Wanita itu menghela nafasnya dan mulai menggoes sepedanya dengan cepat saat menyadari matahari mulai timbul, artinya ia harus secepatnya sampai ke apartemennya dan bersiap untuk berangkat kerja.
Ia menyapa beberapa orang yang ia kenal dalam perjalanannya menuju apartemen.
"Berapa kilo kali ini neng Jena?" tanya satpam apartemen yang sudah seperti sohib dengannya. Bahkan satpam itu pernah ia ajak bersepeda bersama saat tidak sedang shift dan berakhir tidak mau lagi naik sepeda.
"Deket aja pak, mau kerja soalnya, biasa hari senin pak," sahutnya diiringi dengan senyum khas.
"Semangat kerjanya ya neng, jangan capek-capek,"
"Iya pak, mari," Wanita berusia 27 tahun yang dipanggil Jena itupun menganggukkan kepalanya sembari tersenyum dan berjalan membawa sepedanya menuju apartemen di lantai 7.
Setelah meletakkan sepedanya di tempat semula, di dinding apartemennya. Ia pun bergegas memasuki kamar, mengambil handuk dan berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sekitar 15 menit, Jena keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit kepalanya. Wanita itu kemudian mengeringkan rambutnya yang kini ia biarkan memanjang, sebelum akhirnya mengambil baju yang sudah ia siapkan tadi malam dan memakainya. Tak lupa menyemprotkan parfum yang biasanya ia pakai dan mengambil high heels serta tas kerjanya. Ia kemudian berdiri di depan cermin, mengamati penampilannya.
Sedikit menghela napas sembari menarik roknya sedikit lebih turun ke bawah, merupakan aktivitasnya setiap hari senin. Hari di mana semua karyawan wanita di kantor tempatnya berada di wajibkan menggunakan rok span pendek paling tidak selutut.
Setelah dirasa rapi, ia mulai menarik napas panjang dan mengeluarkan dengan perlahan, "Semangat Jena, seperti biasanya!" ujarnya sembari menepuk pipinya.
Jena pun segera berjalan menuju halte, menunggu bus yang biasa ia gunakan untuk menuju kantor.
...
"Pagi mba,"
"Selamat pagi,"
"Mba, pagi,"
"Pagi teh,"
"Teh! Selamat pagiiii!!!"
Beberapa sapaan Jena terima ketika memasuki kantor tempat ia bekerja selama 5 tahun terakhir ini. Sapaan-sapaan itu terus berlanjut hingga ia menaiki lift dan berjalan menuju ruangannya, Manager Teknologi Informasi.
"Jen, selamat datang di ruangan kita!" sambut seseorang yang sudah menemaninya sejak kecil hingga bekerja saat ini.
"Pagi," sahut Jena menuju kursinya.
"Iya iya selamat pagi, ibu manager kita," Wanita yang menyambut Jena tadi segera bergerak, mengikuti sahabatnya yang kini sudah duduk di kursi dan merapikan mejanya yang penuh dengan notes-notes.
"Lo nggak kaget gitu kenapa gue bisa dateng lebih dulu daripada lo yang amat sangat rajin itu? Ya walaupun nggak serajin Tari sih," ujar wanita itu.
"Ra, please," Jena menjeda ucapannya dan menatap Haera, teman masa kecilnya yang kini sama-sama bekerja di Neo Technology dan berada di bagian yang sama dengannya.
"Ini masih pagi, masih jam 6, lo jangan-" Wajah Haera berubah antusias ketika raut Jena berubah bingung.
"Kok lo dah dateng, biasa juga jam 6.28 masih lari-lari lo, terus teriak-teriak minta tungguin lift," heran wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
Random"Lo kalo gay jangan jadiin gue tameng lo dong, udah gay ngerepotin orang aja bisanya!" "Gue gay? Lo kali lesbi, dan juga gue nggak ada tuh jadiin lo tameng, lo kira gue sudi nikah sama lo! Sorry gue punya pacar ye, nggak kaya lo perawan tua!!!"