Part 17
Sasuke berlari dengan cepat menyelusuri setiap lorong rumah sakit, menulikan pendengarannya saat beberapa petugas menegurnya untuk tidak berlari di area rumah sakit. Pikirannya saat ini hanyalah keadaan si pirang. Hati dan pikirannya tidak berhenti merapalkan doa agar Naruto baik-baik saja.
"Kaa-san.." Panggil Sasuke saat mendapati Kushina yang tengah duduk sambil menunduk. Sasuke berlutut mensejajarkan posisinya sambil menyentuh bahu Kushina.
"Sasuke-kun, Naruto."
"Ada apa dengan Naruto Kaa-san?" Paniknya mencoba untuk menetralkan deru nafasnya akibat berlari.
Cklek...
Sasuke mengalihkan padangannya saat Fugaku keluar dari ruangan Naruto. Tanpa pikir panjang dirinya langsung berdiri dan menghampiri ayahnya.
"Dad, bagaimana keadaan Naruto?" Tanya Sasuke dan dibalas dengan helaan nafas ayahnya.
"Naruto baru saja sadar namun kondisinya belum stabil jadi biarkan dia membiasakan diri dulu." Ucap Fugaku sambil menepuk bahu Sasuke dan berjalan kearah Kushina.
"Kushina, ikut aku keruanganku." Ucap Fugaku yang dibalas anggukan lemah Kushina. "dan kau Sasuke. Kau boleh masuk ke dalam tapi jangan menekannya. Biarkan dia beristirahat." Tambahnya dan langsung pergi ke ruangannya. Diikuti oleh Kushina.
Sekarang tinggalah Sasuke didepan pintu ruangan Naruto. Ia ragu untuk masuk kedalam. Namun perasaannya bercampur aduk saat ini membuatnya memberanikan diri untuk membuka pintu itu secara perlahan. Pemandangan yang ia dapati sekarang adalah Naruto yang berbaring sambil menatap langit-langit dengan pandangan kosong ditemani dengan suara alat monitor yang berbunyi seakan-akan itu penanda kehidupannya. Sasuke melangkah mendekati tempat tidur Naruto.
"Ss-"
"Diamlah!" Potong Sasuke dengan nada datarnya saat berdiri tepat disamping Naruto. Sasuke memandang kearah Naruto dalam diam. Ia benar benar tidak biasa melihat keadaan lelaki pirang itu sekarang. Naruto nampak pucat lemas dan tanpa kehidupan, itulah yang tergambar saat ini dalam benaknya dan entahlah rasa sakit tiba-tiba menjalar di hatinya. Terlihat Naruto yang melirik kearahnya dan kembali menatap langit-langit.
"M-maaf"
Seketika suasanya menjadi hening, hanya suara monitor yang memenuhi ruangan. Ada rasa bersalah dalam diri Sasuke karena percayalah setiap kata yang keluar dari mulut lelaki pirang itu hanya menambah rasa bersalah didalam hatinya. Ia pun tidak tau kenapa mulutnya sangat tidak bisa dikondisikan. Ia merasa sakit, takut, kecewa, marah, dan berbagai perasaan tidak mengenakan lainnya. Jika ditanya ia pun bingung kenapa. Yang ia tau hanya ia tidak suka melihat kondisi lelaki pirang itu saat ini. Ia lebih suka lelaki itu yang bersikap riang tanpa beban. Hanya itu.
"Maafkan aku."
Naruto terdiam kaget saat setelah beberapa menit kesunyian terjadi, lelaki raven disebelahnya tiba-tiba berucap kalimat yang tidak pernah ia percaya akan diucapkan lelaki itu.
"Sasuke apakah aku akan pergi sekarang?" Ucap Naruto yang nampak memandang kearah langit. "Apa maksud ucapanmu Dobe!" Bentak Sasuke yang kaget mendengar penuturan lelaki pirang itu. "Karena Sasuke mengucapkan kalimat yang bukan Sasuke sekali" Ujar Naruto sedikit terkekeh.
"Kau pasti sudah tau kan tentang penyakit ku?" Yang dibalas anggukan oleh Sasuke walau ia tau pemuda pirang itu tidak melihatnya.
"Ne Sasuke, apa kau ingat hari pertama kita bertemu?" Lirih Naruto sambil melirik sedikit kearah Sasuke. Lelaki itu nampak diam tak bergeming. "Saat itu kau adalah teman pertamaku. Aku pikir aku tidak akan memiliki teman mengingat kondisiku yang lemah. Makanya aku sangat senang saat itu. Tapi rasa senang itu menghilang saat kau menjauhiku secara tiba-tiba. Kau pasti sangat jijik yah padaku saat itu." Lanjut Naruto yang dibalas helaan nafas oleh Sasuke. Entahlah ia bingung harus merespon apa , rasanya sulit sekali untuk menjelaskan apa yang ada dipikirannya saat ini, karena seketika bayangan tingkahnya pada lelaki pirang itu membuatnya menciut seketika. Ia memang patut dijuluki brengsek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Love Me? (Slow Up)
Teen FictionUcapannya sungguh menghancurkan hati Naruto. kebencian yang Sasuke tunjukan membuat hatinya bertambah sakit. perjodohan yang terikat dalam hubungan merekapun hanya bisa dirasakan sepihak olehnya. Naruto bingung dengan apa yang harus ia perbuat. Har...