Day 10

59 8 0
                                    

Take a Walk Together Holding Hands

🌸

Setelah melalui dua hari yang padat dan berat, akhirnya Max bisa sedikit lebih bersantai. Ia berencana untuk pulang lebih awal hari ini, menghabiskan waktunya bersama anak dan istri tercintanya yang sudah ia telantarkan selama dua hari akibat kesibukannya.

Max mengecek ponselnya untuk melihat challenge yang harus ia lakukan hari ini. Ide jenius terlintas di kepalanya. Ia punya rencana yang menarik untuk Joanne sore nanti. Tanpa pikir panjang, Max segera menghubungi sopir Joanne, memberitahunya untuk tidak menjemput Joanne sore nanti. Sang sopir hanya mengiyakan dengan patuh tanpa bertanya apa-apa lagi.

"Mari selesaikan pekerjaan yang tersisa," gumam Max dengan nada riang. Ia sudah tidak sabar menunggu terbenamnya matahari hari ini.

🌸

Max memarkirkan mobilnya tak jauh dari kantor Joanne. Ia turun dari mobil lalu berjalan ke depan pintu kantor Joanne untuk menunggunya di sana. Max melirik jam tangannya. Ini sudah jam pulang kantor, namun Joanne masih belum terlihat di lobby. Beberapa karyawan lain sudah berhamburan pulang. Mungkin Joanne masih banyak pekerjaan di dalam sana atau sedang mengobrol dengan rekan kerjanya yang sebagian besar teman kelasnya saat di sekolah seni La Star dulu.

Akhirnya presensi Joanne yang Max tunggu-tunggu sedari tadi muncul di lobby kantor bersama dengan ketiga sahabatnya dan Mark yang merupakan pemilik gedung di hadapannya itu. Max melambai-lambaikan tangannya dengan penuh semangat ke arah Joanne untuk mengambil atensinya. Usahanya itu berhasil karena Joanne langsung melihat ke arahnya. Max tertawa kecil melihat wajah terkejut Joanne. Ia pasti tidak menduga Max yang datang menjemputnya.

Max melihat salah satu dari teman Joanne berbisik ke arah Joanne sambil menatap ke arahnya. Max tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan karena setelah itu Joanne tampak tersenyum malu-malu lalu segera berpamitan kepada teman-temannya dan berjalan ke arahnya.

"Kenapa nggak bilang-bilang kalau mau jemput? Aku kan bisa minta pulang cepet tadi." Joanne memukul pelan pundak Max sambil memasang wajah cemberut. Max tersenyum simpul. Ia menangkap tangan kecil Joanne lalu menggenggamnya dengan erat.

"Ayo jalan-jalan dulu sebelum pulang," ujar Max.

"Challenge ya?" Joanne memberikan tatapan menyelidik ke arah Max yang dibalas dengan sebuah anggukan kecil.

Mereka mulai berjalan menyusuri trotoar sambil berpegangan tangan. Joanne sedikit merapatkan tubuhnya pada Max untuk mencari kehangatan. Semakin malam suhu udara terasa semakin dingin. Max menyadari hal itu dan semakin mengeratkan genggamannya untuk menyalurkan kehangatan pada Joanne.

"Aku laper. Dari tadi siang belum sempat makan karena sibuk. Kita mampir makan dulu ya," pinta Joanne. Max kembali menganggukkan kepalanya. Mereka berbelok ke arah jalanan yang lebih kecil. Di sana ada sebuah kedai makan yang terlihat cukup ramai. Tanpa pikir panjang mereka segera berjalan menuju tempat itu.

Joanne dan Max masuk ke dalam kedai makan itu dan mengambil tempat duduk kosong yang baru saja selesai dibersihkan. Joanne memesan dua porsi sup ayam ginseng yang menjadi menu andalan kedai itu untuk dirinya dan Max. Bibi pemilik kedai segera berlalu pergi setelah menerima pesanan dari Joanne.

"Kalian ngobrolin apa tadi sambil liat-liat ke arahku?" tanya Max, memberanikan dirinya untuk menanyakan hal yang sedikit mengganggu pikirannya sejak tadi.

Joanne tersenyum simpul. Rasa cemas dalam diri Max menguap seketika melihat senyuman itu. Sepertinya teman-teman Joanne tidak membicarakan hal yang buruk seperti yang ia pikirkan.

Marriage ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang