01

46 1 0
                                    

assalamualaikum!!!
apa kabar guyss?
kangen gaa?🥺

cung yang kangen Ghifar?
aku buat sequel cerita Ghifar setelah putus cinta dengan Senja nihh😎

selamat menyelami kehidupan laki-laki yang sudah punya tempat pulang sebelumnya🙌🏻

AL-QUR'AN SEBAIK-BAIKNYA BACAAN!

      Cinta adalah hal yang paling menyebalkan. Percayalah, karena cinta mampu membuat manusia buta akan logika.

Bahkan tak jarang menentang takdir yang Tuhan cipta. Meyakini bahwa bahagia satu-satunya hanya dapat tercipta jika mereka bersama. Setidaknya itulah yang masih perempuan ini nilai di masa-masa terakhir SMA.

"Ayah pulang aja ya Kak?" perempuan yang sedang membuka bungkusan obat melirik ke arahnya.

"Sembuh dulu," Dia memberikan obat itu lalu diiringi dengan gelas berisikan air. Mencoba untuk membantunya.

"Pulang aja Kak, Ayah gak papa." Dia menghela nafas pelan mendengar itu. Padahal dia tahu alasan utama ayahnya ingin segera pulang dari ruangan yang bernuansa putih ini.

"Hasil seleksi perguruan tinggi kamu gimana?" Dia ingin sekali memutar waktu agar topik itu tidak sampai di telinga itu.

"Ya ampun Ayah, aku lupa minta Afgan buat bawain baju." dia menghindar, jelas Ayah bisa merasakan itu. Dia memilih untuk keluar dari ruang inap itu. Bahkan tanpa persetujuan pemiliknya.

Perempuan itu menyenderkan punggung pada tembok, membuka kertas pengumuman seleksi perguruan tinggi yang dulu sangat ia dambakan. Ia mulai menatapnya dengan sesak yang menyeruak sebelum ragu melepaskannya jatuh di atas tempat sampah.

Perempuan berbalik, memilih untuk menenangkan diri dengan larutan rasa. Fun Fact yang harus diketahui bahwa, gadis itu penyuka minuman itu meski sedang tidak panas dalam. Dan apakah disini ada yang sama penyuka ad*m sar*? Jika ada, berarti kalian sama.

Saat hendak kembali menuju ruang inap, dia menatap satu laki-laki yang sedang terduduk. "Dav?" laki-laki itu menatap ke arahnya sebelum beranjak.

"Kenapa lo buang?" Perempuan tadi menatap lipatan kertas yang sekarang berada di tangannya. Lalu merebut kertas itu segera sebelum memasukkan itu ke dalam tas miliknya.

"Kenapa lo ambil lagi?" tanyanya tak suka. "Banyak manusia yang menginginkan hal serupa dengan lo, tapi malah lo tolak." dia memalingkan wajah mendengar itu.

"Jangan pernah bilang kalo lo punya pikiran buat gak ambil," perempuan itu terkekeh miris, miris dengan dirinya sendiri saat keputusan itu sulit untuk dia ambil.

"Gue bisa mati kalo berani ambil Dav." sautnya sengit. "Tapi itu cita-cita lo." perempuan tadi berdecak, mendudukkan tubuh sambil memegangi kepalanya.

"Nyawa Ayah gue lebih berharga dari itu." sautnya lirih. Laki-laki yang tadi ia panggil 'Dav' itu diam sebelum mengambil alih tempat di sampingnya.

"Ayo cari jalan keluarnya bareng-bareng Zhe," Zhe mengangkat wajah, menatap mata Dava yang sama sedang menatapnya.

***

      "Gan, Kakak bilang bawain baju ganti. Kamu tahu gak Kakak hampir telat buat ke cafe?" anak itu hanya menatap Kakaknya sekilas sebelum kembali fokus dengan buku.

"Kamu bisa dengerin Kakak gak?" Zhe meraih buku di tangannya membuat adiknya menatap tajam. "Gue denger Kak," saut adiknya tak santai sebelum mengambil kasar buku di tangannya.

Zhe memundurkan langkah, menggelengkan kepala tak habis pikir. "Kamu gak pernah sekalipun liat Ayah," ucap perempuan itu lirih masih belum dia gubris.

"Dia ayah kamu Afgan!" suaranya naik satu oktaf membuat Afgan meletakkan bukunya kasar.

ZhefayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang