Part2

690 76 3
                                    

Selama di sekolahan, Harchie mendengar banyak cerita-cerita temannya yang selalu berlibur di akhir pekan. Harchie pun sudah menuliskan tempat-tempat yang ingin dia kunjungi di buku kecil miliknya. Meski sangat tidak jelas Anak itu menulis apa, Harchie kira sang Ayah akan paham. Karena kalau kata Harchie, dia dan sang Ayah itu satu hati.

"Go go, Hechi akan go sepelti teman-teman."

Anak itu kini tengah dirapihkan rambutnya oleh sang Ayah. Adibrata sendiri sudah siap dengan pakaian casualnya, hanya kaos pendek berwarna hitam dipadukan dengan celana panjang. Untuk Harchie, Putranya itu memakai celana pendek dan kaos pendek yang nampak sangat manis di tubuh mungil Harchie.

"Papa tellihat kelen, kok Echi tidak?!"

Harchie protes karena dirinya nampak sekali tidak keren seperti sang Ayah. Kepalanya dipakaikan topi bucket bergambar beruang, padahal Harchie ingin berpenampilan seperti sang Ayah yang rambutnya ditarik ke belakang sehingga jidatnya terlihat.

"No pakai ini, Echi mau lambut sepelti Papa. Ayo buatkan!"

Harchie melempar topi itu, kemudian mengacak rambutnya yang baru saja dirapihkan. Adibrata menarik nafasnya pelan, topi yang tadi sudah dilempar dia ambil kembali. Cuaca di luar tengah panas-panasnya, Adibrata sengaja memakaikan topi agar Putra cerewetnya itu tidak kepanasan.

"Echi juga mau pakai celana sepelti Papa. Pokoknya halus milip semua." Tambahnya sebelum sang Ayah membuka suara.

"Di luar lagi panas boy, Papa sengaja milih celana pendek buat Echi supaya tidak kepanasan terus ngerengek minta dicopot. Lagian Echi tetap keren seperti Papa."

Adibrata membenarkan rambut Harchie yang berantakan, kemudian berusaha mamakaikan topi itu yang langsung mendapat gelengan keras dari sang Putra. Agaknya Harchie tidak percaya dengan ucapan Ayahnya barusan.

"Mau kaya Papa! Echi itu kembalannya Papa, kita itu belahan jiwa jadi halus milip." Anak itu tersenyum sembari mengedipkan matanya genit. 

Adibrata tertawa sembari menggelengkan kepalanya, melihat tingkah Harchie itu. Kalau ada Jeryco, pasti dia akan ditertawakan. Adibrata juga tahu kalau Jerycolah yang mengajarkan Harchie seperti tadi. Karena Jeryco kalau bermain dengan Harchie, sahabatnya itu selalu menyebut kalau Harchie benar-benar belahan jiwanya Adibrata.

"Baiklah sayang, Papa akan membuat Hechi seperti pangeran kecil berkuda."

Adibrata akhirnya menurut, sebelum Anak itu menangis keras dan akan susah dibujuk. Adibrata menyisir rambut ikal Putranya itu agar seperti dirinya, dia harus menyamakannya persis agar tidak diprotes.

"Echi jangan belkuda, pakai mobil saja sepelti Papa."

"Baik-baik, Echi sang pangeran kecil bermobil. Seperti itu?"

Harchie menunjukkan jempolnya, Anak itu benar-benar membuat Adibrata selalu berhati-hati dalam berbicara dan bertindak. Karena Harchie itu selalu ingin menjadi seperti dirinya, jadi Adibrata harus mencontohkan yang baik-baik untuk Putranya tersebut.

"Seperti ini?" Tanya Adibrata setelah sudah selesai.

"Wait, Echi mau lihat celmin."

Tubuh kecil itu tergesa-gesa turun dari kasur kemudian berlari menghampiri lemari yang terdapat cermin besar. Wajahnya begitu serius mengamati rambutnya, kepalanya menoleh ke belakang pada sang Ayah untuk memastikan apakah rambutnya itu sama atau tidak.

"Kelennya, Echi." Ucapnya sangat narsis di hadapan cermin.

"Echi siap menjemput, cindel— apa ya Papa? Echi lupa."

Endless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang