"Gue mau nikah."
Setelah mengucapkan itu, Adibrata menatap satu persatu temannya. Adibrata refleks mengusap leher belakangnya kemudian mengalihkan tatapannya. Canggung sekali rasanya, apalagi teman-temannya itu seperti tidak percaya dengan ucapannya barusan.
"Gue serius."
Enam Pria dewasa yang kini berada di hadapan Adibrata saling menatap satu sama lain. Bukan hanya terkejut, mereka merasa Adibrata tengah bermain-main dengan ucapannya itu. Salahkan Adibrata yang sering membohongi teman-temannya, jadi jangan heran kalau mereka sedikit tidak percaya.
"Kenapa pada bengong? Bagus dong kalo Adib mau nikah. Btw, selamat Dib. Akhirnya bocil gue mau nikah."
Wanita cantik pemenang hati Mikaeel datang membawa secangkir kopi tambahan untuk Adibrata yang baru datang. Istri Mikaeel sekaligus sahabat kecilnya Adibrata itu duduk di samping sang Suami yang terlihat sibuk dengan pemikirannya. Mereka tengah berkumpul di rumah baru Mikaeel dan sang Istri, namanya Azalea Atmaja.
"Tuh, Ajel aja percaya masa kalian ngga? Gue sakit hati bener liat reaksi lo pada. Seakan-akan gue tukang bohong."
"Kan, emang." Mereka serentak menjawab, membuat Adibrata mendengus sebal.
Pria itu bahkan masih berdiri di tempatnya, ada sebuah bingkisan berwarna merah yang niatnya ingin dia berikan untuk Mikaeel dan Azalea sebagai ucapan selamat atas rumah barunya. Nampak sekali Adibrata baru pulang dari kantornya, terlihat dari pakaiannya yang masih formal.
"Gue pulang." Adibrata berbalik badan. Merasa sedih sebab reaksi teman-temannya itu tidak sesuai dengan keinginannya.
"Dasar, bocil."
"Biarin aja, entar juga balik lagi."
"Dia masih sama ternyata, tukang ngambekan."
"Cil, kadonya buat gue 'kan? Jangan dibawa lagi, dong."
Azalea mencubit perut sang Suami, membuat Mikaeel memekik dengan keras. Mikaeel lupa kalau Azalea itu pawangnya Adibrata, Istri cantiknya itu bahkan selalu bercerita kalau Adibrata itu sudah dianggap oleh Azalea sebagai sang Adik. Mereka berdua kalau lagi bosan saja biasanya saling bertukar cerita mengenai Adibrata.
"Cil, sini." Panggil Mikaeel pada Adibrata yang seperti Anak kecil tengah berjalan sangat lambat sembari menunduk.
"Apa?! Gue mau pulang!"
Mikaeel dengan yang lainnya terkekeh pelan, Suaminya Azalea itu memilih untuk mendekat kemudian memeluk erat sahabat sekaligus Adiknya itu. Adibrata itu sama seperti yang lain, Mikaeel sudah menganggap mereka seperti rumahnya bahkan seperti Adik kandungnya sendiri.
Ketika masih menjadi Mahasiswa, Mikaeel tinggal bersama keenam Adik tingkatnya yang datang dengan cerita masing-masing. Selama itu pula, mereka banyak membuat masa-masa indah dan saling menguatkan satu sama lainnya. Tanpa sadar, mereka sudah membuat hubungan mereka layaknya saudara yang saling menyayangi.
Selama tinggal dengan Adibrata, Mikaeel selalu menyebutnya dengan bocil karena memang perilaku Adibrata itu masih seperti Anak kecil. Mudah menangis, ngambekan, manja, sensian, semua sifat itu ada semua di Adibrata. Yang lainnya pun sama, mereka terkadang ketika bersama Adibrata merasa seperti mengasuh Anak kecil yang berpura-pura menjadi Mahasiswa.
Adibrata kalau tidak dengan mereka bukanlah Adibrata yang sebenarnya. Pria itu terlihat sangat gagah, pendiam, bahkan terkesan seperti Pria berhati dingin. Adibrata itu orangnya sangat perfeksionis, namun kalau dengan mereka justru Adibrata'lah yang paling ceroboh.
Kini mereka bertujuh sudah menjadi Pria mapan dan sukses dengan kehidupannya masing-masing. Tersisa Adibrata, Abimanyu, Keyden, dan Barmantyo yang belum menikah. Ketiga yang lainnya sudah menikah, mereka masih menantikan hadirnya sang buah hati.