"Sebelum acara ini berakhir, perkenankan saya mewakili petinggi lainnya untuk memperkenalkan manager masing-masing divisi yang ada di kantor ini. Kepada manager masing-masing divisi dipersilakan maju ke depan," ujar Mba Yeni membuat Jena kelabakan di tempat.
'Kenapa harus maju sih mba?' ujarnya dalam hati.
"Jen, tu dipanggil tuh," Haera menyenggol lengannya, memintanya untuk segera maju karena beberapa manager dari divisi lain sudah mulai berjalan ke depan.
"Ayo Jen, kamu kalo nanti dipanggil sendirian malah malu," ujar Tari ketika semua manager kecuali Jena mulai melangkahkan kakinya.
"Iya iya, sabar, ini juga mau maju," Jena meletakkan botol mineral yang tadi ia minum ke pangkuan Haera dan merapikan sedikit blazernya.
Tak lama, ia melangkahkan kakinya ke depan dengan sedikit menunduk dan berjalan tepat di belakang manager lainnya, berusaha menyembunyikan diri dari penglihatan Marva.
"Oke, karena semuanya sudah ada di depan, saya serahkan ke pak Marva untuk berkenalan langsung," ujar Mba Yeni sembari memberikan salah satu mic pada Marva.
"Oke, terima kasih Yeni, sebelumnya selamat pagi, terima kasih atas sambutannya, saya dan pak Lukman merasa diterima dengan baik di sini, dan semoga benar-benar diterima dengan baik ya," ujar Marva memulai sesi perkenalannya dengan karyawan.
Jena yang berada cukup di ujung meremat tangannya dengan kuat, memikirkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi jika Marva melihatnya, sampai tak sadar kini Marva benar-benar berada di hadapannya.
"Silakan," ujar Marva sembari memberikan mic pada Jena.
Dengan mengambil napas dalam dan menghembuskannya perlahan, Jena mengambil mic dari tangan Marva.
"Perkenalkan pak Marva, saya Jeana Nolan Pramudya, selaku manager Teknologi Informasi, mohon bantuannya untuk ke depannya," ujar Jena sembari mengembalikan mic di tangannya pada Marva.
Marva segera mengambil mic tersebut dan langsung menyerahkan pada Yeni, membuat wanita itu sedikit bingung namun segera dapat mengendalikan diri. Ia kemudian mempersilakan semuanya untuk kembali ke tempat masing-masing dan menutup acara penyambutan tersebut.
Semua karyawan segera membubarkan diri, bergerak cepat menuju ruangan masing-masing karena harus menyelesaikan pekerjaan mereka sebelum ulang tahun kantor yang akan diadakan minggu depan. Jika pekerjaan kantor tidak selesai sebelum tanggal ulang tahun, maka perayaan akan ditiadakan, maka semua karyawan berusaha keras agar menyelesaikan tugasnya tepat waktu dan bisa berlibur bersama.
...
Tok.. Tok..
Jena yang sedang memeriksa berkas terakhir sebelum pulang menghentikan aktivitasnya sejenak, menatap jam yang berada di atas mejanya dan mengernyit bingung. Pasalnya ia tidak menerima berkas apapun jika mendekati jam pulang, dan semua orang tau itu, walau semepet apapun dengan deadline, ia tidak ingin menyiksa diri dengan membawa pekerjaan ke rumah.
"Masuk," Akhirnya mau tak mau, ia persilakan jua orang tersebut masuk.
"Bu Jena, permisi, saya mau ngasih surat izin saya," Haera menyerahkan selembar amplop pada Jena tepat setelah memasuki ruangan, membuat gadis itu kebingungan.
"Loh lo mau ke mana ra?"
"Gue kan cuti promil Jen, lo lupa?" Haera mengambil tempat duduk di depan meja Jena, membiarkan atasannya membaca surat cutinya.
"Oh iya gue lupa, sorry, emang lo mau ke mana sampe selama itu?" Jena yang sudah membaca isi suratnya, kini memfokuskan diri pada sang sahabat.
"Gue sama suami gue udah usaha beberapa tahun, lo tau sendiri kita nikahnya kapan kan? Tapi memang belum ada hasil, udah coba berbagai macam gaya juga saran dari dokter-"
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
Random"Lo kalo gay jangan jadiin gue tameng lo dong, udah gay ngerepotin orang aja bisanya!" "Gue gay? Lo kali lesbi, dan juga gue nggak ada tuh jadiin lo tameng, lo kira gue sudi nikah sama lo! Sorry gue punya pacar ye, nggak kaya lo perawan tua!!!"