mendapat kesempatan itu dan bersyukur karena Joanne menyukainya.

"Aku bisa bikin lagi kapan-kapan kalau kamu mau," ujar Max. Joanne mengangguk dengan penuh semangat. Kali ini Joanne tidak akan marah jika Max memakai dapurnya, asalkan laki-laki itu hanya menggunakannya untuk membuat kopi, bukan untuk memasak hal lain.

"Kamu tidur aja. Aku masih harus revisi beberapa bagian lagi," tutur Joanne.

Kali ini Max menuruti ucapan Joanne karena ia memang perlu beristirahat. Ia memberikan kecupan ringan pada puncak kepala Joanne sebelum berjalan ke arah tempat tidur dan membaringkan dirinya di sana.

"Good night, Jo..."

"Sweet Dreams, Max..."

Challenge Day 25 – Finished.

Marriage ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang